17

12.7K 1.1K 143
                                    

"Kita sampai, turunlah."

Louis mematikan mesin mobil tepat disaat mereka sampai di sebuah lapangan yang cukup luas dengan pemandangan danau yang berada tak jauh dari lapangan dan kumpulan pohon tinggi yang menjulang.

"Waw, tempat ini keren. Kau tahu darimana?" Niall turun dari mobil diikuti oleh Harry, Liam, Zayn, Eleanor dan Marsha. Louis berjalan mendekati Marsha sembari memasukkan tangannya ke dalam saku celana.

"Dari Mrs. Guthart," jawab Louis mengerling pada Marsha. "Kurasa kau tahu dengan tempat ini, Marsha." ucap Louis.

Marsha mengerutkan keningnya. Matanya mulai mengedar menyusuri tiap detail dari tempat ini, berusaha mengenalinya. Dia mengernyitkan wajahnya ketika perlahan sebuah memori melintas di benaknya. Memejamkan matanya, ia pun mulai ingat. "Astaga..." Marsha menutup mulutnya tidak percaya.

"Ini tempat favoritmu dan Ayahmu."

Marsha mengangguk. Benar. Ini memang tempat favoritnya dan Ayahnya saat Ayahnya masih hidup. Kira-kira saat umurnya masih 8 tahun tepatnya ia terakhir datang kemari. Mendadak Marsha teringat akan Ayahnya. Rower Guthart—si pria paling berarti bagi Marsha, setidaknya saat ia berumur dibawah 10 tahun—yang sekarang telah terbaring kaku di bawah tanah.

"Ayo." Harry memimpin jalan mereka menuju ke area untuk membangun tenda yang pas. Marsha tak bergerak. Matanya masih terpaku kesekitar. Tak sadar, ternyata Louis pun masih belum bergerak dari tempatnya. Memandangi Marsha dan tersenyum tipis.

"Ibumu bilang kalau kau berubah semenjak kematian Ayahmu,"

Marsha menoleh. "Darimana—"

"Ibumu bercerita padaku malam itu. Sedikit banyaknya, Ibumu menceritakan segalanya. Ibumu begitu emosional saat itu."

"Apa yang dikatakannya?"

Louis mengendik. "Kau tak perlu tahu. Yang penting aku dan Ibumu telah punya cara untuk semua ini," Louis menepuk bahu Marsha. "Ayo dirikan tenda untuk kami."

***

"Persetan dengan keahlianku yang telah hilang. Argh!"

Marsha melempar besi-besi yang merupakan bagian dari tenda ke tanah lalu menginjaknya kesal sambil berkacak pinggang. Ini bahkan sudah lewat 1 jam dan dia masih belum mendirikan sebuah tenda diantara 3 tenda yang harus dibangunnya. Tangan terlipat dan wajah yang tertekuk menghiasi wajah Marsha.

Sialan.

Marsha memutar ingatannya ke belasan tahun yang lampau. Tepat disaat ia dan Ayahnya juga sedang berkemah dan membangun tenda di tempat yang sama. Bayangan gadis kecil dengan rambut hitam dan sebuah boneka barbie yang tampak sedang bercanda dengan seorang laki-laki tinggi dan berambut coklat langsung memenuhi pemikiran Marsha. Gadis kecil itu dia dan laki-laki itu Ayahnya.

"Sialan dengan Ibu dan Louis." desis Marsha. Jelas ini adalah hal yang sangat menyebalkan baginya. Dengan membawanya ke tempat ini, membuatnya seakan lemah. Ingatan tentang Ayahnya terus menghantuinya dan itu membuatnya lemah. Bahkan Marsha tak bisa menolak dan memberontak seperti biasanya saat disuruh mengerjakan segalanya oleh The Boys.

Kelemahan Marsha ini jelas pasti akan dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh The Boys.

"Aku ingin pulang! Berikan padaku kunci mobilmu!" teriak Marsha. Mendadak semua menoleh kepada Marsha.

"Apa?"

"Berikan kepadaku kunci mobil dan biarkan aku pulang. Aku tak suka disini." gerutunya.

Zayn terkekeh. "Kau tahu, tempat ini bukan bagian dari London. Tempat ini berjarak 8 jam dari perbatasan London dan mustahil bagimu untuk pulang."

Marsha & The BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang