2. Alone

54 8 1
                                    

     Ini sudah dua hari dan ayah tak kunjung di temukan, tak ada tanda-tanda jika ia dibunuh. Sudah semua sudut rumah di periksa dan digeledah, baju ala kantoran yang ia kenakan terakhir kali masih lengkap dengan tas, yang tergantung dengan rapi tapi itu tak cukup untuk memberikan petunjuk. Ayah dinyatakan hilang tak berbekas, seperti yang lainnya.

Ya, seperti yang ku katakan sebelumnya. Akhir-akhir ini sering sekali terjadi kasus seperti ini. Orang hilang tak berbekas. Ini bukan hanya terjadi di daerahku saja, tapi di seluriuh dunia. Pemberitaan internasional mengumumkan populasi manusia berkurang hingga 25 persen akibat kasus ini.

Semua pihak berwajib bingung, kemana orang-orang ini pergi? Banyak teori menyebutkan bahwa mereka di culik alien sebagai kelinci percobaan. Ada-ada saja.

Tapi serius! Aku takut jika ayahku juga dijadikan kelinci percobaan. Maksudku, aku baru saja bertemu dengan ayahku, lalu ia menghilang begitu saja, siapa yang tidak panik? Apalagi ia satu-satunya orang tuaku yang tersisa. Aku merindukannya, kami belum melakukan apapun untuk melepas rindu. Terakhir ia memelukku, akankah itu menjadi pelukkan terakhir? Aku tidak mau! Aku sangat yakin ia akan di temukan.

     Aku di sekolah sekarang, tepatnya di kelas. Waktu istirahat telah selesai sejak tadi dan penghuni kelas entah kemana, jadi hanya aku disini, seorang diri.

Berita tentang ayahku menghilang cepat sekali menyebar dan banyak yang merasa empati padaku, terutama Selena. Ayahku menjadi orang pertama di daerahku— err, bukan. Di kompleksku yang hilang tanpa jejak. Tapi sebisa mungkin aku berpikir positif bahwa ayahku akan kembali.

Sendiri ku termenung, memandang jenuh papan tulis kosong. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku, semenjak kejadian bibi dan mak lampir bertengkar hebat dan juga saat ayah dinyatakan hilang, aku lebih banyak murung berdiam diri, seperti ada bagian yang hilang dari diriku. Terasa kacau di tambah mimpi itu lagi. Aku frustasi sekarang.

Tak lama, aku dengar suara histeris yang menggema di luar sana, ada apa? Tapi tak sedikitpun aku tertarik untuk keluar dan mencari tahu. Aku lebih memilih duduk disini, berdiam diri dan berpikir kemana ia pergi hingga tak kunjung kembali. Setelah itu, terdengar lagi suara tangisan dan teriakan.

Huh, apa ada kerusahan atau ada yang kerasukan?

Belum lagi teriakan histeris mereda, kini decitan yang ku pastikan itu pengeras suara milik sekolah berbunyi.

"Murid-murid kalian boleh pulang, kalian akan aman bersama orang tua kalian dan jangan berkeliaran, kalian tahu? Ber-ba-ha-ya, berbahaya!"

Huh, pengumuman macam apa itu!

Setelah itu terdengar suara sorak-sorak gembira, ada juga yang histeris, ada yang menangis. Huh, kenapa sih orang-orang itu?

Aku melihat arlojiku, pukul dua siang. Padahal masih ada satu kelas kimia dan kelas tambahan yang otomatis di batalkan. Senang? Ia seharusnya aku senang, tapi entah kenapa aku jadi tidak peduli.

"Ruby.."

Suara sendu itu membuatku menoleh pada sosok gadis berambut pirang sambil berjalan ke arahku, kulihat bahunya sedikit bergetar.

"Ya selena, ada apa?"

Ia.., menangis?

Kini ia memelukku sambil terisak
"Ruby, kau tahu? Aku mencarimu kemana-mana kupikir kau hilang sama seperti ayahmu dan orang-orang tadi.."

Apa maksudnya orang-orang tadi?

"Kau tahu Ruby? Mrs. Nala tiba-tiba hilang saat masuk ke klinik. Awalnya dia masuk karena ada beberapa anak futsal yang terluka, menurut mereka Mrs. Nala pergi mengambil perlengkapan di ruang perlengkapan untuk mengatasi luka mereka namun setelah sekian lama menunggu Mrs. Nala tak kunjung kembali.

The Sorcerer - Podrostok Magatech RubyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang