"Bagaimana rasanya berada di sel tahanan?" Wanita itu menatap pria yang tadi mengajukan pertanyaan kepadanya.
"Not bad," jawabnya seraya membuka kaca mobil perlahan, lalu menghirup udara sejuk yang masuk kedalam mobil.
"Tutup kacanya, Ana. Udara malam disini dingin."
Wanita itu mengacuhkan perkataan pria di sebelahnya. Sekarang dia malah mengeluarkan sebagian badannya ke luar kaca mobil yang masih bergerak itu.
"Oh cukup! Jangan bermain-main, Ana! Jika kau terluka, tuan Rutherfold tak segan-segan membunuhku! Tutup lagi kacanya!" teriak pria itu sambil menarik-narik baju wanita itu agar dia duduk tenang.
Wanita yang dipanggil Ana hanya terkekeh. Lalu memasukan badannya lagi ke dalam mobil. Tak lupa menutup kacanya rapat.
"Easy, dude! Aku hanya ingin menghirup okesigen di luar." Ayana —atau yang sering dipanggil dengan Ana— menyenderkan kepalanya ke jok mobil sesekali bersiul tenang.
Pria itu lantas mendengus keras setalah mendengar jawaban dari Ana. "Lama-lama aku gila jika berhadapan denganmu." Ana hanya memberi tanggapan dengan senyum ringan.
Kemudian keadaan hening lama, karena pria yang bernama Alex termasuk orang yang tak suka dengan keadaan hening, jadi dia memutuskan untuk memecah keheningan. "Kamu sudah mendapatkan lisensimu."
Hening
"Ana?"
Tak ada jawaban dari sang wanita yang ditanya, lantas Alex melirik wanita disampingnya. Ana menatap kaca sampingnya dengan pandangan kosong.
"Ana, are you ok?"
Ana menghela napas. Lalu melirik Alex sekilas. "Bagaimana kabar keluargaku?"
Alex mendengus malas karena merasa diabaikan. "Kupikir kau sudah tuli karena terlalu lama di sel tahanan." Ana malah tertawa mendengar sindiran Alex.
"Stop! Aku sedang serius, Ana," kata Alex dengan nada malas.
"Selera humormu rendah sekali ,Alex. Aku bingung kenapa Jessica masih bertahan dengan pria sekaku dirimu," kata Ana sambil menatap Alex kasihan.
Bukankah selera humornya yang rendah? Batin Alex mendengus kesal.
"Bagaimana kabar keluargaku? Apakah mereka tau tentangku?" Ana mengulang pertanyaannya sekarang tatapannya lurus kedepan dengan wajah datar.
Alex menghela napas pelan, mencoba menenangkan pikirannya, dia harus fokus menyetir. Menghadapi satu orang seperti Ana membuatnya harus belajar mengendalikan emosi.
"Mereka baik-baik saja. Mereka sampai saat ini tidak tau tentang kau yang pernah menjadi tahanan. Hmm.. Dan soal keluargamu. Well, ibumu rajin memeriksa keadaannya ke dokter, ayahmu masih suka pergi memancing—"
"Pria tua satu itu memang susah sekali diberitahu. Seharusnya dia istirahat saja di rumah." Ana menghela napas lelah. Dia memijit pangkal hidungnya kerena mendadak kepalanya pusing, "maaf, lanjutkan lagi alex," lanjut Ana saat melihat Alex kesal kerena ia memotong pembicaraan.
Alex menghembuskan napas pelan sebelum melanjutkan perkataannya yang sempat terpotong, "Kakakmu sibuk dengan merintis perusahaan barunya— Oh jangan lupa, kamu sekarang sudah punya keponakan perempuan."
Ana mengeryit heran. Keponakan? Seingatnya kakaknya belum menikah dan adiknya masih sekolah. Ana tak sempat bertanya karena Alex memberhentikan mobilnya tepat di depan pelataran sebuah rumah, lalu keluar dari mobil dengan cepat.
"Apa maksudmu Al— JANGAN BILANG KAKAKKU SUDAH MENIKAH?!" teriaknya ketika sudah keluar dari mobil dan menyusul Alex.
Alex tak langsung menjawab. Dia malah keluar dari mobil, disusul oleh Ana. Alex berjalan mendahului Ana masuk ke dalam Rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pieces Of Me
RomanceUsahanya untuk menolong seseorang yang tiba-tiba pingsan di jalan malah membuat Ayana dituntut oleh keluarga si pasien. Mengharuskan Ayana merasakan jeruji besi dan dinginnya sel tahanan selama 4 tahun. Sebenarnya dia bisa saja meminta tolong Pria T...