1

507 41 4
                                    

Hallo gue bawa cerita baru nih guys. Ini update suka2 yess.

Udah pasti banyak typo dan kesalahan. Cerbung ini gue khususin ngetik di hp

Semua orang berharap bahwa memiliki kehidupan yang layak, keluarga yang lengkap pula kasih sayang dari keluarga yang melimpah. Nyatanya tidak untuk seorang Jongin. Iya hanya Jongin tanpa marga yang terselip di depan atau belakang namanya. Dia siapa? Hanya seorang anak sebatangkara yang berusaha untuk hidup lebih baik.



Jongin hidup luntang – lantung di jalanan bukan berarti dia adalah anak nakal, melainkan dia adalah yang tak memiliki tempat tinggal. Dia masih bersyukur setidaknya ketika hujan masih ada pemilik toko yang membiarkan dia tidur depan toko tersebut.

Setidaknya dia masih bersyukur ketika ada seseorang yang meminta bantuan untuk mengerjakan beberapa pekerjaan dan di bayar meski sedikit Jongin tak apa hanya untuk makan hari ini. Setidaknya tak ada preman jalanan yang mengambil rezeki miliknya hanya untuk makan.



Semua kesengsaraan Jongin berawal dari dia masih berumur lima tahun, dia ingat dulu Jongin memiliki seorang ibu dan seorang kembaran meski dia tidak tau siapa ayahnya. Lalu seorang nenek dan kakek yang menyayanginya, pada awalnya itu semua berjalan dengan indah. Hingga sang Ibu memutuskan  untuk pergi dari rumah dengan membawa kembaran nya tanpa membawa Jongin.



Pada awalnya Jongin baik – baik saja tanpa ibu dan kembarannya, lalu lima bulan kemudian kakeknya meninggal dunia. Membuat Jongin dan Nenek kerja keras dengan nenek yang bekerja menjadi pembantu rumah tangga dan Jongin yang membantu tetangga buah di beberapa toko langganan yang tak begitu jauh setelah pulang dari sekolah.



Setiap hari Jongin melakukan hal itu untuk membantu neneknya, sampai pada umur sembilan tahun kesengsaraan Jongin belum juga berakhir. Umur nenek yang semakin tua dan si pemilik buah yang biasa untuk stok ke toko itu pindah rumah. Jongin yang masih berumur sangat muda itu berusaha untuk bekerja semampunya untuk membeli obat nenek yang sudah sakit – sakitan.



Hanya sampai setahun itu nenek dapat bertahan. Kepiluan semakin menjadi kalau sang nenek tutup usia tepat di hari ulang tahun Jongin.  Dia menangis pikun sesuatu yang harusnya menjadi hal terbahagia malah menjadi kesedihan mendalam.



Dan kehidupan sengsara Jongin di mulai pada saat ini. Rumah yang di sita karena Jongin tak dapat membayar rumah sewa. Hidup di jalanan sambil terus mencari dimana keberadaan sang ibu dan kembarannya dengan membawa foto usang milik sang ibu.


Sambil dia mencari informasi keberadaan sang ibu dan kembarannya sambil dia juga mencari pundi – pundi uang agar dia bisa bertahan hidup.



Dari Bucheon sampai ke Seoul Jongin terus mencari sang ibu. Mencari informasi yang tak jelas hingga Jongin berusia lima belas tahun Jongin berhenti mencari sang ibu. Jongin pasrah pada hidupnya sekarang yang dia pikirkan adalah bagaimana dia bertahan hidup di ibu kota.



Seperti biasa Jongin mencari pekerjaan yang mungkin bisa dikatakan tak tetap. Kadang menjadi kuli bangunan, kuli panggil, pengantar koran, atau apapun yang penting pekerjaan sehat.



Setidaknya kini Jongin sudah tak lagi tinggal di jalanan meski masih suka kelaparan. Ada satu rumah kosong lama tak dihuni tak jelas juga siapa pemiliknya. Jongin tinggal di sana hanya untuk tidur dan mandi.


Jongin tau diri dia tak mengisi rumah dengan banyak barang hanya kasur bisa usang yang dia dapat dari tong sampah juga baju - baju yang dia dapat dari tong sampah khusus pakaian. Dia bersyukur ada sumur di dalam rumah itu yang bisa dia gunakan untuk mandi.


Jongin juga bekerja di kedai usang sederhana yang pemiliknya adalah sepasang suami-istri yang sudah tua. Mereka sangat baik pada Jongin mereka juga menawarkan agar Jongin sekolah lagi tapi Jongin menolak dia bukan orang yang mencari kesempatan. Ada rumah kosong yang bisa di huni lalu pekerjaan tetap yang menjamin dia bisa makan meski sehari sekali pun dia bersyukur.

JOURNEY OF LIFE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang