part 1|

8 4 2
                                    

Sudah sebulan semenjak kepergian sang ibu, sosok perempuan yang menjadi matahari bagi keluarga seila.

Dan sikap ayah dan kakak perempuannya pun masih tetap sama, tetap acuh dan terkesan tidak peduli terhadap seila.

Seila, cewek itu menyibak selimut lalu bangun dari tidurnya dan melangkah dengan gontai menuju kamar mandi.

Dia harus berangkat sekolah, melanjutkan aktifitasnya kembali dan tidak ingin terlalu berlarut-larut dalam kesedihannya.

Selesai berpakaian seragam rapi,  seila turun ke bawah menuju meja makan. Di sana sudah ada kakaknya yang sedang mengolesi roti dengan selai. Dan ayahnya pasti sudah berangkat pagi-pagi sekali tadi.

Pemandangan seperti ini sudah biasa bagi seila, karna sudah sebulan ia merasakannya.
Tapi ia hanya diam tak berkomentar, karna jika ia salah berucap siap-siap ia harus menulikan telinga dari ucapan pedas dari kakaknya.

"Pagi," Sapaan yang terkesan dingin viona, kakak seila ketika melihat sang adik menarik kursi disebelahnya dan mendudukinya.

"Pagi, ayah dimana?".

"Udah berangkat tadi," jawab viona sambil menelan rotinya dan langsung berlalu dari hadapan seila begitu saja.

Hanya seperti itu interaksi yang terjadi disetiap paginya membuat seila tidak berselera makan. Mungkin disekolah nanti ia bisa berselera lagi .

Gadis itu bangkit dari duduknya dan berangkat ke sekolahnya.

Sampai disekolah mood seila bukannya membaik malah tambah buruk ketika melihat sang mantan terlihat sedang merayu teman sekelasnya di pinggir koridor tepatnya di depan seila.

Tidak, seila tidak cemburu sama sekali. Lagian mereka sudah putus satu semester yang lalu, yang artinya sudah enam bulan berlalu.
Gadis itu sudah tak ada rasa sama sekali pada mantannya itu.

Seila menggelengkan kepalanya, menghilangkan pikiran tentang mantan tengiknya itu. Untuk apa coba,batinnya.

Ia melangkah kembali menuju kelasnya dan baru saja selangkah masuk kelas ia langsung dikagetkan oleh febby, sahabat kesayangannya itu.
"Pagiiiii seila zeyeeeng,"mulut toa febby itu benar-benar membuat seila tambah kesal saja.
"Pagi,"balas gadis itu malas dan langsung berlalu ke tempat duduknya mendaratkan pantatnya dan menaruh kepalanya dimeja sambil memejamkan matanya, jujur ia sedikit pusing dan tertekan dengan keadaannya. Tapi ia tak boleh terlihat lemah dihadapan orang lain apalagi didepan febby.

"Cckkk lo pagi-pagi udah loyo aja sih sei,"cibir febby sambil menyusul ke meja sohibnya itu.
"Hmm,"hanya gumaman yang keluar dari bibir seila.

"Ham hem ham hem apaan sih sei. Btw lo udah sarapan belom?, kalo belom ayok kita ke kantin sebelom belnya bunyi," Ajak febby sambil menoel-noel pipi seila agar ikut dengannya.
"Males ah feb, mau tidur aja hoaaammm".

"Gaada kata males-malesan ayok ah cepet. Lagian jam pertama kita tuh pelajaran B.indonesia, butuh asupan gizi yang cukup biar gak ngantuk dipelajarannya bu fitri", ucap febby semangat sambil menyeret seila.
"Iya ih gua ngikut tapi gak usah nyeret-nyeret segala bisa kan".

Sampai di kantin febby menarik seila ke meja yang kosong dan menyuruhnya duduk di sana.
"Lo mau gua pesenin apa sei, kalo gua nasgor sama teh anget".

"Emm..samain kayak lo aja deh".

"Oke,"balas febby langsung menuju ke penjual nasgor.

Sambil menunggu pesanannya datang, seila menyusuri pandangannya ke sekeliling kantin, pandangannya terhenti pada satu titik. Disana seorang cowok yang juga tengah menatapnya tanpa berkedip, memakai seragam sekolah lain.

Gadis itu mengalihkan pandangannya, tidak kuat jika lama-lama ditatap seperti itu, ia heran mengapa cowok tadi ada di sekolahnya dan tatapannya tadi  membuat seila salting saja.

"Hai ntan,"sapaan yang mengejutkan dari devan, mantan seila yang tadi pagi berpapasan dengannya itu kini tengah menatapnya sambil mengedipkan sebelah matanya.

Cih, rayuan basi seperti yang sudah-sudah. Seila sudah kebal dengan hal semacam itu, makanya kali inipun ia tak menghiraukan cowok itu dan lebih memilih meninggalkan kantin.

                       ***

Vote and coment ok:)

SEILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang