KEPAK
Kopi yang dingin masih tersaji
Bersama alunan alam yang mengiringi
Tanpa pamit, tanpa salam, tanpa ketuk engkau beranjak
Meninggalkan duka yang terus menerus bersajak
Pada malam setelah itu
Tak kutemukan lagi kau mengucap rindu
Kini pintu ku tutup rapat
Menengok jendela saja aku tek sempat
Kaki enggan berajak dari ranjang yang selalu kau tapak
Hingga setiap pagi harus kutemui kau tak tampak.
KAMU SEDANG MEMBACA
POEMUDA
PoetryPada bait-bait sajak, aku berharap poemuda millenial mampu berkarya pada saat senang atau sedihnya. Pada saat kasmaran atau sedang patah-patahnya. Karena yakinlah, tulisan itu menyembuhkan dan menenangkan / /