Bagian 3

11 2 0
                                    

Ifsan pov

Sudah beberapa hari Yeni tidak membalas dan mengangkat panggilan telponku. Rishab juga bilang, kalau sekarang keadaan semakin kacau karena Yeni sudah tahu bahwa kami telah membohonginya selama ini. Rencananya setelah selesai kelas pagi ini, aku akan langsung ke sekolah untuk menyelesaikan semuanya.

Setelah sampai di sekolah, aku langsung pergi ke ruang kelas Yeni, ruangan yang tadinya ramai karena sedang jam kosong menjadi sunyi karena kehadiranku. Hanya satu orang yang sepertinya tidak peduli sama sekali. Begitu matanya menatapku, dadaku terasa sesak karena tatapan begitu datar dan dingin.

"Kita perlu bicara, Yeni Fitriya Larasati." ucapku berusaha tenang. Dia menatapku sekilas lalu keluar dari kelas. Aku mengisyaratkan Wulan untuk mengikuti kami dan dia mengangguk mengerti. "Ada apa TUAN MUDA IFSAN FIRDAUS YANG TERHORMAT," ucapnya menekankan beberapa kata.

Aku melihatnya dengan sendu, aku tidak suka jika dia seperti ini.. Rasanya sangat sesak. Melihatnya seperti ini bagaikan hukuman buatku. "Maafkan aku," ucapku bersungguh-sungguh. Yeni menggeleng pelan lalu tertawa kecil, "mungkin ini adalah karma ku atas semua kebohonganku." ucapnya sambil memalingkan wajah.

Mataku sudah berkaca-kaca. "Jangan menyalahkan dirimu sendiri sayang, semua kebohongan bermula dari diriku. Maafkan aku, dan kumohon jangan membenciku. Melihatmu yang menatapku dengan penuh kebencian, membuat dadaku sesak tiada tara." Aku menghapus air matanya yang masih menetes dengan ibu jariku.

"Maafkan aku, ini semua bermula dari kebohonganku, aku melakukan ini karena ingin membantu kak Ifsan yang menyukaimu. Karena kamu tidak suka berdekatan dengan orang kaya, jadi aku membuat kebohongan seperti itu." ucap Wulan menjelaskan semuanya.

"Kebohongan jenis apa yang kamu buat Wulan? Karena kebohonganmu, aku merasakan bahagia dan sakit di waktu yang bersamaan." balas Yeni sambil menatap Wulan penuh kekecewaan.

"Dan kau! Kau abang-abang Sheiland yang malah menikmati semua kebohongan ini, meskipun kamu sudah tau apa resikonya?!" ucapnya sambil memukuliku. Aku terkekeh mendengar ucapannya yang diplesetkan agar tidak berbicara kasar.

"Bagaimana aku bisa menolak untuk menikmati kebohongan manis yang Wulan buat untukku agar bisa dekat denganmu.." ucapku membuatnya semakin membabi buta memukuli tubuhku.

Wulan tertawa melihat kami, "jadi apa kamu memaafkan kami?" tanyaku sambil berusaha menghentikan pukulannya. "Tidak," jawab Yeni dengan cepat dan berbalik membelakangi kami. "itu artinya iya," ucap Rishab yang tahu-tahu sudah ada di depan Yeni. Saking kagetnya, Yeni sampai jatuh terduduk.

"Ngapain sih di atas?" omel Wulan pada Rishab yang sebelumnya berada di atas pohon.

Aku membantu Yeni bangun, dia pasti sangat terkejut. "Aku sedang tidur siang di atas sana dan kalian di sini malah berisik membuat drama." ucapnya dengan santai dan mendapat tendangan keras di kakinya. Yeni menarik kami untuk berlari meninggalkan Rishab yang kesakitan.

Kebohongan Manis ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang