Karma 1

441 53 3
                                    


Dia itu seperti virus, menodai tatapan mataku, lalu menyusup lewat kornea dan plasss! hilang dengan cepat Bersama lajunya aliran darahku. Berhenti seperti gumpalan asap pekat dan tebal didadaku, seketika membuatku sesak dan nadiku berhenti berdetak. Detik berikutnya Tuhan mengembalikan lagi denyut nadiku ketika dia tak lagi tertangkap pandanganku,

Cepat ku raup Udara sebanyak-banyaknya, berharap paru-paruku bisa menampungnya untuk pasokan nanti jika tiba-tiba mata ku menemukannya kembali.

Aku memejam mata sejenak kemudian melangkah pergi.

"Kau melupakan ini."

Langkahku terhenti, suara tak asing membuatku berbalik dan aku baru sadar jika sebelum beberapa detik lalu jiwaku mati, aku sedang Bersama seseorang.

Dia tersenyum sembari menjulurkan buku milikku.

Aku mengambil buku itu dari tanganya, "Kau menyukainya?" Lanjutnya,

Aku menganga, mengerti arah pembicaraannya,

"Dia sangat cantik bukan? tapi aku dengar dia berbisa. Laki-laki cantik itu, telah mematahkan puluhan hati yang memujanya."

"Aku tidak tertarik." singkatku, berbicara dengan wanita ini lebih berbahaya dari pada racun bisa yang si cantik itu tebarkan Bersama pesonanya.

Bukan karena wajah, tapi mulut wanita lebih berbisa dari ular paling mematikan didunia.

Ku putar tubuh dan kembali melangkah pergi,

"Aku sudah banyak mendengar gosip tentangmu!"

Tuli, aku sedang menulikan telingaku atas teriakannya,

"Aku tahu alasannya mengapa kau menolakku,!"

wanitan itu masih berteriak, aku benci suaranya, Aku benci dengan senyum kepura-puraannya dan aku benci basa-basi yang selalu ditunjukkan didepanku, seperti sebelum saat tadi iblis cantik itu mencengkeram napasku dengan satu kerlingan mata doe nya.

Yah, aku pernah terluka karena laki-laki itu, berkali-kali bahkan. Dan sampai sekarangpun luka itu masih bisa ku rasakan pedihnya.

"Kau Gay!. Kau menyukai laki-laki itu! Dan dia berkali kali menolakmu karena kau adalah saudara tirinya! Dasar bodoh!"

Langkahku berhenti tepat ketika kedua ujung kakiku berada pada satu garis lurus dengan ujung kaki seseorang yang juga berhenti karena suara teriakan wanita itu, mungkin saja. Aku tidak tahu pastinya karena aku berusaha untuk menghindari tatapan matanya, tetapi melihat semua orang yang berada di sekitar taman itu berhenti dari aktifitas mereka dan memfokuskan tatapan pada wanita yang baru saja berteriak padaku, aku yakin Iblis cantik itu juga melakukannya.

Abai, aku melangkahkan kakiku kembali, tidak memedulikan sekitar yang masih diam hening.

"Urus perempuanmu sebelum pergi, Jung Yunho."

Aku mencengkeram dada, kakiku kaku terpaku pada satu titik ketidak berdayaan atas suara lembut yang mematikan itu.

"Sial!" guamanku pada diri sendiri, berapa kalipun aku mencoba untuk tidak lagi terlibat dengannya, waktu selalu menarikku mendekat.

"Tuhan, jika rasa ini adalah dosa, lalu mengapa selalu kau pertemukan aku dengan dirinya?" lagi, aku berguman sendiri. menghirup Udara dalam untuk kesekian kalinya, mengumpulkan kekuatanku hanya untuk mengatakan dua kata, "BUKAN URUSANMU!" Lalu secepat kilat pergi meninggalkan tempat itu.

Aku, juga ingin dia tahu bahwa aku juga memiliki keangkuhan yang sama. Seribu kalipun dia menolakku, maka seribu satu kali aku akan tetap melafalkan rasaku, untuknya.

KARMAWhere stories live. Discover now