Chapter 2: First Meet

277 41 11
                                    

Suasana kampus di sore itu tampak mulai sepi. Sudah banyak mahasiswa yang meninggalkan area kampus. Hanya satu dua orang yang masih berlalu-lalang di area koridor, termasuk seorang Handika Bian Wijaya yang terlihat tengah berjalan menyusuri koridor tersebut.

Lelaki yang akrab disapa Hanbin itu tampak berjalan santai, seakan tengah menikmati momen berharganya. Sepasang earphone terpasang di kedua telinganya, melantunkan nada-nada yang mengalun lembut menemani perjalanannya membelah kesunyian.

Seiring langkahnya, tiba-tiba sepasang iris matanya menangkap sosok seorang gadis yang tengah terduduk di tengah koridor. Ia berhenti sejenak dan memicingkan matanya, mencoba fokus mencari tahu siapa gadis tersebut. Dicabutnya earphone yang masih menyumbat telinganya, lalu ia berjalan menuju ke arah sang gadis.

"Ngapain duduk lesehan disini?"

Gadis itu tampak sedikit terkejut. Mungkin ia tak menyadari kehadiran Hanbin di sekitarnya. Ia mengulurkan tangannya, berniat membantu si gadis yang sepertinya tengah kesulitan.

Dara cantik bernama Sana itu mendongakkan kepalanya. Ia menatap lelaki tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan, sementara yang ditatap hanya bisa mengernyitkan dahinya bingung.

1 detik

2 detik

3 detik

4 detik

5 detik

"Kenapa bengong? Mau dibantu ga?"

"Aahh i-- iyaa ...."

Sana menerima uluran tangan tersebut. Hanbin sedikit membungkukkan badannya dan membantu Sana untuk berdiri.

"Aaww ...."

Sana merasakan sakit di pergelangan kaki kanannya. Maka dari itu, ia hanya berdiri menggunakan kaki kiri. Sementara Hanbin membantu menjaga keseimbangan dengan menggenggam tangannya.

"Gue anter ke ruang kesehatan."

Tak mau membuang waktu, tangan kiri lelaki Wijaya tersebut mengalungkan lengan kiri Sana ke pundaknya. Tangan kanannya meraih pinggang Sana agar ia tak kesulitan berjalan nanti. Namun baru saja menyentuh pinggangnya, tangan kanan Sana yang bebas menepis tangan yang melingkar di pinggangnya itu.

"Iiihh pegang-pegang ...."

Lagi-lagi ia dibuat bingung oleh Sana. Ia mendengus kesal. "Mau lo apa sih sebenernya?"

Sana terlihat sedikit gamang. Bukan apa-apa, ia tak terbiasa dengan hal tersebut. Biasanya Jennie atau Momo lah yang menolongnya jika ia dalam kesulitan. Sementara kali ini, ada lelaki asing yang hampir tak pernah dilihatnya, atau mungkin pernah tapi Sana lupa. Apa benar ia berniat menolong? Atau jangan-jangan ia mau menculik dirinya?

Namun tak ada pilihan lain bagi Sana. Kampus sudah mulai sangat sepi. Tak ada lagi orang-orang yang berlalu-lalang. Apa ia harus menelepon Jennie saja?

Hanbin jengah, ia memutar bola matanya malas. "Kelamaan lo."

Dengan cepat lelaki berparas tampan tersebut kembali meraih pinggang Sana dan memapahnya menuju ke ruang kesehatan. "Lo ga usah mikir macem-macem. Lagian gue ga suka modelan triplek kaya lo."

Sana tak mengerti maksud dari perkataan si lelaki, namun entah mengapa ia merasa sedikit kesal. Bibirnya jadi mengerucut lucu ditambah ekspresi yang menggemaskan ketika mendengar hal tersebut. Hanbin yang melihatnya hanya berdecak lalu mengalihkan pandangannya lurus ke depan.

"Ko lucu?" batinnya.

💑💑💑💑

"Loh San? Bin?"

You in My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang