Kriiiing
Begitulah awal pagi dimulai. Suara alarm sudah lumrah di memecah keheningan.
"Woyy, banguuun!!! "
Dan salah satunya suara itu.
"Ayaaaa! Itungan ketiga lo nggak bangun, gua siram pake aer anget! " Ucap hangyul sambil memegang segelas air di tangannya.
"Hangyul setaaan! Keluar dari kamar guaa! "
Kesal, Hangyul langsung menarik selimutku lalu menyiramku dengan air.
Langsung aku terbangun dan ingin mengejarnya. Tetapi niatku terurung untuk hal yang sama seperti malam tadi.
Buku yang tak pernah aku baca, bahkan tak pernah aku sentuh, muncul menarik perhatianku.
Sebuah catatan diduga milik Minhee Adi Putra, yang kutemukan di koridor sekolah dua tahun lalu.
Entah apa alasan ku sampai sekarang masih menyimpannya di atas meja belajar. Yang jadi tujuanku, adalah mengembalikannya. Walau tak tahu siapa itu Minhee Adi Putra.
"Ayaa! Kamu nggak sekolah? " Teriakan ibu memecah lamunanku. Ya, aku sadar sekarang bahwa aku terlambat.
***
"Pagi dek kuh! " Hangyul, abang sialan hari ini dengan muka tanpa dosanya menyapaku. Hanya kubalas dengan senyum masam.
"Pagi yah! " Alih meladeni Hangyul, aku menyapa ayahku.
"Sekarang tahun ajaran baru, adek udah kelas sebelas, abang udah semester 3, kalian cepet gede ya? "
Benar kata ayah, hari ini permulaan ajaran baru, artinya mulai dari kelas, guru, dan teman teman akan diganti. Ini hal yang paling ku benci. Saat meninggalkan teman teman akrab, dan bertemu yang baru.
"Aya dianter pake motor abang ya? "
Ucap ibuku sambil menyendokkan nasi goreng ke piringku."Lah, kenapa bu? "
"Ayah hari ini meeting, bukan di kantor, tempatnya juga beda arah dan sekolah Aya. " Ujar ayah.
"Masa Aya bareng Bang Hangyul? "
"Kalo adek nggak mau nggak papa kok, Abang bisa nebengin si Yohan. "
Memang, itulah definisi abang terlaknat.***
Aku Soraya Putri Oktaviola, anak bungsu perempuan satu satunya dari ayah dn ibuku. Aku menyukai hal hal yang terlihat indah. Bahkan namaku sendiri.
Soraya, kata ayah, nama itu didapatkan ketika aku lahir. Katanya aku lahir disaat angin sepoi-sepoi dan indahnya nya matahari senja. Dengan senyum ayah dan peluh ibuku menyambut ku.
Aku kelas sebelas sekarang. Berat rasanya mengikuti peraturan sekolah ini. Setiap tahun harus berganti kelas dan teman teman.
Seperti saat ini, aku hanya berdiri diambang pintu sambil menghela napas, dan memandang betapa riuhnya kelas ini.
"Anak anak, masuk dan silahkan berkumpul di kelas, kita atur tempat duduk nya. " Kata wanita tua itu, yang ketebak adalah wali kelas baru kami.
Ibu itu menunjuk satu satu anak anak untuk duduk. Dan sampainya aku yang tersisa sendiri. Ibu itu hanya menyuruhku menunggu.
Duduk dibangku tengah bukanlah hal yang buruk, ada dua hal keuntungan ku. Dari sini, cukup jelas untuk melihat papan tulis, dan cukup tertutup jika aku tertidur.
Kelas belum dimulai, mungkin ini hari pertama tahun ajaran baru. Ketika sibuk sendiri, ada tas terpampang di kursi sampingku. Tas hitam yang tidak diketahui milik siapa.
Pemilik tas pun datang. Duduk dan berdiam disampingku. Dia laki laki. Akupun terkejut, mengapa teman sebangku ku bisa anak laki-laki. Ketika ku lihat seisi kelas, ternyata bukan aku saja.
Ia melihat kearahku, tersenyum dingin, sambil berkata, "Aku Minhee, mohon kerjasamanya. "
Hal yang pertama kali aku pikirkan adalah,
Kebetulan sekali.
19092019
Sorai
©Ayi iyaniVote juseyo
![](https://img.wattpad.com/cover/199267597-288-k376398.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorai
FanfictionKau memang manusia tak kasat rasa, Biarkan aku yang mengemban cinta