BAB 2. Hari-hari yang biasa

1K 14 0
                                    

Tepat pukul 04.00 dini hari, aku bangun dari mimpi indahku. Aku terbangun oleh alarm jam beker ku di samping tempat tidur.

"Ibu, ada yang bisa aku bantu?"
"Oh, iya. Kamu bantu masak nasi ya nak"
"Iya bu"

Begitu lah setiap hari nya, setelah bangun langsung membantu ibu memasak untuk sarapan kita sekeluarga.

"Ibu, nasi nya sudah matang"
"Taruh di meja ya nak"
"Iya bu"

"Bu, saya mau siap siap ke sekolah dulu ya"
"Iya nak, jangan sampai ada yang tertinggal"
"Iya bu"

Aku pergi menuju kamar ku untuk menyiapkan baju, buku, dan keperluan sekolah lainnya. Kemudian, aku mandi dan segera melaksanakan shalat subuh sebagai kewajibanku sebagai umat islam.

Setelah itu, aku sarapan dengan ayah, ibu dan saudara saudara ku. Selesai sarapan, aku bergegas untuk ke sekolah.

"Ayah, bu, saya mau berangkat ke sekolah dulu. Doa kan saya agar bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk masa depan"
"Iya nak, hati hati ya, belajar yang benar agar kamu hisa mencapai cita-cita mu"
"Iya bu, yah. Saya pergi dulu ya, Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"

Aku pergi ke sekolah bersama teman teman ku. Melewati sawah dan sungai sudah menjadi biasa karena sekolah kami memang jauh dari desa. Berjalan bersama teman sambil bercerita apa yang telah mereka pelajari saat dirumah, kegiatan apa yang sedang dilakukan di hari kemarin, dan lain lain.

Bel sekolah pun berbunyi, pertanda jam belajar di sekolah akan di mulai. Aku duduk di bangku depan agar bisa memperhatikan guru dengan sebaik-baiknya.

"Kartini"
"Iya bu"
"Setelah ini, kamu mau bersekolah dimana?"
"Saya ingin masuk ke sekolah kejuruan, bu"
"Bagus, semoga bisa tercapai cita cita kamu ya, Kartini"
"Aamiin, terima kasih, bu."

Aku mulai berfikir, bagaimana caranya agar aku bisa masuk di sekolah kejuruan, sedangkan kebanyakan anak perempuan di desa tidak di perbolehkan sekolah tinggi.

"Pasti bisa, aku yakin" kataku dalam hati.

R.A KartiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang