#13 ─ "Precious."

5.7K 508 14
                                    

Sesampainya di rumah, Mingyu langsung berkutat dengan obat-obatan untuk Wonwoo. Ia dengan telaten membersihkan dan mengoleskan salep di luka Wonwoo. Si tersangka hanya diam saja, tak bereaksi heboh saat ia merasa nyeri di sekujur tubuhnya.

"Kau harus berusaha menahan emosi, Wonwoo." Mingyu masih terus saja berceramah saat akan pulang dan sampai sekarang, memberitahu Wonwoo untuk tidak selalu terpancing emosi dan menahan emosinya dengan baik.

"Kau bisa diam tidak?"

"Terserah, lihatlah wajahmu?!"

"Kenapa?" Tanya Wonwoo.

"Kalau selalu seperti ini, tentu tidak enak di pandang, Wonwoo." Mingyu menyelesaikan plester terakhir di ujung bibir Wonwoo. Kalau dilihat-lihat, Wonwoo memiliki bentuk bibir yang sangat bagus. Jarinya menyusuri bibir merah itu dengan lembut, memperhatikan setiap inci yanh terpahat di sana. Sebenarnya, jika boleh jujur, Mingyu memandang Wonwoo bukan sebagai adik yang seperti ia katanya sebelumnya. Hanya saja Mingyu masih mengelak fakta bahwa ia sangat senang melihat Wonwoo, entah dengan kemarahannya ataupun wajah dinginnya. Mingyu sangat menyukai itu. Dan Mingyu semakin menolak saat pemuda ini memiliki masa lalu yang kelam yang sampai saat ini masih ia hadapi. Datang untuk meminta ijin menjadi sosok yang baru pastinya akan begitu sulit.

"Hey Mingyu, berhenti mengusap bibirku!" Wonwoo meraih pergelangan tangan Mingyu, berusaha untuk menghentikan tindakan yang tidak mengenakan itu. Wonwoo merasa sangat aneh saat Mingyu menyentuh bibirnya.

"A─ah maaf, aku kira bibir dalam mu juga terluka." Mingyu kikuk lalu menata kembali peralatan P3K miliknya dan mengembalikan ke tempat semula.

Wonwoo hanya memandang aneh saat Mingyu berjalan menjauh.

"Mingyu."

"Ya?" Pria yang lebih tinggi itu berjalan mendekat dan mendudukan kembali dirinya di samping Wonwoo.

"Kenapa kau membantuku?" Mingyu tidak menjawab, ia hanya menatap lekat-lekat wajah pemuda itu. Sayang sekali wajah manisnya harus tertutup luka.

"Mingyu?"

"Ya?"

"Kau belum menjawab pertanyaanku."

"Ah itu, karena kau terlihat seperti seorang adik yang membutuhkan pertolongan. Dan aku tulus menolongmu, mengatakan aku mencintaimu, dan nyatanya aku memang mencintaimu sebagai adikku. Kau tahu? Aku ingin sekali punya adik." Mingyu berucap santai, tidak memperhatikan perubahan ekspresi pemuda emo di depannya.

"Ah jadi benar." Wonwoo meluruskan pandangannya. "Cinta memang tidak ditakdirkan untukku." Mingyu mengeryit heran dengan ucapan Wonwoo.

"Apa maksudmu?"

"Kau menganggapku adik kan?" Wonwoo masih menatap lurus, mengabaikan atensi Mingyu yang memusatkan dirinya sebagai poros kini. Mengabaikan pemikiran-pemikiran konyol yang selama ini ia buat di imajinasinya dan menyetujui bahwa Tuhan tidak menciptakan cinta untuknya.

"Terima kasih." Ucap Wonwoo kemudian beranjak menuju kamarnya (sebenarnya kamar Mingyu). Merasa sesuatu yang aneh, Mingyu ikut menyusul Wonwoo dan meraih pergelangan tangan pemuda itu.

"Kau ingin bicara?"

"Tidak."

"Kalau begitu aku yang bicara." Wonwoo masih dengan tatapan dinginnya, menatap manik hitam kelam Mingyu.

"Wonwoo, ini aneh. Saat pertama kali bertemu denganmu aku merasa biasa saja, namun di saat kita dihadapkan kelas yang sama aku merasa sedikit aneh─" Mingyu masih setia mengenggam tangan itu, menyalurkan emosi yang mungkin sekali seumur hidupnya akan di ucapkan.

"Aku mulai memperhatikanmu. Itu hal yang wajar bagi seorang guru, tapi tidak denganku, aku merasa perhatianku berbeda dengan 3 murid lainnya. Aku mulai mendekatkan diri denganmu, membuka lebar tanganku untuk membantumu dan mendengar semua ceritamu. Hingga akhirnya kita tinggal di atap yang sama. Aku sampai tidak bisa tidur memikirkan ini," Wonwoo hanya diam, mencerna kalimat panjang yang penuh emosi dari Mingyu, jantungnya dengan sangat tidak sopan berdetak dua kali lipat dari biasanya.

"Aku selalu menyangkal bahwa aku melihatmu mungkin seperti adik yang manis. Tapi saat aku melihatmu lagi, itu tidak benar. Aku tidak menginginkanmu menjadi adikku─" Mingyu meremas pelan jemari kurus itu, lidahnya kelu untuk berucap.

"Dan tarik ucapanmu tentang Cinta tidak di takdirku untukmu." Sedetik kemudian Wonwoo merasa hangat dengan pelukan Mingyu dan ciuman hangat yang menginvansi bibirnya. Dari kecupan lembut dan sapuan-sapuan hangat yang menyapa hingga lumatan yang membuatnya semakin pusing untuk memikirkan apa yang terjadi saat ini.

Ciuman itu berhenti saat Wonwoo berdesis pelan saat Mingyu dengan tidak sengaja menyapukan ciumannya di ujung bibir Wonwoo.

"Maaf." Wonwoo hanya menunduk malu sambil berpikir kalimat apa yang harus ia ucapkan. Sungguh, Wonwoo tidak ingin kehilangan momen ini.

"Wonwoo?" Pemuda itu mendongak membalas tatapan pria yang satu menit tadi berhasil membuat dirinya berpikir berlebihan.

"Tetap bersamaku apapun yang terjadi, berjanjilah padaku." Wonwoo semakin membulatkan matanya bingung. Jujur, ini pertama kalinya ia merasa seperti orang yang sangat spesial. Dan itu hanya saat bersama Mingyu.

"Maksudmu? Berhenti membuatku bingung."

"Tetap pegang tanganku, aku akan selalu bersamamu. Jangan pernah mempunyai pemikiran untuk pergi dariku."

"Aku tidak mengerti.."

"Tidak perlu mengerti, cinta sangat rumit. Jadi tetap bersamaku dan pegang tanganku."

Mingyu kembali memberi pelukan dan usapan hangat di surai pemuda itu. Membisikan kata-kata yang sangat manis, yang membuat Wonwoo menenggelamkan wajahnya di balik dada bidang itu, melupakan semua sakit yang dirasakannya tadi.

Wonwoo merasa ketenangan di sana; di dalam dekapan itu. Ia bertanya sekali lagi pada Tuhan, apakah penderitaannya telah berakhir? Setelah semua kekacauan yang telah terjadi. Sekali lagi Wonwoo akan bertanya, apakah cinta memang benar ada untuknya? Apakah Tuhan menghadirkan Mingyu untuk membuktikan bahwa cinta benar adanya?

Yang Wonwoo tahu kini ia bahagia, meskipun ia tidak tahu bagaimana nanti kedepannya, ia sudah mempunyai tangan yang akan selalu ia genggam erat di saat sesuatu menimpanya kembali. Ia mempunyai Mingyu untuk mencurahkan semua kekesalannya dan ia mempunyai cinta yang selama ini ia impikan.

People do love you. It's just difficult sometimes to see or believe that when you don't love yourself. But that doesn't mean that nobody loves you. I do. I promise you, i do. ─ Mingyu.

Kau tahu mengapa namaku terdapat kata "Precious" ? Kata nenek aku sangat berharga. Aku terlahir dengan sangat sempurna. Sehingga Ibuku memberi nama Wonwoo Alexander Precious. Tapi omong kosong tentang hal itu, aku sangat membenci namaku. Karena aku tidak pernah merasa berharga bersama mereka.

Hingga seseorang datang dan membuat diriku sangat berharga. Aku tahu nenek benar. ─Wonwoo Alexander Precious.

─end.

[✔] Precious | MinwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang