"Although there's no answer yet
You can start the fight"•
"Sial sebaiknya kau diam", ancam pemuda bersuara husky yang langsung menghentikan gerakan Hwang Hyerin yang memberontak ingin dilepaskan. Tiba-tiba saja suara itu menakutinya berakhir membuat tangan Hyerin yang hendak mencabut tangan kekar itu mendadak tidak memiliki kekuatan.
Hanya hembusan napas yang silih berganti serta sapuan angin di dedahanan yang bergemerisik tenang yang mampu didengarnya sedangkan matanya menatap lurus ke depan tidak berani sekedar melirik ke samping maupun ke atas. Tempat ini benar-benar sesak, ia butuh oksigen.
Hentakan alas kaki yang bergemuruh semakin keras mendekati mereka membuat tangan besar itu semakin membekap mulutnya, bertambah menyusahkan dirinya bernapas.
"Bagaimana kalian melihat mereka?"
Dua pelajar di sana menggeleng kuat kepada pemuda yang tadi berteriak dari lantai dua sambil terus mengintai lingkungan di sekitarnya.
"Sialan aku sangat yakin tadi Kim Taehyung, Jungkook, dan Jimin"
"Hyung mereka benar-benar mengacau. Motor kita jadi cantik-cantik sekali"
"Brengsek lihat saja besok!"
Tidak ada lagi suara hingga dua detik selanjutnya dentuman tong sampah yang kosong jatuh bergema oleh tendangan membuat pundak Hwang Hyerin terangkat kecil.
Jeon Jungkook melihat ke bawah hendak memarahi gadis yang dengan polosnya tadi hampir menunjukkan keberadaan mereka, namun matanya tak sengaja terarah ke pita di lengan atas gadis itu yang jaketnya tersingkap dari pundak.
Kim Taehyung di sampingnya juga memperhatikan apa yang ditatap Jungkook lalu memilih tidak ikut campur. Sedangkan Park Jimin yang tidak tahan berada di paling dalam merasakan kepanasan menjadi ribut, merangsek ingin ke luar tak sengaja menendang tas besar di genggaman Hyerin.
Mereka akhirnya ke luar. Hwang Hyerin mengambil oksigen dengan puas saat mulutnya tak lagi dihalangi. Sementara tiga orang di sana memperhatikannya, merasakan itu dia langsung menunduk. Lagi-lagi perasaan tidak suka ditatap.
Begitu ketiganya pergi Hyerin pun bernapas lega.
___
"Apa kau benar-benar akan membawa mereka?"
Suara Park Jimin mencuat di tengah dinginnya angin malam berhembus, menggerak-gerakkan kecil surai mereka. Tidak ada yang bicara usai pernyataan Kim Taehyung terakhir, baru kalimat Jimin barusan yang mampu menyudahi keheningan mereka.
Kini tiga remaja laki-laki itu duduk di balai-balai depan flat kecil rooftop milik mereka.
"Jangankan membawa. Kuyakin dia tidak mampu sekedar memberi tahu", kini giliran si irit bicara kedua menyuarakan pendapat.
Sial.
Ini topik sensitif bagi Kim Taehyung. Dua temannya itu sudah tahu tapi justru beranggap santai. Ya tapi memang apapun permasalahan mereka, selalu saja ditanggapi biasa bukan?
"Aku tidak bisa membawa orangtuaku"
Akhirnya mulut Kim Taehyung bicara setelah hanya diam saja, "Sebab itu, hanya ada dua cara. Pertama mengabaikan kata-kata Guru Kang, lagi pula mereka juga tidak memberi surat pengantar. Dua, aku minta bantuan salah satu dari kalian"
Solusi selesai.
Kim Taehyung merebahkan tubuhnya menjadi terlentang, menatap gemintang yang seperti titik-titik menguar cahaya dan bulan penuh menggantung di sisi lainnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
THEM
Fanfiction"Dalam kehidupan fana ini, perjalanan waktu mengiringi setiap langkah kita. Baik suka maupun duka, yang telah atau hendak tiba. Semua itu tergantung dari bagaimana cara kita menghadapinya. Di sinilah, bagaimana kita percaya terhadap diri kita" • • •...