the beginning

100 21 11
                                        

Mungkin Yuvin dan Yohan bukanlah pasangan ideal seperti kriteria atau stereotip kebanyakan orang, namun mereka tidak peduli toh untuk apa memikirkan perkataan orang lain kalau sudah merasa nyaman?



Awal pertemuan yang justru tidak mengenakan bagi Yohan, justru berbuah manis kemudian. Andai waktu itu Yohan tidak memiliki janji bertemu dengan Eunsang di fakultas teknik—yang berakhir nametag ospek-nya ditarik oleh segerombolan mahasiswa teknik—mungkin Yohan tidak akan pernah mengenal Yuvin.



Ya, karena yang menyita nametag Yohan waktu itu tak lain tak bukan adalah Song Yuvin itu sendiri.



Fakultas teknik memiliki wilayah teritorial yang cukup besar di kampus Yuvin dan Yohan, membuat anak teknik berkuasa untuk melakukan apapun selama berada di wilayahnya—termasuk mengganggu mahasiswa baru dari fakultas lain.




Kebetulan fakultas Yohan bersebrangan dengan fakultas teknik, dan juga temannya sedari SMA merupakan mahasiswa fakultas tersebut membuat Yohan dengan terpaksa harus melangkahkan kakinya memasuki teritori yang menurutnya cukup menyeramkan itu. Nasib tidak baik pun menimpanya karena terpaksa harus berurusan dengan mahasiswa teknik tingkat diatasnya, mengingat betapa menakutkannya kejadian tersebut membuat Yohan bergidik sendiri.



Namun kejadian itulah yang mengantarkannya pada Yuvin.




Song Yuvin, memiliki perawakan yang tinggi besar—walaupun sebenarnya Yohan juga tidak kalah tinggi—dan raut wajah yang disegani terutama oleh mahasiswa baru. Yohan kira dirinya akan habis dimarahi ketika dengan terpaksa harus mengambil nametag nya yang disita oleh kakak tingkat fakultas sebelahnya, berakhir ia dimintai kontaknya oleh lelaki bermarga Song tersebut.




Saat itu Yohan hanya bisa menaikkan alisnya sambil tersenyum penuh arti, benar saja ketika ia sampai di asrama nya ia mendapatkan sebuah pesan.

Saat itu Yohan hanya bisa menaikkan alisnya sambil tersenyum penuh arti, benar saja ketika ia sampai di asrama nya ia mendapatkan sebuah pesan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Hey ngelamun."


Yohan mengerjapkan matanya karena sosok Yuvin melambai-lambaikan tangannya di depan wajahnya, kakak tingkatnya tersebut duduk dihadapannya sambil menaruh tas beserta tabung gamtek di kursi sebelahnya.


"Tuh kopi kamu udah dateng," kata Yuvin.


Yohan memandang kopi dengan asap yang masih mengepul di hadapannya, kemudian terkekeh.


"Kakak nggak pesen?" tanya Yohan.


"Udah kok, kamu aja nggak sadar karena ngelamun daritadi," cibir Yuvin.


Yohan tersenyum, "Aku mikirin pertemuan kita."


Yuvin mengangkat sebelah alisnya, "Kenapa?"


Yohan menggeleng, "Nggak apa-apa, rasanya unik. Siapa orang yang tiba-tiba kirim pesan langsung ngajak ngopi bareng."


"Hahaha, aku gak suka basa-basi," tawa Yuvin, "Terus kenapa kamu langsung nge-iya-in?"


"I had no idea," Yohan mengangkat bahunya, mengambil gelas kopinya di meja lalu mulai meminumnya, "Maybe I had crush on you since the start?"


"Nggak mungkin, kamu keliatan takut pas pertama kali ketemu aku."


Tawa Yohan kembali pecah, hampir saja ia tersedak kopi panasnya.


"Hush ketawanya," Yuvin memegang gelas kopi Yohan agar isinya tidak tumpah, lalu menepuk-nepuk bahu adik tingkatnya tersebut. Lama Yuvin menatap Yohan, ia pun mengusak rambut Yohan sambil berusaha menyingkirkan poni yang menutupi dahi Yohan.


"Masih keringetan tuh, tadi capek latihannya?" tanya Yuvin.


"Iyalah, mau turnamen sebentar lagi. Tapi gapapa kok," sergah Yohan, "Gimana kakak tadi siarannya?"


"Puji Tuhan lancar."


"Oh syukurlah, siarannya bagus kok."


"Bohong, kamu mana mungkin dengerin."


"Hehehe..."



Tak lama kemudian kopi yang Yuvin pesan pun datang, iced americano, seperti awal pertemuan mereka, selalu seperti itu. Ketenangan pun menyelimuti kedua insan tersebut, sesekali Yuvin mengecek ponselnya memastikan kehadiran dosennya untuk kuliah esok hari. Sedangkan Yohan meniup kopinya agar tidak terlalu panas, juga memperhatikan Yuvin yang nampaknya sedang pusing.



Ketika Yohan asyik memandangi Yuvin, ia tidak sadar lelaki bermarga Song tersebut sudah memegang tangannya yang menganggur di atas meja.


"Yoyo, you know I love you right?"


"It's not necessary for you to say that."


Kim Yohan sudah nyaman seperti ini, dan ingin selamanya begini. 


Begitu juga Song Yuvin.

.

.

.

.

***

end or tbc?

perpetuum ;yuyoWhere stories live. Discover now