Bersua : kali pertama untuk Aska.

14 2 0
                                    

if i met you once again, someday, its definitely called as destiny.


-kali pertama untuk Aska.

Aska Faresta Mahardika. Bujang 23 tahun itu baru saja melangkah keluar dari ruangan salah satu hotel dalam rangka survey untuk acara pernikahan kakaknya. Meski masih beberapa bulan menjelang namun kakaknya yang super cermat itu sudah mulai menyuruhnya untuk survey beberapa lokasi yang paling memungkinkan untuk melakukan resepsi. Hari ini sudah dua tempat ia kunjungi, dan jujur saja ia sudah lelah harus mendengar ini itu penjelasan dari manager pengelola gedung atau hotel yang menurutnya monoton, gitu-gitu aja. Makan tenaga pula, berkeliling tiga gedung berbeda. Maka ia mengistirahatkan kakinya dengan duduk di sofa lobby hotel yang saat itu memang sedang sepi. Kebetulan yang menguntungkan.

"Capek anying." Keluhnya pada teman yang juga sepupunya, Yusuf. Mereka diberi titah untuk mengamankan pasal per-gedung-an, sebab duo ini yang paling paham dimana harus cari tempat murah dengan fasilitas mewah. Maklum, sudah terbiasa jadi budak proker dan organisasi.

"Sama. Udah survey empat gedung belum ada yang cocok. Bilang kek ke bang Aski, ribet banget jadi calon manten."

"Nih ya Usup, gue bukannya ga mau, cuma calonnya kakak gue serem anjir. Galak bener."

Mengingat calon dari lelaki bernama Aski Faresta Adiguna memang galak dan agak susah ditebak, jadi Aska mau tidak mau mengikuti instruksi kakaknya, supaya menjamin keberlangsungan perkawinan keduanya. Jika tidak, dia juga yang kena, soalnya yang membuat Aski yakin akan pilihannya untuk menikah adalah Aska. Sebenarnya Aska hanya ingin mendistraksi perhatian kedua orang tua serta keluarga besarnya, agar tidak melulu bertanya kapan wisuda. Tapi malah jadi dia ikut ribet sendiri. Walaupun sebenarnya bisa saja kakaknya menyewa jasa wedding organizer, tapi sebab kasus viral di social media belakangan membuatnya enggan menggunalan jasa WO dan mengurus semuanya -hampir- sendiri. Aska berakhir jadi tumbal, senjata makan tuan. Aska juga sebenarnya tak menyangka, provokasinya pada Aski ternyata mempan juga.

Saat mengistirahatkan kakinya itulah kali pertama Aska melihat puan cantik dengan wajah tegas dan rambut bronze panjang, bajunya agak terbuka. Meski ia terlihat dingin dan agak menyeramkan, tapi dimata Aska si gadis terlihat seperti tidak nyaman. Entah sedang mencari sesuatu atau seseorang, mungkin. Beberapa kali gadis itu mengecek ponselnya, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk duduk disalah satu sofa, agak jauh dari Aska tapi masih bisa teramati oleh maniknya.

 Beberapa kali gadis itu mengecek ponselnya, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk duduk disalah satu sofa, agak jauh dari Aska tapi masih bisa teramati oleh maniknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aska bisa mendengar sedikit perbincangan sang puan dengan entah siapa diseberang telfonnya. Meski tidak begitu jelas, tapi Aska yakin mendengar kata "Lantai 7" "Bukan, goblok." dan "Ya udah gue duluan". Lalu gadis itu menutup panggilannya, ekspresinya berubah kesal, tapi tetap menarik perhatian Aska untuk terus menatapnya. Gadis itu lalu menuju lift, menekan tombol naik, dan tak lama pintu lift terbuka. Tanpa sengaja sang puan bertatapan mata dengannya. Dan entah mengapa tatapannya seolah terkunci pada gadis itu sampai pintu lift akhirnya tertutup. Aska merasa seperti tengah shooting ftv stasiun televisi, ternyata hal-hal aneh begini bisa juga kejadian dihidupnya. Wah.

random-ishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang