Berubah?

23 5 1
                                    


" Aduhhh... Hahah... Ampun Al.. Iya iya gue ngalah.. Hahah jangan gelitikin mulu.. Udah hahah.. Udahh..", ucap Nia yang berada di dekapan Aldo.

" Oke karena gue kasian, loe gue lepasin ", ucap Aldo melepaskan gadis yang sedari tadi di dekapnya.

" Huh.. Huh.. Gila loe yaa... Loe mau bikin gue mati apa.. Gelitikin orang ngga kira-kira, kalo gue ngga nafsu makan gimana ntar kurus kaya anak ngga ke urus ", Aldo hanya terkekeh mendengar gadis itu menggerutu.

" Yeee.. Malah ketawa, eh Al ke basecamp yuk udah mau gelap... ", ajak Nia.

" Ayok ", Nia hanya menurut saat tangannya di genggam oleh Aldo. Sesekali gadis itu memandangi tangannya yang masih digenggam Aldo sampai ke basecamp.

Kok gue ngga deg-deg an ya setiap deket sama Aldo, syukur deh kalo gitu.. berarti gue masih bisa jaga hati, gumam Nia dalam hati.

" Sorry Ni ", Aldo melepas genggamannya.

" Ngga apa kok ", Nia tersenyum.

***

" Nih puisi buatan gue, gue cuma mau liat reaksi lucu loe tadi ", ucap Aldo terkekeh pelan sambil menyodorkan kertas putih berisikan deretan diksi.

Kini keduanya duduk di kursi yang terletak di depan basecamp sekolahnya, mereka berniat untuk latihan sekali lagi sebelum tampil nantinya.

Meski ini bukan yang pertama kalinya bagi Nia, gadis itu cukup gugup pasalnya kini partner duetnya berbeda. Bahkan lagu yang di bawakan mereka seolah bercerita tentang keduanya.

" Puisinya bagus, ntar gue bales deh puisinya ", ucap Nia.

" Emang loe udah ada puisinya? Mana coba? ", tanya Aldo.

" Belum hehe..., yaudah si.. Ntaran aja, otodidak juga bisa gue mah ", ucap Nia dengan nada menyombongkan diri.

" Percaya dehh, loe kan Ratunya bucin ", ledekan Aldo membuat Nia mencubit pinggangnya hingga sang empunya meringis.

" Udah ah, latihan yok ", ajak Aldo.

Kali ini Nia yang memainkan gitarnya, yang lebih dominan ke nyanyi adalah Aldo. Nia hanya mengambil beberapa part saja, untuk itu dia berinisiatif untuk membalas puisi yang Aldo buat.

Keduanya pun memulai latihannya, tak butuh waktu lama untuk mereka menyesuaikan dengan lagu yang akan dibawakan. Setelah dirasa cukup, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Kini gadis itu beralih mengamati selembar kertas putih yang berisikan deretan kata. Setiap diksi yang Aldo rangkai, laki-laki itu sungguh bisa memadukan diksi per diksi membuatnya bermakna.

Otak Nia terus berputar mencari diksi yang tepat untuk membalas puisi Aldo, namun dia tidak kunjung menemukan diksi yang tepat. Akhirnya dia memutuskan untuk mencari inspirasi, mungkin otaknya butuh di-refresh.

" Al, gue mau pergi dulu bentar ", pamit Nia.

" Mau kemana loe? Jangan jauh-jauh ", ucapan Aldo menggantung seakan masih ada yang akan diucapkannya tapi nihil.

Ntar gue kangen, Aldo melanjutkan ucapannya dalam hati.

" Yaelah bentaran doang kaga jauh-jauh kok, gue ngga bakal bikin loe kangen tenang aja.. berat tau kalo kangen sama gue jadi jangan kangenin gue ", ucap Nia menahan tawanya.

Aldo masih terdiam, dia kelabakan mendengar ucapan gadis yang jaraknya lumayan jauh itu, tapi dia berusaha tetap terlihat tenang.

kenapa dia tau kalo gue lagi ghibahin dia di hati gue, batin Aldo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang