It was happened when you asked me, why your crush didn't love you back like you love her/him?
First, I want to ask, when I'm in your position (feel like nobody look at your eyes, you're not like anybody else, feel insecure, feel different, not confident and anything of those shit) I just wanna ask you, how could you expect people to love you back if you haven't love yourself, dear?
Maksudku, ya ... jika di analogikan, bagaimana kamu bisa menjadi seorang guru matematika jika hal yang paling dasar seperti mengetahui hasil dari satu ditambah satu saja tidak tahu? Aneh bukan? Tentu, aneh! Bahkan sudah tidak wajar jika hal seperti itu terjadi.
Ya... sama seperti ketika kamu bilang, "saya mencintai seseorang, tapi tidak memiliki rasa percaya diri untuk memilikinya karena saya tidak pantas untuknya."
Wait... when I heard this, I feel like... hmm this is me in the past
I feel the same thing. And I think... it is ok. But, if this shit always stuck on your brain, it will be dangerous. I'm totally serious.
Oke. Mari kita bahas, karena kebetulan aku bisa menguliknya malam ini, tanpa menganggu waktu pokok yang seharusnya aku gunakan untuk hal lain yang lebih utama. Omong-omong, ini pukul setengah sebelas malam. Biasanya aku sudah terlelap, jika kamu ingin tahu saja.
Terkadang, kita terlalu muluk dalam menciptakan bayangan masa depan. Itu hal yang baik, sebetulnya. Biar kugambarkan untukmu:
Setiap malam, kamu akan berandai-andai tentang bagaimana kamu akan bertemu dengan pasangan jiwamu pada waktunya, kamu pasti akan berkata "Woaah! She/he will complete my life!" dan kalian hidup bahagia ever after together. Dia akan menjadi tempatmu berbagi masalah suka maupun duka. Plus all the other bullshit from poets, movies, and other media that has filled your brains with.
Hei kembalilah! Aku ingin bertanya, hal itu menyenangkan bukan?
Tapi ... sebelum semua itu terwujud, otakmu berputar dan sosokmu mulai muncul bagai pantulan diri di cermin. Kamu menatap sosok dirimu sendiri dari atas kepala hingga ujung kaki. Mulai dari warna rambutmu; kusam, tak terlalu rapi seperti iklan sampo, tidak terlihat indah jika dipandang terlalu lama, tidak dan tidak lainnya. Oke, kita cari spot lain. Sekarang lihatlah wajahmu; tidak memiliki hidung yang kau dambakan, bentuk matamu terlihat aneh dalam pikirmu, bibirmu tidak seperti apa yang kau inginkan, dan blah,blah,blah. Kau akhirnya pusing sendiri memperhatikannya, maka mulailah kau membuang wajah. Tidak ingin berkaca. Namun menyebalkannya, sang cermin seakan memiliki aura yang membuatmu kembali tertarik kepadanya.
Dan kau kembali melihat pantulan sosokmu.
Kini kau lihat tubuhmu; tidak, tidak, itu pikirmu. Kau tidak memiliki tubuh ideal, kau tidak terlihat indah, bahkan jika berswafoto menggunakan seribu efek sekalipun.
Itu pikirmu.
Lalu... mulailah otakmu mencerna.
Dan ternyata, simpulan yang kau dapat adalah...
Kamu tidak pantas untuk dicintai oleh siapapun. (ini berdasar yang kamu tanyakan pada 12 juli lalu, bunyinya seperti ini; apa sebagian orang ada yang tidak berhak untuk dicintai atau mencintai?)
Lalu jujur, saat itu—mungkin sebetulnya hingga sekarang—kamu masih berlum menemukan jawabannya. Karena ada beberapa faktor yang mungkin saja terjadi.
Tapi terlepas dari semua pertanyaan itu, kamu mulai memberanikan diri.
AH TIDAK PEDULI, INI PERASAANKU, HARUS DICOBA!
Bagus, kamu mencobanya. Satu... dua... tiga... kali?
Kamu merasa gagal, hingga pikirmu menggaungkan dua kata ini; always fail.
Kamu kembali menatap dirimu di cermin, lalu melepas kaitannya, dan membantingkannya. Itu gambaranku.
Tanpa disangka, sang cermin kembali utuh. Berdiri tegap dihadapanmu, menatapmu, kemudian dia berkata dan kamu mendengar kata ini; If you want to love someone, then love yourself first. You will never know true forgiveness until your forgive yourself.
Hhh... kamu memutar bola matamu dan kamu membalasnya; mirror oh mirror, why I must do that? Actually, I think, if you want to love someone, then just love them.
Tiba-tiba, suara tawa terbahak terdengar; "Jika kamu berpikir seperti itu, lantas mengapa kau melihat dirimu bak si buruk rupa? Mengatakan kau tak pantas dan blah, blah, blah?" Dengan kasarnya sang cermin berkata seolah dia the expert of love.
Merasa ucapan sang cermin ada betulnya, dia kemudian bertanya dengan pasrah, "Aku pasrah... itu hanya pembelaan semata untukku. Lantas, bagaimana caranya aku bisa menerima diri sendiri? Maksudku, bagaimana aku bisa menerima diri sendiri disaat orang-orang selalu mengedepankan standar masyarakat yang selalu beranggapan bahwa yang indah adalah apa yang diterima dan dipandang?"
"Sepertinya kau sangat suka gambaran. Jadi aku akan mengambarkannya seperti ini; jika kamu mencoba menemukan biji semangka berwarna hitam di dalam buahnya, apa yang akan terjadi? Ya, kamu akan terus menemukannya karena di dalam buah semangka ada begitu banyak biji berwarna hitam di dalamnya. Sama halnya denganmu. Jika kamu terus mengikuti standar masyarakat tentang apa yang terlihat adalah apa yang seharusnya terjadi, maka kamu tidak akan menemukan jawabannya.
"sama seperti ketika kamu ingin dianggap tampan/cantik, tetapi kamu justru menjelek-jelekan diri sendiri. Kamu tidak ingin menganggap dirimu cantik/tampan. Maka dari itu, aku pun akan selalu mengatakan hal seperti ini; jika kau ingin berubah, berubahlah untuk dirimu sendiri. Bukan untuk orang lain. Jangan mengubah dirimu hanya karena kamu teriming-iming keindahan yang diciptakan standar masyarakat, padahal kamu tidak menikmati perubahan itu sendiri."
Sekarang pertanyaannya adalah;
Lalu bagaimana caranya mencintai diri sendiri?
Menurutku, ada banyak hal-hal indah yang dapat kamu lakukan. Entah ini akan bekerja juga untukmu atau tidak, karena aku pun sedang mencobanya. Namun aku harap ini akan bekerja.
Mencintai diri sendiri... aku memulainya dengan bersyukur. Mensyukuri apa yang aku miliki dan menerima segala yang memang sepatutnya aku miliki.
Lalu, setelah hal itu berhasil, maka aku mulai mengimplikasikannya pada perubahan yang baik, yang memang benar-benar aku inginkan. Sehingga perubahan itu membawa kesenangan unutk diriku sendiri maupun lingkunganku. [dan aku temukan ini sebagai jawaban dari slogan 'buanglah sampah sekecil apapun. Jika orang lain belum bisa melakukannya, setidaknya elemen terkecil lah yang melakukannya, yaitu dirimu sendiri']—jika dirasa tidak nyambung, cobalah berpikir kembali, lalu mulai mencari beberapa kegiatan yang kamu sukai, memaafkan apa yang telah terjadi, mempriotritaskan kesehatan mental diri sendiri [jika aku lupa, maka aku akan mengingatnya seperti meminum pil obat sebelum tidur, menyamakannya seperti kesehatan tubuh] mental yang sehat akan melahirkan pikiran yang positif; tak perlu mencari kebahagiaan yang berlebihan jika mental dirimu sendiri tidak sehat, dll.
Masih sangat banyaakkk hal yang bisa kamu lakukan... itu hanya sebagian yang aku prioritaskan.
Terima kasih, sekian.
Semoga cukup dimengerti oleh siapapun yang membacanya.
Oh, mungkin satu lagi, berusaha keras. Mencintai diri sendiri bukan berarti hanya untuk diri sendiri bagiku, karena mencintai itu memiliki makna yang luas, maka penerapannya pun luas.
Sekian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opini Secangkir Kopi
Non-FictionIni adalah ruang opini. Sebab, setiap manusia memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki hak yang dibawa sejak lahir, salah satunya kita bisa menyuarakan pendapat. Dan kali ini, aku ingin menyuarakan pendapatku pada kalian yang t...