3

5 0 0
                                    

Pagi ini Raya tampak senang. Senyum di bibirnya terukir sejak dia bangun dari tidurnya. Biasanya Raya selalu dibangunkan Raka dengan segala cara, tapi kali ini dia bisa bangun sendiri entah apa yang buat dia bangun. Raya bersiap siap kemudian dia turuh menuju ruang makan menemui keluarganya.

"Pagi semua!" Sapa Raya pada semua orang di meja makan. Semuanya hanya diam menatap Raya sampai Raka bicara.

"Lah lu kejedot paan pagi pagi dah bangon? Biasanya adu mulut dulu baru bisa bangun ni kebo, tapi gpp deh gue ga capek ke atas buat bangunin lu!" Kata Raka sambil mengambil lauknya.

"Iya ni tumben tumbenan anak papa yang satu ini bangun pagi? Kenapa hayo?" Tanya papa kenapa Raya bisa bangun sepagi ini dari biasanya.

"Udahlah, malah bagus dong anak mama sekarang bisa bangun pagi sendiri! Besok besok juga ya Ra!" Saran mama pada Raya. Raya hanya tersenyum dan mengambil piring untuknya makan.

Mereka makan bersama di meja makan. Keluarga Raya dan Raka memang terbilang harmonis karena beberapa faktor. Orang tua Raya dan Raka tidak pernah menuntut nilai sempurna, mereka hanya menginginkan anak anak nya bisa mengatur pola belajar mereka. Apapun yang mereka dapat akan diterima asalkan nereka mau berusaha meningkatkan hasil dari sebelum sebelumnya.

"Pa, Ma Raka berangkat ya! Ra lu berangkat ama gue ama sama Papa?" Tanya Raka yang sedang mengambil tasnya.

"Aku berangkat sendiri bole ga si? Ato aku di anter sampe jalan depan aja? Kan bakal banyak yang jalan, Eva juga biasanya jalan?" Tanya Raya

"Ya udah tapi Papa yang antar, nanti Papa turunkan di depan! Ambil tas mu sana!" Kata Papa dengan wajah tersenyum

Raya mengambil tas nya di sofa dan bergegas menyusul Papa setelah pamit dengan Mama. Raya duduk di depan bersebelahan dengan Papanya. Di mobil itu berasa sunyi sampai Raya pun memecah kesenyuian itu dengan menyanyi nyanyi sendiri.

"Ra, bukannya papa ga suka dengerin kamu nyanyi tapi ini masi pagi lo kasian itu burungnya kesaing sama kamu!" Kata papa

"Berarti suaraku kan bagus Pa, aku si bakal terus menyaingi burung lagian kadang burung juga kesiangan bangunnya, hehe..." Raya nyengir menatap papa dan terus bernyanyi.

Raya memang dikenal dengan dikenal memiliki suara yang indah, seindah burung yang bernyanyi di pagi hari. Walaupun kelitannya Raya sering bertengkar dengan suara keras tapi jika sudah bernyanyi suaranya sangat bisa menyayat hati makanya Papa hanya diam menikmati lantunan nyanyian Raya.

"Mau turun disini aja Ra?" Tanya Papa seketika sehingga Raya berhenti menyanyi.

"Iya sini aja, Pa!" Kata raya sambil melepas sabuk pengamannya lalu pamit kepada Papa.

Raya keluar dari mobil lalu langsung berjalan menuju gerbang sekolah. Berjalan berdampingan dengan siswa siswi lain yang juga berjlan dari arah yang sama. Raya hanya berjalan sambil sesekali melihat lihat sampai dia menemuka sosok temannya sedang turun dari mobil.

"Evaaaaaaa," teriak Raya sambil berlari menyusuk Eva, Eva hanya menepuk jidatnya mleihat kelakuan satu temannya itu.

"Heh, jangan bikin malu lo pagi pagi! Btw, tumben jalan biasanya bareng Raka? Trs kok lo dateng pagi biasanya lo dateng siang tu?" Tanya Eva karena heran dengan Raya hari ini.

"Elah temen dateng pagi aja heran, semangatin kek biar dateng pagi terus!" Kata Raya sambil menggembungkan pipinya.

Eva hanya menggeleng dan mendahului Raya. Sedangkan Raya terus berteriak memanggil namanya dari pinyu gerbang sampai depan lorong.

"Ih Eva ma gitu banget ama aku"

"Bodo amat Ra"

********************

Kringgg....

Bunyi bel istirahat berbunyi murid murid mul keluar kelas untuk menuju ke kantin. Eva dan Raya sedang berada di kelas sambil melihat lihat dari arah jendela kelas mereka. Sampai akhirnya Eva mengajak Raya ke kantin.

"Ra kantin yu! Bosen" ajak Eva.

"Yoda yu"

Di kantin seperti biasa dipenuhi dengan murid murid. Tidak hanya murid gedung IPS tapi juga ada murid gedung IPA padahal mereka punya kantin sendiri di gedung mereka. Ditengah keramaian itu Raya sempat tidak tertarik untuk melihat lihat tapi akhirnya ia melihat seseorang lalu teringat dengan satu hal......(hedseat Aldrin).

(Duh.... Gimana ni? Hedseat nya kan masih ada di gue, terus kalo dia nyamperin gue gimana?) Batin Raya sambil menggemgam hedseat yang ada di kantung jaket nya - Raya lagi pake jaket.

Langkah kaki yang terdengar mendekati meja dimana Raya dan Eva duduk sekarang orang itu sudah berdiri di samping meja dengan posisi tangan yang dijulurkan kedepan wajah Raya.

"Mana?" tanya Aldrin sambil menatap wajah Raya.

"Apa?" tanya Raya.

"Jangan pura pura gatau deh lo udah pegang tadi waktu lo liat gue" jelas Aldrin.

"Oh earphone, nih!" kata Raya sambil merogoh kantung jaketnya.

Aldrin hanya mengambil earphone nya lalu langsung pergi begitu saja meeninggalkan mereka. Sedari tadi Eva hanya melihat dengan tatapan bingung menghadap Raya. Dia bingung kenapa Aldrin bisa tau Raya.

"Ra, kok lu bisa si deket sama Aldrin? Sampe earphone nya aja ada di lo?" tanya Eva dengan tatapan bingung dan penasaran.

"Maren dia yang nganterin gua balik!" Jelas Raya

"Whattttt? Sumpah Ra? Demi apa lo bisa dianter balik sama dia?" pertanyaan Eva mulai membuat Raya sebal.

"Dih, emang napa si lagian cuma dianter balik doank! Udah ah mau ke kelas"

"Ih Rayaa, tungguin!" kata Eva sambil mengejar Raya.

Didalam pikiran Raya sekarang hanya ada kata Aldrin cowo yang tadi ngambil earphone nya dari dia. Serasa pengen menghentikan waktu supaya Raya bisa natap lama wajah Aldrin. Kali pertama Raya ngerasain yang namanya suka sama cowo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang