xx

9.7K 709 272
                                    

Halooo... Rajin banget gua upnya. Perasaan baru kemaren up, sekarang dah up lagi. Biar cepet kelar wkwk.

Tolong baca sampe akhirnya.
Oh ya, komentar kemaren Petjah gilaaa... Gua sukaaa

Oke, enjoy ya 😉

Hevi reeedeengg...

~•~

12 tahun kemudian

Bocah itu berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan, sesekali dirinya akan bersenandung kecil, menyenandungkan lagu kesukaannya. Sedang asik-asik menyenandungkan reff lagu, sebuah bola sepak telak menghantam wajahnya. Seketika pusing itu menghampiri, daerah di sekitarnya seolah berputar. Langkahnya terhenti dengan tangan memegangi keningnya yang kena hantam.

“ya Tuhan… maafkan aku” seruan itu terdengar dibarengi derap kaki. “apa sangat sakit?”

Sebuah sentuhan lembut mendarat di keningnya, mengusap pelan luka memar di sana.

Mata bocah itu berlahan membuka, masih sedikit berkunang akibat pusingnya tadi. Perlahan wajah seorang anak yang berdiri di depannya mulai terlihat jelas. Raut panik itu tertangkap matannya, bibir merah itu terus mengatakan sesuatu dalam bahasa yang tidak dia tahu. Sepertinya anak di depannya itu bukan asli sini.

“hey jawab jangan diam saja” kali ini anak itu menggunakan bahasanya.

Bocah itu menggelengkan kepalannya sebentar sambil mengedipkan matanya beberapa kali.

“apa sangat sakit?” tanya anak itu lagi, masih dengan raut yang sama.

Terbesit ide untuk menjahili anak di depannya.

“ah ah… sakit sekali, rasanya seperti terbelah” ujarnya.

“ih… jangan bercanda!” anak itu malah memukul bahunya.

Dia tertawa kemudian memegang bahu anak di depannya.

“aku tidak apa-apa. Hanya sedikit pusing”

“tapi sampai biru begini”

Dia menyentuh keningnya kemudian agak di tekan. Badannya berjengit saat rasa nyeri menggerayanginya.

“ouch”

“tuh kan, sangat sakit, ya. Maafkan aku, aku tidak sengaja tadi” wajah anak itu terlihat sedih, tangan kecil itu kembali menyentuh ruam biru di kening si bocah.

“iya iya tidak apa-apa, jangan pasang wajah sedih begitu, aku jadi ingat mama” bocah itu menurunkan tangan anak di depannya yang bertengger di keningnya. “oh iya, aku tak pernah melihatmu sebelumnya, kau orang baru di sini?” tanyanya.

Anak yang lebih kecil mengangguk, senyum manisnya terukir yang tanpa sadar membuat darah bocah itu berdesir menyenangkan.

“iya, aku baru pindah semalam. Itu rumahku yang warna biru” anak manis itu menunjuk rumah besar tak jauh dari tempat dirinya berdiri sekarang.

Mata si bocah melotot lucu saat melihat letak rumah anak manis di sampingnya.

“wah… kita tetangga berarti” katanya, mata itu berubah berbinar.

Si manis menoleh, matanya ikut berbinar.

“oh ya?”

Si bocah mengangguk. Anak manis itu menyodorkan tangannya lalu menjabat tangan si bocah.

“kenalkan, aku Luhan” ujar si manis yang ternyata bernama Luhan itu.

Si bocah menjabatnya dengan senang hati,

Marry Your Young Bro [ChanBaek] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang