4 - percaya

26 2 3
                                    

Beruntungnya Nara belum sempat menaruh harapan yang besar pada Garuda. Dia memang sulit percaya pada orang yang baru dia kenal, Garuda dan perempuan itu tidak berpengaruh besar pada hatinya. kecewa sih sedikit.

Dulu ia pernah benar-benar percaya dan mencintau lelaki nomor satunya, dan ya dia sangat dikecewakan, mulai dari situ dia belajar untuk tidak mudah percaya.

Pagi pagi sekali Nara sudah berangkat menuju sekolah untuk menghindaru Garuda karna pasti Garuda dan segala omong kosongnya datang mengusiknya.

Nara menyusuri koridor kelas tidak begitu sepi namun hening. yang pertama kali Nara liat saat memasuki kelasnya adalah Garuda yang sudah setia duduk di bangku sampingnya.

"Pagi Nar." Garuda tersenyum tipis, Nara hanya diam tak menanggapi mengambil posisi disamping Garuda tapi membelakanginya.

"Soal yang kemaren lo liat itu-" Sebelum Garuda melanjutkan Nara langsubg memotong pembicaraan, membalik tubuhnya ke arah Garuda dan menatapnya tajam.

"aku gak peduli, yang aku mau tanya cuma satu, dari kejadian di kantin itu sampe hari ini mau kamu itu apa? yang kamu cari di aku itu apa?"

"Kita pacaran." ucapnya lembut "saling sayang, saling cinta, bisa?" Garuda menarik tangan Nara dan mengusapnya perlahan
"Kalo emang gak bisa, izinin gue yang sayang sama lo, cukup gue lo gak usah, bisa Nar?" sambungnya lagi.

Nara hanya diam tidak bergeming, mereka hanya saling memandang menatap keindahan satu sama lain.

"Gak usah bales perasaan gua juga gpp, lo cukup rasain aja." Garuda menatapnya lekat. Garuda beranjak dari duduknya dan meninggalkan Nara dan perasaan nya yang semakin hari makin tidak jelas.

*****

Bel istirahat telah berdering sejak 15 menit lalu tapi Nara masih blm beranjak dari kursinya, Gea dan Kesya sudah mencoba mengajaknya namun Nara tetap pada pendiriannya untuk menetap di kelas. menutup sebagian mukanya dengan tangannya dan mencoba untuk tidur.

Dia sengaja melewatkan makan siangnya di kantin untuk menghindari Garuda dan Genta ya selama beberapa waktu ini mengusik pikirannya.

"Nar kali ini lo harus keluar!" Gea datang mengebrak kecil meja Nara.

"Aku ga laper Ge." ucapnya lalu mulai menutup mukanya untuk tidur lagi.

"Garuda berantem di lapangan."

"Gak ada urusannya sama aku." balasnya sedikit jengkel

"Sama Kak Genta." balasnya lagi.

Nara lantas mengangkat wajahnya, mulutnya sedikit terbuka, lalu lari meninggalkan Gea.

"Yeu si bangsat gua ditinggal." Ucap Gea.

Nara sampai ke pinggir lapangan nafasnya masih terengah-engah dan benar Garuda Dan Genta saling menonjok dan melukai satu sama lain di tengah lapangan menjadi tontonan banyak orang. Garuda tampak lebih aktif menonjok dibanding Genta yang hanya menghindari pukulan itu.

"Garuda, Kak Genta stop!" Nara berteriak namun tidak ada respon dari mereka berdua, masih saling memukul satu sana lain.

Beberapa kali Nara berteriak namun tetap tidak ada respon. Putus asa karena usahanya berteriak gagal Kini Nara berlari ke arah mereka mencoba menengahi.

namun sayangnya pukulan yang akan di beri Garuda ke Genta malah mengenai lengan Nara. Sontak Garuda panik dan langsung menghampiri Nara.

"Nar lo gpp kan? maaf gua bener bener ga sengaja." Nara hanya menggeleng kecil dan segera bangkit menghampiri Genta.

"Kakak gpp?" Genta tersenyum kecil, Nara membantu Genta berdiri.

"Nar disini gua juga sakit." ucap Garuda melemah namun nara bersikap acuh

Nara menoleh sebentar ke arah Garuda
"Maaf Gar, tapi aku bener bener gak peduli." Nara berjalan menjauh dengan Genta disampingnya.

Garuda hanya tersenyum kecut sambil menghapus sedikit darah diujung bibirnya

*****

give a vote and i'll give my heart to you

pesawat kertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang