"Sungai Han yang harus menahan terlalu banyak rasa sakit dan mereka yang tidak bisa melihat langit untuk diri mereka sendiri. Mereka sedikit terlambat"
- Seoul, RM -Sebuah tas besar usang mendarat di lantai bersamaan dengan sepasang kaki yang terhenti di antara lalu lalang di sekitarnya. Akhirnya dapat menginjak di ibu kota negerinya.
"Dihimbau agar penumpang memperhatikan kembali barang bawaannya.
Selamat berjalan, semoga hari Anda menyenangkan"
Suara operator kereta menggema di tengah kesibukan lalu lalang penumpang yang berlomba-lomba untuk saling mendahului.
Bunyi tapakan alas kaki dan marmer. Berbagai macam percakapan yang beradu dengan dengungan mesin dan rel kereta serta operator yang tak henti menghimbau dan mengingatkan jalur keberangkatan berikutnya.
Semua terekam baik di mata dan telinga Hwang Hyerin. Berisik.
Dibanding impress awalnya pada suasana stasiun kereta yang mengganggunya kini ia lebih dibebankan untuk menata hatinya. Menguatkan tekad serta memupuk keberanian karena setelah ini ia akan menghadapi bagaimana dunia dengan sesungguhnya. Sebab setelah ini hidupnya berakhir sekaligus dimulai.
Mari melupakan masa lalu dan memulai menjalani masa depan.
Sejenak ia merasa semua tatapan mata tertuju kepadanya, membuatnya seketika menunduk dalam semakin membuat poninya jatuh menutup mata. Tersadar jika itu salah Hwang Hyerin menghembuskan napas, ini adalah Seoul dan ia adalah Hwang Hyerin yang baru jadi lupakan masa lalu.
Setelah merasa cukup menenangkan hati gadis itu melangkah ke luar untuk mencapai tujuan utamanya. Alamat yang tertera pada robekan kertas yang digenggamnya di sebelah tangan sedangkan tangan lain mengangkat tali tas hitamnya.
Menghentikan taksi sebagai kendaraannya. Meskipun sadar jika uang miliknya tidaklah mampu tapi pilihan taksi adalah yang tepat untuk dirinya yang buta Kota Seoul.
Taksi melaju dengan tenang namun tidak baginya. Hwang Hyerin merasakan kekhawatiran dalam perjalanan. Semakin ia dekat dengan tujuan, semakin berdesir nadinya.
Ia tidak tahu letak alamat yang tertulis di kertas itu. Pun tidak mengerti siapa pemilik alamat tersebut. Perjalanan jauhnya adalah tanpa tahu tujuan. Dan tanpa tahu alasan dibalik kekhawatiran dirinya sendiri.
Hwang Hyerin memilih menolehkan kepalanya ke arah jendela. Sesekali melirik angka di argo dashbord yang kian bertambah jumlahnya, menambah satu lagi kekhawatirannya.
Baiklah biarkan.
Retinanya kembali terpaku ke langit biru.
Hai, Seoul?
KAMU SEDANG MEMBACA
THEM
Fiksi Penggemar"Dalam kehidupan fana ini, perjalanan waktu mengiringi setiap langkah kita. Baik suka maupun duka, yang telah atau hendak tiba. Semua itu tergantung dari bagaimana cara kita menghadapinya. Di sinilah, bagaimana kita percaya terhadap diri kita" • • •...