[O1]-ketua komisi kedisiplinan

2.7K 284 40
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gini aja, kalo menurut gue mending Gara aja yang jadi KA Komdis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gini aja, kalo menurut gue mending Gara aja yang jadi KA Komdis. Muka dia, kan, sangat mendukung tuh, sangar-sangar karismatik. Toh dia juga Ketua 2, tahun lalu kan yang jadi KA Komdis jabatannya sama."

Ruangan yang tadinya sunyi seketika menjadi riuh setelah Januar, ketua 1 OSIS SMA Ganesha periode 18/19, mengutarakan pendapatnya. Dari pojok kanan, terdengar suara sang bendahara osis menyetujui usulan Januar. Sedangkan di sisi lainnya ada sosok sekretaris osis yang menggumamkan ketidaksetujuannya.

"Gue gak yakin, sih, kalo Gara yang jadi KA Komdis, lo tau sendiri kan dia orangnya gimana?"

"Disiplin aja nggak, masa mau ngedisiplinin adek kelas."

"Eh tapi asik juga tau. Nih gue yakin seratus persen, Gara bakalan jadi most wanted pas mos nanti. Secara tampangnya dia itu cocok banget buat di jual. Nah kan seru kalo most wantednya di jual dengan harga mahal."

"Itu maksud gue, kalo dianya susah digapai kan degem- degem bisa pindah haluan ke gue."

Aga selaku pemimpin rapat kali ini hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan pemikiran rekan-rekannya. Apalagi dengan bualan seorang Reksa yang minta dihujat netizen itu.

Tok! Tok! Tok!

Semuanya kembali tenang, menatap Aga yang tengah mengetukan penggaris milik Ica—sekretaris umum OSIS—pada sebuah meja di sampingnya. Hening, semuanya menatap lekat ketua panitia mos tahun ini dengan harap-harap cemas. Takut- takut jika Aga akan menyemprot mereka dengan kata-kata pedas miliknya. Semua tahu, Aga ini anaknya humoris tapi jika sudah menyangkut masalah organisasi tegasnya minta ampun.

Tak terkecuali pemuda yang berada di barisan paling belakang. Gara, segera menonaktifkan ponselnya ketika mendapati sorot tajam milik Aga.

"Kita denger dulu tanggepan dari Gara. Dia mau atau nggak?" tutur Aga dengan suara tegasnya.

Tatapan anak- anak berganti sasaran, pada Gara. Gara hanya bisa tersenyum kikuk dengan dahi hampir semua terlipat. Tangannya reflek menggaruk tengkuk yang sama sekali tak gatal.

S E G A R A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang