Banyak yang berubah dari masa ke masa begitu juga yang terjadi dengan Tella kini gadis penyuka olahraga renang itu mulai beranjak remaja, rambut panjang yang selalu di ikat dua seperti anak kecil kini di biarkan terurai hingga sepunggung.
Tella menatap dengan sendu figur foto yang berada di dinding kamar yang telah ia huni selama 4 bulan belakangan ini. Kamarnya tidak terlalu luas seperti kamarnya dulu tapi cukup nyaman untuk hanya sekedar mengistirahatka badan.
Waktu berjalan begitu cepat mebuat Tella sendiri kadang bingung dengan keadaanya saat ini. Setelah hari dimana Papah pamit untuk pergi ke luar kota tepat 8 tahun lalu. Kini laki-laki yang ia anggap superheronya itu tidak pernah menampakan wajahnya lagi dengan alasan pekerjaan yang kian padat, padahal Tella sangat tahu bahwa Papahnya itu pasti bisa barang sekali saja pulang kerumah.
Tentu banyak yang terjadi didalam hidupnya setelah Papah pergi Tella tidak bisa menjelaskan nya secara rinci hingga akhirnya denagan terpaksa ia pindah rumah karna ternyata Papah telah menggadikannya kepada bank
"Pah, tahu gk kita sekarang gk tinggal disana lagi," Tella berbicara pada figur foto sang Papah seolah Papahnya itu berada tepat didepannya.
"Kenapa? Kenapa Papah biarin Tella disini? Papah tahukan Tella suka banget disana? Disini sepi Tella gk suka." itu adalah pertanyaan yang ia lontarkan setiap harinya tapi percuma sama seperti pertama kali ia mencoba, tidak ada jawaban.
"Kalo Tella dikasih satu permintaan sama Allah, mungkin Tella bakal minta Papah jadi uang yang biasa Papah kirim tiap minggunya," Tella tersenyum "biar Tella bisa ketemu Papah tiap minggunya."
Tella menghembuskan nafas kasar, sadar akan tingkah bodoh nya yang selama ini ia lakukan, ia menatap sekali lagi bayangan nya di cermin "Papah udah lewatin 2 kali masa Tella jadi orang gila pah," dia tertawa "sekarang Tella udah mau masuk ke sekolah kejuruan." sambungnya
"Tella, Bayu udah nunggu di luar!!" teriakan sang Mamah menbuat Tella berdecak, ia mengalungkan kalung yang terbuat dari tali rapia dengan permukaan yang di hiasi permen dan jangan lupakan dot bayi yang menjadi penghias membuatnya sangat harus menangung malu mengingat Bayu selalu berangkat dengan motor. Ia tidak biaa membayangkan hak itu.
"Iya bentar lagi!!" balasnya dengan berteriak pula, Tella menghembuskan nafas kasar. Menatap penampilan khas anak Mabis lalu membalikan tubuh berjalan kearah pintu kamar
"Gk kasian ya lo si bayu nunghu lo dari tadi," celetuk Dea, adik Tella yang sedang berada di teras rumah bersama bayu
Tella memutar bola matanya, ia menatap bayu "ayoo, ah!" ajaknya seraya menarik sahabatnya itu
Bayu berdecak seraya menggelengkan kepala, berteman dengan Tella hampir 4 tahun membuatnya tahu apa kebiasaan buruk gadis di hadapanya ini "papan nama lo mana Tal?" ujarnya
Tella dengan refleks menundukan kepala guna melihat kalung papan nama yang seharusnya menempel didadanya, namun yang ia temukan hanya dot bayi. Ia melirik bayu lalu menyengir
"Gue lupa." ujarnya setengah meringis
Dea terlihat menggelengkan kepala melihat tingkah Tella yang sudah menjadi drama tiap pagi hari nya
"harusnya lo diem aja bang, biar dia kualat di hukum senior lagian padahal semalem kan Lo udah nyiapin tapi yang namanya juga Tella gk akan pernah gk ceroboh." ejek Dea
"Diem aja bisa gk sih? Mulut lo mau banget kayanya gue jahit su-"
"Lo masih mau berantem atau mau berngkat?" potong bayu dengan cepat, ia jelas tidak ingin membuang waktu hanya untuk menonton adu mulut antar adik kaka ini.
Tella mengepalkan tanganya ke udara, lalu berjalan masuk kedalam rumahnya guna mengambil barang yang di maksud oleh Bayu namun suara ejekan Dea jelas masih bisa ia dengar
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFATELLA
Teen FictionManusia yg di jadikan kelinci percobaan oleh hidupnya sendiri?