Seseorang menyeret Fia dengan kasarnya sampai-sampai fia kehilangan nafas karena mulut dan hidungnya disumpat dengan tangan.
Setibanya di toilet, fia terkejut saat mendapati Vino si Pendiem dengan julukan bro. Yah... Dia adalah orang yang Fua anggap sebagai pacarnya.
"Ada apa?" Tanya fia sok dingin nan cuek
"Ngapain lu ngaku-ngaku jadi pacar gw tadi?" Vino tak kalah cueknya dari fia
"Yah.. Kan gpp, lagian disekolah gk ada yang tau nama lu kan?juga nama Vino itu banyak, gk cuma lu doang"
"Terserah!" Jawab Vino singkat lalu pergi meninggalkan fia seorang
"Eh.. Tuh org gila kali yah? Org situ yg bawa gw kemari, eh mala dia yg ninggalin gw" Gumam Fia masih bisa didengar Vino, tapi untungnya tidak ada orang disekitar situAkhirnya Fia memutuskan untuk kembali ke kelas dan belajar membaca agar nilai ujiannya nanti tidak mengecewakan.
Setelah lama membaca, bel masukpun berbunyi, kelaspun yang tadinya ramai sekarang menjadi 'mengheningkan cipta' haha😂
Gimana gk mau hening coba? Dosennya aja killerSkip>>>
Bel pulang pun akhirnya berbunyi, yang tadinya hening sekarang ramai kembali, anak-anak berlarian kesana-kemari seperti anak kecil tk yang hanya untuk mencari traktiran
Hhh, iyha sekarang temen Fia ada yg ulta, jadi wajar dong yang lain minta traktir makan.
Beda dengan murid yang lain, Vino kini berdiam diri membereskan buku tanpa suara, temannya mengajakpun tidak dia respon
Entahlah knp dia...
Fia tidak mau ikut campur"Assalamu'alaikum,aku pulang" Yah... Itu adalah kalimat yang selalu Fia ucapkan setelah pulang sekolah meskipun tidak ada jawaban setiap hari.
"Wa'alaikumsalam" Tiba-tiba seseorang datang dari dapurnya
"Huh?! Lu siapa?" Tanya Fia heran.
'Ini rumah gw kan?'
'Gw gk salah rumahkan?'
'Gw gk salah alamatkan?'
'Terus ini siapa?'
Dan masih banyak lagi pertanyaan yang ada didalam pikirannya"Masa sama pacar sendiri lupa sih?"
Kata seseorang yang memiliki suara tersebut.
'Huh?! Pacar?!' Tanya Fia di dalam hati
Fia bertanya-tanya siapa yang ada dibalik gelapnya ruang tengah itu
(Catatan: cuaca mendung jadi ruangan rumah terlihat gelap)
Saat Fia menyalakan lampu, ternyata dia adalah
"Vino?" Fia terkejut saat mendapati Vino dirumahnya
"Untuk apa kamu kesini?" Tanya fia pada Vino yang sudah memasak makan siang
"Emang gk boleh yah... Pacar main ke rumah pacarnya sendiri?" Kata Vino sambil memakan masakan yang ia buat tadi," Sini makan dulu." Sambungnya sambil menepuk kursi kosong disampingnya
Fia menghampirinya, entah apa yang ada di pikarannya sampai tiba-tiba dia mau mengikuti perintahnya.
Fia sekarang sudah duduk dan masih menunggu jawabannya kenapa dia bisa tau alamat rumahnya."Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Sepertinya dia menyadari kalau Fia menatapnya heran
"Aku menunggu jawabanmu" Kata fia tanpa ragu sedikitpun
"Jawaban apa?" Vino kembali bertanya pada fia
"Kenapa kau bisa ada dirumahku" Fia mengulangi lagi pertanyaan yang sempat dia lontarkan kepada Vino
"Karena aku... Bisa melacak alamat orang yang aku inginkan" Kata Vino sambil berbisik pada Fia
"Huh?" Fia terheran, apa yang dia maksudkan?"Aish... Lupakan apa yang aku katakan tadi" Sepertinya dia menyadari keheranan Fia hanya dengan tampang wajah Fia
"Kembali ke topik semula... Kamu tadi ngaku-ngaku jadi pacarku kan?" Sambungnya setelah diam beberapa detik
"I-iyha, t-tapi itu hanya salah paham saja" Kata fia gugup
"Hemm" Jawaban yang singkat
"Bagaimana kalau aku mau kamu jadi pacarku?" Tanyanya dengan senyum miris
"E-engga usah" Jawab Fia menolak dengan lembut* * *
"Ayolah..." Tiba-tiba dia mendekat padaku, otomatis aku mundur selangkah demi selangkah dan akhirnya sampai titik darah penghabisan( canda a elah) sampai ujung tembok, namun Vino tak berhenti disitu, dia mulai mengusap pipiku dengan lembut dengan tangan kanannya dan tangan kirinya mengambil sesuatu dari saku belakangnya, aku terkejut saat melihat benda yang ada ditangan Vino.
