Menjauh

20 2 0
                                    

"Kenapa marsha bisa pingsan gini bal, kenapa?!"

Iqbal tidak menjawab, dia terus menunduk sedari tadi, dia merasa bersalah karena telat datang.

Kalau saja dia tepat waktu, kejadiaannya mungkin tidak akan seperti ini. Kalau saja dia menemani marsha tadi ke ruang guru, mungkin pembullyan ini ga bakal terjadi.

Sumpah, Iqbal teramat sangat menyesal.

"Jawab gue?!" Iqbal belum juga menjawab, perasaannya campur aduk, antara kesal, marah, dan sedih juga melihat sahabatnya lebih tepatnya orang yang dicintainya tak berdaya seperti ini.

"Lo kok mendadak bisu sih?! Buruan jawab!"

"Dugaan lo benar, Ri. Tapi kali ini lebih parah, bianca dan teman-temannya menjambak dan mencakar wajah marsha, dan mereka memegang tangan marsha dengan sangat kuat agar dia ga melawan sampai tangan dia merah-merah" Jawab Iqbal seraya melihat marsha dengan penuh kesedihan.

Sebenarnya Iqbal berat mengatakan ini tetapi dia harus mengatakannya karena ari harus tahu kejadian yang sebenarnya.

"Gue nyesel Ri, gue telat nyelamatin marsha. Kalau aja gue ikut tadi, marsha pasti ga akan kena bully"

"Arghhhh Bianca keterlaluan! Gue harus nyamperin dia, gue sekarang harus kasih dia pelajaran yang setimpal dengan apa yang dia lakukan ke marsha!"

"Tapi ri lo juga lagi sakit, mendingan jangan sekarang"

"Ga, keadaan gue udah membaik kok. Gue pergi bal" belum sempat Ari melangkahkan kakinya, seseorang memegang tangannya dari belakang.

"Ri, jangan lakukan hal itu" lirih seseorang itu.

Mendengar suara itu, ari langsung membalikan badannya.

"Sha, akhirnya lo bangun juga. Lo pasti kesakitan kan? Gue obatin dulu ya?" Tanya Ari dengan penuh kekhawatiran.

"Nanti aja, sekarang lo turutin kata-kata gue lo jangan balas perbuatan mereka!"

"Tapi kenapa sha? Mereka sekarang udah keterlaluan sama lo. Bisa-bisanya mereka memperlakukan lo seperti ini, Gue ga akan diem aja dong lo disiksa terus sama mereka"

"Tapi Ri ya ga gitu juga, ga harus lo balas perbuatan mereka"

"Sha, Ari ga balas perbuatan mereka, Dia hanya ingin memberi pelajaran aja sama mereka." Ucap iqbal dengan lembut.

"Udah ga usah, lagian gue juga udah ga papa kok"

"Ga papa gimana sih liat wajah dan rambut lo sendiri!" Ari memberikan cermin kepada marsha untuk memperlihatkan wajah dan rambut marsha.

Melihat wajahnya yang sangat mengerikan itu dan rambutnya yang berantakan membuat dadanya terisak, jatuhlah air mata marsha.

Iqbal yang melihatnya lebih dulu langsung sigap mengusap air mata marsha, dan langsung menarik marsha kedalam pelukannya serta mengusap lembut puncak kepala gadis itu dan berusaha untuk menenangkan marsha.

"Nangis aja sha sepuasnya jika itu yang buat lo tenang, tapi setelah itu lo harus kembali tersenyum, gue gamau liat lagi sahabat gue nangis kayak gini" Ucap Iqbal menenangkan.

Marsha merasa tenang sekarang, Iqbal memang sahabat yang begitu perhatian.

Disisi lain, Ari merasa kesal sendiri karna sudah membentak marsha yang membuat gadis itu menangis lagi, biasanya dia yang selalu menenangkan gadis itu ketika menangis tapi sekarang malah dia yang membuat gadis itu menangis.Selain itu mengapa dirinya merasa cemburu dengan perlakuan iqbal kepada marsha? Ada apa dengan hatinya? Aneh.

Ada yang aneh nih dengan diri gue, ucapnya dalam hati.

"Sha,  gue...ga bermaksud kayak gitu, maaf udah bentak lo barusan"

"Gapapa ri, gue ngerti lo khawatir sama gue makanya lo bentak gue" ucap marsha seraya mengendurkan pelukannya.

Lalu dia berkata lagi kepada kedua pemuda yang ada dihadapannya saat ini, "Ada hal lain yang bikin Kak Bianca berhenti ganggu gue lagi"

Sontak saja Ari dan Iqbal terkejut mendengar penuturan marsha tersebut.

"Apa sha?" tanya Iqbal.

"Gue.....harus jauhin kalian berdua, bukankah itu yang kak Bianca dan temannya inginkan?"

"Lo apa-apaan sih sha, jangan lakukan hal itu. Lo ga usah dengerin cewek centil itu!"

"Tapi kan dengan gue jauhin kalian, kalian ga akan terluka lagi karena gue dan gue juga ga akan di bully lagi sama mereka kan?"

Ari menatap lekat mata gadis itu, mereka bertatapan sangat lama. Tatapan itu membuat debaran jantung marsha begitu cepat, semoga saja ari tidak mendengarnya.

Lalu Ari memegang pundak marsha seraya berkata, "Dengerin gue baik-baik yaa, gue terluka bukan karena lo, tapi karena ulah gue sendiri. Gue lakukan hal itu karena gue sayang sama lo sha"

Gawat, Ari keceplosan. Benar-benar mulutnya tidak bisa berkompromi, bagaimana jika Marsha maupun Iqbal salah mengartikannya? Sial.

Sementara Iqbal terheran-heran dengan apa yang barusan ari katakan. Di dalam pikirannya muncullah pertanyaan Ari menyayangi marsha? Apakah itu tandanya dia mencintai Marsha?

Sementara disisi lain, Marsha merasa terkejut. Sayang? Maksud Ari itu apa?

"Maksud lo?" Tanya Iqbal seperti mengintrogasi.

"Maksudnya gini...eumm....gue..... sayang dia tuh sebagai sahabat, itu sebabnya gue lakuin hal itu. Gue hanya kasih pelajaran ke dia aja supaya dia ga bisa gangguin lo lagi!"

"Untung gue bisa cari alesan, semoga aja kecurigaan mereka sama gue hilang." gumam Ari dalam hati.

"Gue tau tapi caranya salah Ri! Lo jadi tersiksa karena gue, lo jadi sering dipanggil sama guru dan sering dikasih hukuman. Lo juga besok harus temuin Bu Rani, karena apa? Karena pertekaran lo tadi dengan lelaki itu! Harusnya lo ngerti Ri, gue jauhin kalian demi kebaikan kita bertiga:("

Air mata marsha jatuh kembali setelah mengatakan itu, berat rasanya dia mengatakan kalimat terakhir itu.

Berat jikalau harus menjauh dari kedua sahabatnya. Mereka yang selalu ada dikala dia sedih, berusaha menghiburnya, memberikan pundak mereka untuk bersandar. Tetapi kini ia harus jaga jarak dengan mereka? Rasanya tidak sanggup.

Tetapi dia harus berusaha menerima dengan lapang dada, karena keputusannya adalah yang terbaik bagi dirinya juga kedua sahabatnya itu.

"Sebenarnya gue berat harus menjauh dari lo tapi kalau memang ini keputusan yang terbaik gue setuju. Tapi kalau setelah kita berdua jauhin lo dan mereka masih aja bully lo gue ga akan segan-segan memberi mereka pelajaran!"

"Dan satu hal lagi sha, kita bakal awasi lo dari jauh" sambung Iqbal.

"Oke, gue setuju"Jawab marsha seraya mengusap air matanya.
.
.
.
.
.

"Ini kesempatan bagus buat gue untuk deketin marsha lagi" ujar seseorang yang ada disebelah ranjang Ari.

                                 Spoiler
          "Kita mulai dari awal lagi ya?"

                                       🍁

                    Semoga kalian suka❣️

Dimohon untuk vote ya teman-teman:)

Astira fachrunisa✨

Sahabat menjadi cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang