First Encounter

83 8 1
                                    

Angin musim gugur bertiup, menutup segudang kegiatan gadis belia bernama Yoojung. Tubuhnya semakin lelah di setiap kakinya mengambil langkah. Malam ini ia hanya ingin cepat-cepat tidur di atas ranjangnya yang empuk, bermimpi indah dan melupakan segala beban yang ada.

"Don't go over there, lil lady," sebuah suara berat menginterupsi lamunannya. Saat gadis itu menoleh, ia menemukan seorang pemuda berpakaian serba hitam di atas motor berwarna selaras dengan gagahnya.

Keningnya berkerut. Hatinya sedikit takut. Mana yang harus ia percayai? Nasehat orang asing yang baru ia temui atau nasehat ibunya yang selalu mewanti untuk berhati-hati? Memang benar, jalan yang ia lewati cukup sepi sepulang sekolah, tapi selama ini dia tidak memiliki pengalaman buruk melewati jalan ini.

"Maaf, siapa kau?" Bahkan wajahnya saja tertutupi oleh kaca helm. Bukankah wajar jika Yoojung justru merasa pantas untuk curiga pada lelaki itu?

"Bukan orang jahat, meski tidak bisa disebut orang baik juga," lelaki itu mendorong kaca helmnya ke atas. Memperlihatkan wajahnya yang rupawan. Namun hati Yoojung masihlah bimbang. Bukan berarti lelaki itu rupawan lalu Yoojung bisa percaya padanya.

"Aku tidak bisa berkata manis padamu sekarang. Yang jelas, aku tidak melakukan ini untuk kepentinganku pribadi, tapi untuk keselamatanmu, nona," jelasnya yang memaksa Yoojung berpikir keras.

"Naiklah, aku akan mengantarmu," imbuhnya lagi seraya memberikan Yoojung helm cadangannya.

Entah sihir dari mana. Anggap saja Yoojung sedang berjudi dengan nyawanya sendiri yang menjadi taruhannya. Mempercayai lelaki yang baru ia temui, hanya karena perkataan tak berbukti yang ia lontarkan. Doa terucap begitu badannya menaiki motor lelaki itu, memakai helm cadangan lelaki tersebut. Tak bisa dipungkiri ia menikmati perjalanan malam ini.

Tiada percakapan lain, memang. Hanya sekedar bertanya di mana rumahnya, lalu mereka membiarkan hembusan angin mengisi kekosongan, memaksa Yoojung menyembunyikan tubuhnya dibalik punggung lelaki itu. Tubuhnya hangat, jika Yoojung tak tau malu mungkin ia sudah memeluknya dengan erat.

Menenggelamkan seluruh wajahnya pada bahu lebar lelaki berusia 23 tahunan ini. Tenggelam hingga hidungnya tak bisa menghirup aroma lain selain aromanya. Aroma maskulin namun di sisi lain memiliki kelembutan tersendiri. Bolehkah Yoojung menaruh hati secepat ini?

Beberapa kali mata mereka bertemu melalui pantulan spion. Sebelum akhirnya Yoojung tersadar mereka telah sampai di depan kediamannya yang sederhana. Perempuan muda itu melepas pegangan tangannya cepat-cepat dan turun dari motor lelaki itu.

"Terima kasih atas tumpangannya, tuan," ungkapnya sopan. Yoojung mengakui bantuan lelaki ini sangat membantunya di kala lelah menerpa. Perjalanan pulangnya jadi lebih cepat dibanding dengan rutinitas biasanya, menaiki bus.

"Mampirlah sebentar. Sekedar minum teh atau ko-," seperti tidak mengindahkan kata-kata Yoojung, lelaki itu menarik gas pada motornya dan pergi secepat mungkin dari sana. Tanpa Yoojung sadari dan kehendaki, lelaki itu telah menciptakan lubang besar dalam hati gadis muda itu. Sepertinya sihir telah merasuk dalam diri Yoojung. Matanya terpaku pada punggung sang lelaki yang semakin lama semakin mengecil dan hilang ditelan oleh waktu.

* * * * * * * *


Pagi tiba, sedikit rasa kecewa memenuhi relung hati Yoojung. Ia pikir lelaki itu akan muncul lagi dalam hidupnya. Di depan rumahnya, menantinya bersiap ke sekolah, lalu mengantar gadis manis itu dengan selamat ke sekolah. Namun sepertinya kenyataan menghantamnya cukup keras bahwa hidup bukanlah kisah romansa bertabur indahnya cinta. Keterpaksaan terdengar di setiap sepatu hitam Yoojung bertemu dengan jalanan. Berjalan kaki dari halte bus terdekat menuju sekolahnya.

Magically YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang