Pemuda mungil dengan paras manis menjurus cantik itu memandang lurus ke arah pusara bisu di depannya. Pusara tempat persinggahan terakhir orang tua yang begitu dia cinta. Jemari lentiknya menjelajah permukaan nisan hitam bertuliskan nama ibunya.
“eomma, Baekhyun rindu eomma dan appa. Kalian juga merindukan Baekhyun dan kakak-kakak Baekhyun, kan?” katanya, sambil terus mengusap permukaan di depannya.
“mas Jongin dan mas Sehun tak bisa datang, mereka titip salam untuk eomma dan appa, lain waktu mereka akan datang, eomma dan appa jangan khawatir. Oh iya, kemarin Baekhyun dapat IPK tinggi waktu semester. Eomma dan Appa pasti bangga, kan? Oh… pastinya” pemuda bernama Baekhyun itu terkekeh pelan.
Angin sore membelai wajahnya, kepalanya mendongak menatap langit yang keorange-an. Senja.
“sudah mulai petang, eomma, appa. Baekhyun pulang dulu, ya? Bulan depan Baekhyun dan kakak-kakak datang lagi. Anyeong eomma…appa…saranghae”
Baekhyun bangkit, memberikan sekali lagi usapan pada masing-masing nisan orang tuanya. Kaki kecilnya melangkah melewati beberapa pusara dengan langkah ringan, dia sudah tak menangis lagi. Kepergian orang tuanya tiga tahun lalu tak membuatnya terpuruk dan mengurung diri seperti kebanyakan remaja. Dia butuh hidup, dia punya ornag-orang yang harus dia bahagiakan. Kehilangan sosok orang tua tak berarti dia sendiri, dia masih punya kakak-kakak yang menyayangi dan mencintainya. Dia juga sudah berjanji pada ayah dan ibunya kalau dia akan tetap tersenyum dan ceria.
Tes
Kepalanya terdongak kemudian berlari saat tetes demi tetes air hujan mulai turun. Uh, kenapa hujan datang ketika langit tak menampakkan mendung sama sekali? Hujan semakin deras, Baekhyun semakin mempercepat larinya hingga tak melihat bahwa di depannya ada seorang lagi yang juga tengah berlari,
Bruk,
Tabrakan itu tak terelakkan, tubuh mungil Baekhyun jatuh tersungkur, lelaki yang menabrak tubuh mungilnya hampir jatuh namun bisa menguasai dirinya.
“ya Tuhan, maafkan aku” kata lelaki dewasa itu sambil membantu Baekhyun berdiri.
Baekhyun memegang bahu lelaki itu untuk berdiri, matanya menyipit melindungi tetesan air hujan yang makin besar dan deras. Dia mengangguk sebagai jawaban.
“ayo kita berteduh” ajak lelaki itu sambil memapah si kecil.
Baekhyun menurut, dan… kakinya sakit. Sepertinya terkilir.
Mereka berdua sampai di halte dekat pemakaman. Keduanya basah kuyup dengan badan yang lebih kecil menggigil. Ya Tuhan… Baekhyun itu tak tahan dengan udara dingin.
“apa sakit?” tanya lelaki itu khawatir.
Baekhyun yang tadinya tak fokus kemudian melirik lelaki yang bersamanya. Dan dia baru menyadari bahwa lelaki yang di depannya begitu…
Ehem, tidak saatnya.
“se-sedikit, uh…” katanya sedikit gemetar. Udara dingin membuatnya gemetaran.
“tahan sebentar” kata lelaki itu lalu memegang pergelangan kaki Baekhyun yang terkilir, sedikit mengurutnya sebelum,
Ckluk,
Menariknya agak keras,
“AWW…” Baekhyun berteriak kesakitan, air matanya hampir jatuh kalau saja dia tak lagi merasakan nyeri pada kakinya.
“masih sakit?” tanya lelaki itu.
Baekhyun mengedip-ngedipkan matanya lucu, mencoba merasakan kakinya yang telah hilang rasa nyerinya.
“eh, tak sakit lagi” ujarnya, mengundang senyuman gemas serta lega dari yang lebih besar, “terimakasih, tuan” lanjutnya sambil memperlihatkan senyuman manisnya.
Jantung lelaki dewasa itu berdegup tak karuan kala senyum manis pemuda di depannya menyapa pandangan. Oh God, sangat cantik. Dirinya terdiam dengan mata tak berkedip barang sedetik pun. Dia terpukau, terpesona dengan kecantikan pemuda di depannya.
“tuan, tuan… helloo… tuan mendengar saya?”
Baekhyun melambaikan tangannya di depan wajah blank lelaki di depannya.
Lelaki itu kelabakan kemudian bertanya gagap,
“kau mengatakan sesuatu?”
Baekhyun mengernyit kemudian menggeleng,
“tuan baik-baik saja?”
“ah, a-aku baik-baik saja. Oh ya, namaku Park Chanyeol” jawab lelaki bernama Chanyeol itu seraya menyodorkan tangan di depan pemuda mungil di depannya.
Baekhyun dengan senang hati menerima tangan Chanyeol dan menjabatnya.
“Byun Ba--
Ucapannya terpotong oleh deringan ponsel Chanyeol,
Lelaki itu segera mengangkat telponnya setelah sebelumnya meminta izin pada Baekhyun.
“ada apa lagi? Sudah selesai? Ah syukurlah, katakan padanya bahwa aku sangat berterimakasih dan berikan dia upah. Hm, aku tutup dulu”
Chanyeol menyimpan ponselnya dalam saku lalu membalik badan untuk kembali berhadapan dengan pemuda mungil tadi, namun dia tak menemukan siapapun berada di tempat pemuda manis tadi,
“lho, dia dimana?” monolognya dengan kepala menengok kiri kanan, mencoba mencara keberadaan pemuda manis tadi.
“dimana dia, aku belum tahu namanya, byun… byun siapa??”
Tok tok
Chanyeol menengadah dan melihat wajah manis itu di balik kaca jendela bus. Deguban jantungnya kembali meliar saat senyum pemuda itu lagi-lagi mengembang. Dia turut tersenyum sambil memegangi dada kirinya yang menggila. Bus itu berlalu dengan lambaian tangan pemuda mungil itu sebagai penutup pertemuan singkat mereka.
Chanyeol terduduk begitu bus itu tak lagi ada di pandangan, wajahnya kembali blank dengan tangan masih bertengger indah di dada.
“ya Tuhan, apa aku sekarang mengidap penyakit jantung?? siapa pemuda itu, kenapa sangat cantik, dia benar-benar laki-laki, kan?” lelaki itu menggumam, “siapapun dia, semoga aku Kau pertemukan lagi dengannya” tutupnya sebelum melangkah pergi dari halte.
Hujan telah redah. Senja makin surut ke peraduan, menemani langkah kaki jenjang Park Chanyeol yang masih setia tersenyum mengingat pemuda manis bermarga Byun itu.
.
Lanjut ora?
.Guwobloknya aku buat cerita baru padahal lagi sibuk ngampus.
Lah gimana, ketimbang ketimbun mending tak publish. Sekalian jadi pengganti Sehun family.
Semoga suka. Mohon responnya ya…
Makasih…
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Your Young Bro [ChanBaek] ✔
Fanfiction"Izinkan aku mempersunting adikmu, Hun" -chanyeol "A-aku ke kamar dulu" -Sehun "Semua keputusan kuserahkan pada Baekhyun" -Jongin "Jadi Baekhyun, bagaimana?" -chanyeol "...." -Baekhyun Cinta pada pandangan pertama apa memang benar adanya? Jika mem...