dunia itu sempit

505 64 14
                                    

"Ternyata mereka anak sekolah sebelah," kata Soobin sambil menaruh sebungkus roti di hadapan Beomgyu. Mereka sedang di kantin sekolah, mengisi perut selama jam istirahat.

"Oh ya? Dekat dong berarti." 

"Kak Seokjin guru di sana, jadi tahu. Katanya, yang berkenalan denganmu itu kapten tim sepak bolanya sekolah. Langganan juara olimpiade juga katanya."

"Kalau yang berkenalan denganmu itu, Kak?"

"Idolnya sekolah sih. Anak band dan tim dance." 

"Bener-bener kebalikan dari kita ya, Kak. Rangkingku paling tinggi hanya 20 besar di kelas, terus kakak anti sekali dengan kegiatan seperti itu." 

Soobin hanya manggut-manggut setuju. "Kalian sudah bertukar nomor belum?"

"Dia tidak minta sih. Tapi semalem tau-tau dia ngefollow instagramku, trus spam like sampai notifku penuh." 

Soobin terkekeh. "Kelihatan sekali kalau dia menyukaimu." 

Beomgyu pout, tapi pucuk telinganya kelihatan merah. "Kemarin bicaranya blak-blakan sekali. Padahal kan kemarin itu kenal saja baru namanya, tapi ... ih, bikin sebel."

Yang lebih tua tertawa. Tawanya unik, tidak terbahak-bahak dengan volume level pengeras suara. Malah bahkan tidak ada suaranya sama sekali kecuali decit-decit gemes. 

Beomgyu sendiri masih cemberut tiap mengingat sesi kenalan dia dan Taehyun kemarin. Kurang asem emang si Kang Taehyun itu.

Pulang sekolah, Soobin dan Beomgyu seperti biasa akan pulang dengan bus umum. Mereka jalan berdua keluar gerbang menuju halte bus yang letaknya sebagai penengah antara SMA BigHit dan SMK MOA. Jam pulang dua sekolah itu hanya beda 20 menit, SMK MOA yg duluan. Jadi halte bus ramai dengan anak-anak sekolah. 

Soobin dan Beomgyu memutuskan untuk menunggu di bawah pohon, karena halte sudah penuh. Mereka asik sendiri main ponsel, tidak menyadari kalau ada dua pengendara motor yang berhenti di depan mereka. Para siswa yang menunggu di halte pada histeris, Soobin dan Beomgyu refleks mengabaikan ponsel mereka untuk melihat situasi. Keduanya kebingungan saat dihampiri oleh dua siswa berhelm besar. 

"Hei," sapa salah satu dari mereka, yang lebih tinggi, sambil membuka kaca helmnya. Senyumnya mengembang saat matanya bertemu dengan milik Soobin.

"Eh? Yeonjun?" 

Siswa itu mengangguk. 

Giliran siswa yang lain yang membuka kaca helmnya, kali ini Beomgyu yang berseru. 

"Taehyun?" 

"Halo, Manis." 

Wajah Beomgyu mendadak panas.

"Pulang bareng yuk? Busnya lama tuh nunggunya," tawar Yeonjun pada keduanya. Lebih tepatnya pada Choi yang tinggi. 

"Tapi Beomgyu--" 

"Dia sama aku," sahut Taehyun.

Dua Choi itu saling tukar pandang. Mereka sebenarnya sama-sama keberatan, tapi karena tidak enakan juga orangnya, akhirnya keduanya mengangguk. 

"Yuk," ajak Yeonjun sambil memimpin Soobin menuju motornya, sementara Taehyun mengajak Beomgyu ke motornya. Seperti sudah direncanakan, kedua pengguna motor itu sudah menyiapkan satu helm lagi untuk 'pasangan' masing-masing. Motor Yeonjun berwarna biru gelap, sedangkan milik Taehyun merah maroon. Tanpa sekalipun memedulikan para siswa yang entah rumpi apa di halte, dua motor itu lantas melaju cepat membelah jalanan. 

"Rumahmu di sebelah mana?" tanya Yeonjun dengan sedikit berteriak pada Choi di belakangnya. 

"Di perum Crown, blok A."

Double DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang