Matahari terbenam
Hari ini kamu bukan milikku
Tapi mungkin saat hari berganti, Tuhan akan mengizinkan kamu menjadi milikku
Besok atau mungkin lain hari
- Veronica Putri•••
Pagi ini aku bangun dengan suasana hati yang gembira. Setelah selesai mempersiapkan diri, aku berjalan keluar kos-kosanku yang agak masuk ke dalam lorong itu, lalu aku menunggu angkot untuk membawa diriku ke kampus.
Aku turun dari angkot berwarna biru itu, tak lupa kubayar. Aku melangkah melewati parkiran kampus dan melihat mobil putih masuk parkiran, kupercepat langkah lalu duduk di kursi di bawah pohon dan terus memperhatikan mobil putih itu dari jauh. Setelah beberapa menit pemilik mobil itu keluar, tak kusadari senyum terpasang di bibirku. Rendy keluar dengan mengenakan tas ransel yang hanya di sebelah pundaknya saja.
"Ren!" seru teman sekelasnya yang juga baru datang. Rendy menunggunya, lalu berjalan bersama menuju kelas dan mereka hilang di belokan.
Akupun bergegas menuju kelasku.
•••
Siang itu, aku dan teman-temanku kumpul di kantin untuk mengisi perut kami yang sudah kelaparan dari pagi karena tidak sarapan sambil menunggu kelas berikutnya.
"Gila Ver ... suami lo ganteng banget hari ini ... ihiiy Vero yang setrika-in kemejanya tuh," ucap Clarisa sambil menarik kursi untuk duduk diikuti Yovita.
Clarisa, salah satu sultan diantara kami. Kenapa kami mengatakan begitu? Karena dia sering membayar pisang goreng untuk kami di kantin. Dia memiliki banyak uang koin dan sering kami ambil ketika nongkrong di kosnya. Karpet merahnya, dia berikan cuma-cuma padaku. Tapi dia paling benci ketika aku membongkar kasurnya yang telah dirapikan, dia juga tak segan menyemprotkan pewangi ruangan padaku jika aku kentut. Kejam? Tapi aku sayang.
Ya memang teman-teman dekatku adalah tempat curhatku tentang Rendy. Semuaku ceritakan pada mereka dan aku bersyukur karena Clarisa dan Yovita memiliki NIM genap, jadi aku bisa mendapat informasi dari mereka berdua bagaimana kelakuan Rendy di kelas.
Terkadang mereka menceritakan tentang Rendy presentasi yang begitu berkarisma hingga membuat aku senyum-senyum sendiri ketika menyimaknya, tapi mereka juga membuatku iri karena mereka punya kesempatan untuk duduk bersebelahan dengan Rendy ataupun bisa satu kelompok dengannya, apalagi ketika mereka mengirim foto digrup chat kami untuk menunjukan bahwa Rendy berada di dekat mereka.
"Ihiiy ... Veroo ee," ucap Dona ikut-ikutan.
Aku juga senang mengetahui bahwa Dona satu SMA dengannya. Anak tomboy ini menceritakan banyak hal tentang Rendy waktu SMA. Iya, benar Dona adalah cewek tomboy, tapi aku juga menyayanginya meski terkadang dia menjadikanku sasaran untuk diganggu.
Dona bilang bahwa saat SMA, dia berteman dekat dengan banyak cowok termasuk Rendy. Dia mengakui bahwa Rendy itu tampan dan katanya dia juga senang melihat Rendy duduk bersebelahan dengannya ketika mengikuti tes masuk universitas. Dia juga bilang saat SMA, Rendy termasuk murid yang pandai dan banyak yang menyukainya.
Ah, andai saja aku yang mengalami itu sendiri, pasti aku tak perlu lagi untuk berimajinasi dimana aku berada di posisi Clarisa, Yovita, atau Dona yang bisa menegur Rendy tanpa merasa takut. Setidaknya aku ingin menyapanya saja, apa itu bisa terjadi?
"Suami gue udah disetrikain kemeja merah malah pake kaos, rasain tuh dikeluarin dosen," ucap Yovita kesal. "Kita berdua memang ada konflik tadi malam, mungkin karena itu dia tidak memakai kemeja yang sudah gue setrika."
Satu hal penting di pertemanan kami, yaitu saking jomblonya, kami sering berhalu ria, terutama Yovita. Cewek satu ini orangnya paling bar-bar dan ceplas-ceplos. Sikapnya frontal dan tak peduli apa kata orang, mengalir saja kek air.
Maklumi ya, gitu emang kita kalo udah bicara tentang orang yang kita suka pasti bawaannya masuk ke dunia halu yang dimana kita telah berumah tangga.
"Pesan saja makanannya," ucap Yuli yang menyela pembicaraan kami karena diantara pertemanan kami, cuma dia yang normal. Dia tak pernah ikutan ketika kami sedang membahas rumah tangga halu kami. Tapi jika berpapasan dengan Rendy, Yuli akan menyuruhku menyapanya. Katanya kesempatan tak boleh disia-siakan.
"Kalian sudah pesan?" tanya Yovita.
"Sudah," balas Nia singkat tapi matanya tetap fokus bermain game online.
Nia, orangnya datar dan tak peduli apa yang kami bahas apalagi soal dunia halu kami tapi orangnya baik dan receh karena dia sering menertawakan hal-hal kecil. Dia akan membagikan video lucu padaku dari Instagram dan aku juga share padanya video lucu. Dia selalu menjadi tempat bertanyaku ketika aku mendapat kesulitan dalam mengerjakan tugas dan mengetik laporan. Dia benci ketika aku mengetuk keras pintu kosnya apalagi saat dia tidur. Dia membuka pintunya dan akan berkata dengan wajah baru bangun, "BANGKE ... LO KIRA ORANG GAK JANTUNGAN DI DALAM?" Meski dia marah tapi tetap membiarkan aku masuk untuk membongkar kamarnya ehehe.
"Yuli, sebentar antarin gue pulang ya?"
"Suami lo kan bawa mobil, Ver. Ngapain nyuruh Yuli anterin lo pulang," kata Clarisa to the point.
"Oh suaminya mau kerja kelompok, kan dia satu kelompok dengan gue," ucap Yovita.
"Ya itu, tadi Rendy juga bilang ke gue kalau dia mau kerja kelompok ... lo mau anterin gue kan, Yuli?" tanyaku dengan memasang ekspresi kucing yang meminta makanan pada tuannya.
"Gak." Jawaban singkat dari Yuli. "Iya iya, gue anter lo pulang."
"Ehehe Yuli orangnya penyayang," ucapku.
"Ada apa ini, ibu-ibu?" ucap Lena yang baru datang saat kami melahap makanan kami.
Lena. Salah satu temanku yang jarang ngumpul bareng, meskipun begitu dia tetap dibagian dari pertemanan kami. Terkadang kalau berbicara dengan Lena pasti ada faedah dan unfaedahnya, namun entah kenapa kami sering terlarut saat mengobrol dengannya. Mungkin karena Lena adalah pendengar yang baik, yang selalu mendengarkan curhatan kami.
"Pisgor, Len," ucap Clarisa menawari pisang gorengnya.
"Dengan senang hati."
•••
Makasih sudah mampir....
Tinggalkan tanggapan dan kritik di kolom comment agar next part aku perbaiki :)
Jangan lupa vote.Clara
Dec 8, 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
RENDY [COMPLETE]
Fiksi Remaja'Cinta tak harus memiliki' pasti kalian pernah mendengar itu. Kalimat yang sering dipakai pada orang yang sangat mencintai seseorang tanpa bisa memiliki. Dan aku sedang berada dalam keadaan itu. Melihatnya dari jauh itu sudah cukup bagiku. Sept 14...