" U-untuk apa pisau?" Tanyaku sedikit takut sambil melirik pisau yang ada ditangannya
"Aku hanya bermain-main dengan pacarku sayang..." Pisau yang ada ditangan kirinya pun mengangkat ke lengan atasku dan merambat ke pergelangan tangan kananku.
Aku merasa ngeri saat bersentuhan dengan pisau itu,sesekali meringis karena kesakitan akibat goresan yang ada ditanganku
"Ku-kmohon h-entikan i-itu me-menyakitkan" Aku mohon padanya setelah goresan yang lebih besar berada di pahaku
"Tapi ada syaratnya" Kata Vino sambil mengangkat pisau itu ke pipiku
"A-apa?" Tanyaku pada nya yg wajahnya berhenti didekat wajahku
"Kamu harus jadi pacarku" Katanya sambil berbisik
"Aku akan beri kamu waktu 3 hari" Sambungnya lalu pergi meninggalkanku dengan bekas sayatan yang terus mengeluarkan darah.
Aku meringis kesakitan atas perbuatannya sambil memikir apa yang diucapkannya
'Apa dia sungguh-sungguh? Jujur aku tak ingin memiliki pacar psikopat' batinku
Aku langsung lari ke dapur mengambil kota P3K untuk membersihkan lukaku.
Jujur itu sangat menyakitkan karena goresannya terlalu dalam (sepertinya bukan goresan tapi luka?)
Aku terus meringis saat membersihkan lukaku.Skip>>>
Pagi telah kembali
Disetiap pelajaran aku terus memandangi wajah Vino, ia terlihat tidak seperti seorang psikopat, namun orang yang dingin dan cuek
"Aihh..." Helaan nafasku berat yang bisa didengar mahasiswa diapanku.
Aku sangat takut saat ia tiba-tiba melihatku, dan pandangan kami bertemu, dia seperti tersenyum padaku mengisyaratkan sesuatu.Skip>>>
Jam pelajaran telah usai, para mahasiswa telah pulang begitu dengan aku. Tanpa ku sengaja, aku menabrak seseorang
"Ah! Maafkan aku!" Kataku sambil membungkuk tanda maaf
"Takpa" Setelah mendengar itu aku merasa seperti tidak asing dengan suara itu, akhirnya aku mendongakkan kepala dan ternyata itu Vino
"Hi babe!" Sapanya sambil mengedipkan sebelah matanya. Karena aku merasa dia sedang menyapaku, aku hanya bisa membalasnya dengan kata 'hai' padanyaSkip>>>
Malam hari
Saat ini aku sedang melihat hp, membaca wattpad kesukaanku
Yah... Cerita tentang psikopat atau hal-hal yang menyeramkan dan misterius, itu adalah hobiku sejak kecil.
Ditengah-tengah aktivitasku membaca, tiba-tiba angin diluar jendela mengencang hingga membuat jendelaku terbuka, otomatis aku menoleh dan segera menutup, namun aku terkejut saat melihat didepanku tiba-tiba ada seseorang yang memakai pakaian hoodie dan menutupi kepalanya
"Si-siapa kamu?" Tanyaku sambil melangkah mundur. Dia membuka penutup wajahnya dan berkata "aku Vino" Dengan tampang menyeramkan, aku terkejut "untuk apa kamu kesini" Tanpa kusadari pertanyaan yang mau kusimpan ternyata keluar dari mulutku sendiri
" Aku kesini untuk mencaritahu jawaban yang aku pertanyakan kemarin malam" Jawab dia sambil memasuki kamarku lewat jendela sedangkan aku mundur selangkah demi selangkah untuk menjauh darinya agar tidak terjadi sesuatu seperti kemarin malam.
"Bu-bukannya kamu memberikan aku waktu 3 hari?" Aku berhenti saat dibelakangku terdapat ranjang tidurku
"Tapi aku butuh jawabannya sekarang" Vino semakin lama semakin mendekat hingga akhirnya aku terjatuh ke tempat tidurku dan Vino meniduriku.
"A-apa yang kamu mau?" Tanyaku setelah melihat pisau lipat ditangannya
"Kan aku sudah bilang... Aku mau jawaban" Jawab Vino sedikit mengeras. Aku mencoba menghindar dari pisau lipat milik Vino, tapi nihil malah terdapat banyak goresan saat aku mencoba melarikan diri.
Jujur saat ini aku tak bisa berbuat apa-apa selain menggoyangkan tubuhku agar bisa terlepas karena tangan dan kaki ia kunci dengan tubuhnya dengan sangat erat( jangan mikir macem-macem lho...)
Luka yang Vino berikan semakin dalam hingga membuatku pingsan.Makasih yang udah setia membaca cerita ini meski tidak nyambung😁😁
Yah... Yang penting kalian bisa seneng aja deh
Jangan lupa vomment dan follow aku