Hati itu...

30 13 2
                                    

Malam berganti langit tak lagi gelap, sinar mentari mulai menyongsong bumi  dengan kehangatannya.

Nia berjalan menyusuri koridor sekolah, langkah kakinya terhenti saat melihat kerumunan siswa di depan papan pengumuman.

Dengan rasa penasaran, dia pun menghampiri kerumunan tersebut. Kakinya menjinjit berusaha melihat apa yang membuat para siswa berkerumun.

“Sya.. ada apa sih?”, tanya kepada Nasya yang ada di hadapannya.

“Itu.. acara tahunan, lomba nyanyi antar SMA/SMK gitu”, cerita Nasya.

“Ya iya gue inget, di sekolah yang dulu juga ada... terus siapa yang akan mewakili?”, tanya Nia.

“Gak tau gue, biasanya sih dipilih sama guru kesenian atau kepala sekolah, kalo tahun lalu kak Aldo sama si Dinda itu..”, tutur Nasya.

“Ohhh... gitu..”, ucap Nia.

Ternyata dibalik judesnya Dinda, dia juga punya kelebihan, batin Nia.

“Eh, Nia disuruh ke ruang kepala sekolah sekarang”, ucap salah seorang siswi.

“Oh iya, makasih ya”, ucap Nia.

“Sya, gue ke ruang kepala sekolah dulu yah..”, ucap Nia pada Nasya.

“Oke, gue tunggu di kelas”, ucap Nasya yang kemudian mendapat anggukan dari Nia.

Nia pun menuju ruang kepala sekolah, berbagai pertanyaan muncul di pikirannya.

Dia terkejut karena di sana ada Aldo dan Bu Mary seorang guru kesenian.

“Assalamualaikum..”, ucap salam Nia.

“Waalaikumussalam..”, jawab salam orang yang ada di ruangan tersebut.

Nia pun berdiri dan duduk di sebelah Aldo setelah di persilakan duduk,-

“Oke langsung saja...Nia, saya mendapat masukan dari Aldo untuk menjadikan kamu pasangan dalam perlombaan nanti, saya juga yakin dengan kemampuan kamu karena kamu sudah pernah mengikuti perlombaan ini mewakili sekolahmu dulu, memang akan terasa sulit menjadi lawan dari sekolah lamamu. Ibu harap kamu tidak keberatan”, tutur Bu Mary.

“Eee... keberatan sih enggak bu, tapi bagaimana dengan Dinda.. apakah dia tidak merasa kecewa karena tergantikan?..”, ucap Nia.

“Kamu tenang saja, nanti biar saya yang ngomong sama Dinda”, ucap Bu Mary.

“Baiklah bu, saya setuju”, ucap Nia menyanggupi permintaan sekolah untuk
mewakili perlombaan itu.

“Oke, sekarang kalian isi data diri kalian.. ini formulirnya”, ucap Bu Mary sembari memberikan formulirnya.

Tanpa disadari, Dinda melihat dan mendengar semua itu dari kejauhan. Dia kesal, raut wajahnya seakan tidak terima jika posisinya digantikan.

“Isshhh... loe tuh ya, udah ngrebut posisi gue di hati Aldo sekarang loe juga
mau ngrebut posisi gue di perlombaan nanti! Gue gak terima!..”, gerutu Dinda
yang kemudian pergi ke teman-temannya.

“Gimana? Gimana? Loe kan yang jadi pasangan Aldo?”, cerocos Salsa teman
Dinda.

“Gimana apaan? Tau ah!”, kesal Dinda.

“Loe kenapa? Kok loe kaya emosi gitu..”, tanya Dina.

“Gimana gak emosi coba, kalian tau kan si Nia... setelah dia ngrebut posisi gue di hatinya Aldo sekarang dia juga ambil posisi gue di perlombaan itu”, terang Dinda dengan penuh emosi.

“Apa??, gak gak ini gak bisa di biarin gitu aja..”, ucap Sesil.

“Iya bener tuh”, susul Salsa.

Tentang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang