Tepat pukul 16.00.
Aku memutuskan untuk merapikan meja kerjaku dan pulang tepat waktu setelah 2 minggu berturut-turut selalu pulang di atas jam 21.00.Berlalu sudah evaluasi konsep yang memakan waktu cukup lama. Menyatukan konsep yang telah dibuat klien dengan ide tambahan dari tim kantorku tidaklah mudah. Dan hari ini, setiap rapat diluar jam kerja, setiap tenaga ekstra yang tercurah akhirnya terbayar saat menemukan titik tengah terkait pengembangan konsep desain proyek klien.Klik! Dan kami siap untuk membentuk perencanaan detail terkait biaya serta rincian gambar tehnik untuk konsep desain bangunan klien. Well, masih cukup jauh dari kata rampung. Tetapi sudah cukup untuk membuat kami bernafas sedikit lebih lega. At least, ketika time table sudah dibuat, eksekusi proyek akan lebih terarah.
"Fiuh.." Meja kerjaku telah beres dan aku siap menikmati sore ini.
"Udah bisa pulang lebih awal nih, Nate ?"
"Eh? Iya nih, Gis. Finally." Aku agak kaget karena Gisa menyapaku.
Gisa adalah salah satu primadona di kantorku, usia nya yang masih cukup muda dan attitude yang ia miliki membuat semua orang menyukainya. Parasnya, penampilannya, bahkan kinerjanya pun sangat brilliant. Prestasi kerjanya gila-gilaan, dalam setahun dia bisa menggarap 2-3 proyek yang cukup besar. Jadi, tentu wajar kalau dia sering mendapat penghargaan sebagai best employee.
"Congrats, Nate. Harus semangat sampai finishing ya!" Gisa mengatakannya sambil tersenyum.
"Ah, iya. Thanks ya." Aku membalas senyumannya.
"Feel free to share ya, Nate. Kalau-kalau ada kendala, siapa tau aku bisa kasih masukan."
"Siap, Gis. Tumben kamu masih di kantor? Biasanya jam 3 udah cabut buat monitoring proyek."
"Iya nih. Aku diminta untuk ketemu Pak Barry, beliau minta penjelasan terkait progres proyek hotel."
"Wah, presentasi langsung yak. Pasti bisa kamu, Gis." Giliranku menyemangati Gisa.
"Makasih, Nate. Jarang-jarang nih kita ngobrol gini ya hahaha.." Gisa tertawa ramah.
"Bener tuh haha.. Aku sempet kaget tadi kamu tiba-tiba nyapa."
"Hahaha.. kamu lagian gak pernah nyapa duluan sih. Such a shy boy kamu mah."
"Ya kan respect sama kamu, Gis. Best employee, jadi aku segan nyapa hehe.."
"Yaelah.. Gak usah bawa-bawa itu lah, sapa aja kalau mau sapa. Santai lah, kita semua disini punya visi yang sama lagian, mau kasih yang terbaik buat klien." Gisa terdengar kurang nyaman saat aku mengungkit reward yang diperolehnya. Ciri khas orang humble.
"Siap, Gis. Mulai besok bakalan selalu aku sapa deh."
"Sip! Rumah kamu jauh dari kantor ?"
"Hmm.. 25 menit kalau ga macet. Ga seberapa jauh sebenarnya."
"Let me guess, kalau macet bisa hampir 2 jam pasti.. Dimana emang rumahnya anyway ?"
"Bukan rumah, Gis. Apartemen, di benhil."
"Waw, jakarta pusat. Aku juga lho. kapan-kapan sabi dong aku nebeng ke kantor hahaha.."
"Boleh boleh haha.."
"Yaudah, balik gih kamu. Maaf yak malah aku ajak ngobrol, jadi ketahan kamunya."
"Santai lah, Gis. Such a pleasure bisa nemenin kamu ngobrol, biasanya kan sibuk haha.."
"Yee dasar, kamu kan juga sibuk biasanya. Udah ah, balik gih.."
"Oke dah. Balik duluan yak."
YOU ARE READING
Count on Me
RomanceGisa adalah salah satu primadona di kantorku, usia nya yang masih cukup muda dan attitude yang ia miliki membuat semua orang menyukainya. Parasnya, penampilannya, bahkan kinerjanya pun sangat brilliant. Butuh waktu 3 tahun untuk dapat berbincang san...