ABLUVION √

O8🌹

kutarik kata bahwa ini pagi yang sempurna.

nyatanya malah jadi pagi yang suram baginya. bagi mereka berdua.

"jisoo-ya,

aku akan jelaskan. aku—"

"seokjin-ah,"

tidak, seokjin tidak mau mengakui bahwa ini bukan mimpi.

bukan percakapan seperti ini yang ia inginkan.

bukan momen seperti ini yang ia nantikan.

"kau bahagia?"

"aku bahagia, percayalah padaku."

jisoo tersenyum, tanpa mengangkat kepalanya, tanpa menatap kekasihnya.

"denganku atau dengan dia?"

dan ucapannya menembus relung hati seokjin.

katakan seokjin lemah,
sebab tak ada sangkalan jika titik kelemahannya adalah ketika ada di hadapan kim jisoo.

katakan seokjin payah karena dalam posisinya sekarang ia tetap mencintai kim jisoo.

"denganmu, aku bahagia."

"pembohong."

"tidak jisoo-ya, aku—"

"sekarang aku tanya.

Choi Maria, dia istrimu? sungguh?"

kesekian kalinya dalam putaran pendek hari yang dingin ini seokjin terluka hatinya.

ah—jisoo pun begitu.

seokjin menghela napas, memejamkan mata, berusaha menjawabnya.

"iya. tapi—"

"lalu aku?"

"kau calon istriku. aku sungguh mencintaimu jisoo-ya."

gadisnya diam, merapatkan netra, berharap tak ada air mata.

"aku tidak mau memanggilmu bodoh, tapi——hanya kata itu yang pantas untukmu, maafkan aku."

"tidak, jangan meminta maaf, aku yang bersalah."

"seokjin-sii, aku akan menyerah, aku akan merelakanmu."

jisoo benar serius jika panggilannya pada seokjin telah berganti. seokjin hafal itu.

"aku tidak mau. percayalah padaku, aku tidak mencintai Maria. dia pilihan ayahku dan aku akan menceraikannya. kumohon jangan tinggalkan ak—"

"LALU BAGAIMANA DENGAN BAYI DI KANDUNGANNYA?!!"

luapan emosi tak lagi terkendali, jisoo naik pitam,

ya, tentu ia marah, ia pantas mengungkapkannya.

dan sebilah belati seakan telah menghunus hati kecil kim seokjin.