Bagian 2

256 17 0
                                    

Di tepi sebuah tebing terjal di pinggiran pantai yang jauh dari keramaian, deburan ombak keras menghantam karang di bawahnya. 

Angin berhembus kencang, membawa aroma laut dan menyelimuti tempat itu dengan atmosfer liar dan misterius. 

Laut biru gelap membentang sejauh mata memandang, sementara langit perlahan berubah warna seiring matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat, mewarnai cakrawala dengan semburat jingga.

Di atas tebing, seorang wanita dengan penampilan rapi berdiri tegak, mengenakan rompi hitam dan celana yang senada, memancarkan aura tenang namun waspada. 

Di depannya, seorang pria tua dengan ekspresi penuh tawa berdiri, meskipun ada lelah di wajahnya, tatapannya penuh keyakinan dan misteri.

"Berhenti di sana, tetap diam, dan angkat tanganmu, kawan," ucap wanita itu dengan nada tegas namun tenang. "Sekarang, setelah ini semuanya akan berakhir."

Pria tua itu tersenyum kecil, seolah mendengar lelucon yang menggelitik. "Tidak!! Aku tidak akan menyerah secepat itu. Ini belum berakhir," katanya sambil menggelengkan kepala, sorot matanya berbinar penuh percaya diri. "Ini baru awal dari permainan. Terlalu cepat untuk berakhir, hahaha!"

Wanita itu mendesah, sedikit frustasi. "Oh... Ayolah, Pak Tua. Ini hampir jam makan malam. Menyerahlah dan ikut kami ke kantor polisi sekarang!" Dengan sikap tegas, ia mengamati pergerakan pria tua itu, menyadari adanya niatan yang mencurigakan.

Pria tua itu melirik tepi tebing sejenak, matanya menyiratkan pemikiran berani. "Jangan coba-coba berpikir bahwa kau bisa melompat dari sana," katanya, menajamkan pandangannya. "Kalau kau melompat, itu akan sangat merepotkan bagiku."

"Hahaha, sepertinya kau bisa membaca pikiranku dengan mudah," pria tua itu menjawab santai, seolah menggoda sang wanita. 

Tiba-tiba, ia mengeluarkan senyum lebar dan melangkah mundur, mengambil ancang-ancang.

"Tidak! Jangan!" teriak wanita itu, mencoba mendekat.

Namun terlambat. Pria tua itu berlari cepat dan melompat dari tepi tebing, melambaikan tangannya di udara. "Sampai jumpa lagi, Nak! Kita akan bertemu lagi... dan di sanalah kita akan mengakhiri permainan ini, hahaha!"

Seketika, suara keras terdengar saat tubuh menghantam air laut dari ketinggian. Gelombang yang menggelegak dan menyebarkan percikan air asin ke udara menambah dramatisnya suasana.

Ombak yang tinggi langsung menyelimuti tubuh pria tua itu yang kini lenyap di bawah. Wanita itu menghela napas panjang, terlihat frustasi dan kelelahan.

"Sial... kalau begini, pasti aku akan dihukum oleh sunbae," gumamnya dengan sedikit getir. "Yah, sudahlah... alasan baru lagi untuk nanti. Sekarang aku harus turun ke bawah untuk bertemu yang lainnya."

Tiba-tiba, suara lantang terdengar.

"OKE, CUT!"

Seorang sutradara wanita yang duduk di kursi dengan pandangan tertuju ke monitor di depannya bertepuk tangan. "Kerja bagus, semuanya. Cukup untuk hari ini. Kita lanjutkan syuting besok pagi," katanya kepada para kru dan aktor yang hadir.

Wanita yang berperan tadi, bernama Kim Sejeong, menurunkan tangannya yang masih terkepal, menghela napas lega. "Terima kasih, Sutradara," katanya sambil membungkuk sopan.

Setelah selesai, kru dan para aktor mulai merapikan peralatan dan perlengkapan, bersiap kembali ke penginapan sambil menikmati udara pantai yang dingin dan menenangkan setelah seharian penuh syuting.

.

.

Cahaya matahari pagi mulai menerobos jendela, membelai wajah seorang gadis yang tertidur nyenyak. 

𝕻𝖗𝖊𝖈𝖎𝖔𝖚𝖘 𝕿𝖎𝖒𝖊  [Very Slow Update][Rewriting]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang