"Menjadi Baik atau jahat, itu adalah pilihan setiap manusia agar dilakoni demi bertahan hidup." Jauh samar-samar telingaku menelisik rentetan kalimat itu. Bibirku tertarik menyudut membentuk senyuman tipis. Serupan bear brand terdengar nyaring pertanda itu adalah yang terakhir membasahi kerongkonganku.
Langkah derapku teratur di koridor kampus sembari menggendong ransel lengkap dengan tentengan senjata utamaku, laptop. Namanya juga mahasiswa IT. sesekali yang berlalu lalang melempar senyum dan sapaan hangat. Aku membalas nan ramah.
Aku mendudukkan diriku di sebuah kursi dalam ruangan. Ruangan yg menjadi tempat kubanyak menghabiskan waktu. Kembali ku membuka laptopku sembari mengerjakan beberapa tugas yang telah d berikan oleh sang dosen. Suara decitan pintu bergema... nampak rekan datang. Kami saling menyapa. Rekan? Atmosfer dalam ruangan itu kini berbeda. Tak menahu sang hati menginginkan apa. Hendak pergi menghapus jejak tak berkenang, namun masih ada sejumput amanah yang menarik menetap. Mungkin memang raga mengikuti aliran sang waktu. biarkan Tuhan turut andil dalam menyelesaikan. Aku percaya.
Semua hati adalah baik nan suci, terenggut ketika para insan yang mengingkan porsi yang lebih menjadikannya ternodai. Ada sebuah kutipan mengatakan "Di dunia ini, tak ada orang jahat, mereka adalah orang-orang yang tersakiti hatinya oleh keadaan." Aku membenarkan hal itu.
Kala seorang datang dengan tatapan penuh beban, memikulnya seorang diri namun membisu dengan ucapan 'tidak apa-apa, semua baik-baik saja.' Mencoba menyembunyikan realita yang ada. Aku pikir saat ku berada di posisinya. Sulit percaya bahwa hatiku akan sekuat dirinya. Hatiku terketuk, berharap dengan uluranku meringankan bebannya. Hatiku menghangat melihatnya menoreh senyuman terpantri indah. Tak ada beban yang menggambarkan lagi. Aku bersyukur pada Tuhan yang selalu meridhoi segala sesuatu.
Hati manusia bukan sebuah objek yang terukur, dalam detikpun akan berubah jika terkehendaki. Hati jika dipergunakan secara berlebihan turut andil dalam bertindakpun tidak benar, semua akan menjadikan kita pihak tak berdaya. Logika pun jika dipergunakan secara berlebihan tak baik dikarenakan menjadikan kita pihak penindas. Semesta diciptakan dengan teratur, seimbang. Begitupun manusia adalah sebuah bentuk mikro dari semesta yang semestinya dipergunakan dengan seimbang pula.
Mungkin diriku ini yang terlalu sering menggunakan hati. Tak berdaya membuat diriku terseret dalam arus kelemahan dan jauh. Seolah menarik diri tapi sebenarnya enggan. Mungkin ku yang terlalu percaya. Tak ada yang menduga akan seperti ini. Ibarat membesarkan dan merawat seekor harimau dari bayi dan ketika dewasa menjadi buas, menjadikan diri sebagai santapan segar.
Memikirkannya seolah mengundang jiwa psikopatku terbangun. Jiwaku butuh keringanan dari segala kekusutan yang ada. Hatiku tak sesampai itu bertingkah jauh. Nuraniku masih ada. Memang tak pernah menyenangkan. Tak akan pernah kubiarkan diriku berkubang dengan segala sesuatu yang menjadikan ku buruk. Mencoba berdamai dengan keadaan adalah langkah terbaik. Berat, namun pelan nan pasti. Tuhan tak pernah tidur. Dia selalu ada menyertai langkahku. Aku percaya pada apa yang di tanam, maka itu yang akan dipetik buahnya.
Maka dari itu, jangan menaruh harapan lebih jika tak mampu menepati. Karena kepercayaan itu adalah sesuatu yang mahal. Sekali kau runtuhkan, semua tak akan pernah kembali ke titik awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Notes
PoetryIni hanya kisah hidupku yang hanya mampu kuungkapkan dalam beberapa untaian kata yang kurangkai dari hatiku