3. ADA YANG BERBEDA

33 9 7
                                    


One Direction – Gotta Be You

"Tinggal bilang kalau mau pergi, jangan tiba-tiba ngilang"

***


Vote+Comment nya gengs!!

"Sur, buah, buah apa yang cocok buat para jomblo?" tanya Teddy dengan kaki kanan yang naik keatas bangku kantin, seperti makan di warteg.

"Apaan emang?"

"BUAHAHAHAHA" tawa nya menggelegar.

"Lo juga jomblo, Ted." Seru Fahrez yang tetap fokus dengan ponselnya.

"Eh, eh kok situ nyahut? Kan entar lagi lo nyusul kita berdua." Surya yang tadi diam menyeringai lalu mengangkat telapak tangannya, melakukan tos dengan Teddy.

"Apaan tai, gue ngga jomblo kayak lo berdua." Ucap Fahrez sambil memasukkan ponselnya ke saku celana.

"Halah...., kalau putus gue mampusin lo!"

"Engga bakal"

"Siapa yang tau, ya kan?" imbuh Teddy.

Fahrez mendengus kesal sambil mengambil teh es nya,"Congor lo yang bakal putus." Ucap Fahrez yang menegak habis mimumannya.

"Hahah, mana bisa congor putus. Becanda lo garing Rez."

Bel istirahat baru saja berbunyi, namun Fahrez beserta temannya ini sudah berada di kantin selama setengah jam. Mereka kabur pada jam pelajaran Bahasa Indonesia. Guru yang sudah tua itu –Bu Nami, memang sering kali dibohongi oleh murid-muridnya. Kadang ada yang izin ke UKS namun berujung ke lapangan untuk bermain sepak bola atau semacamnya. Kadang pula ada yang izin ke toilet namun berujung ke kantin. Dan setelah itu, Buk nami tidak akan mengingat bahwa tadi ada siswa yang izin. Dan hal ini menjadi keberuntungan bagi mereka, untuk menyegarkan otak dari bacaan panjang yang tiada berkesudahan itu.

"Eh,eh...Lihat noh," tunjuk Surya menghentikan perdebatan mereka. "Kok si Endi datang ke meja cewek lo Rez?" Melihat ke meja tengah kantin, ada Endi yang sedang makan di meja Preselia dan Manda.

"Mampus lo! Ditikung sama Endi." Sahut Teddy mengompori yang membuat Fahrez semakin panas.

"Bukanlah Rez, kali aja si Endi lagi mau ngobrol sama Manda bukan sama cewek lo." Ucap Surya menenangkan. "Lihat tuh, Endi aja duduk di depan si Manda."

"Yah, tapi lo lihat dong, itu si Seli senyum-senyum ngomong sama Endi," Teddy berdiri untuk melihat lebih jelas. "Hayoloh...."

"Woi kutil kuda, ngga usah ngomporin!" Surya menarik baju Teddy untuk duduk kembali.

"Gua ngga ngomporin, gua cuman pengen ngelihat mereka berantem. Hehe...," cengir Teddy dengan menyenggol bahu Fahrez, berniat menggodanya. "Karena gue kan suka baku hantam." Ucap Teddy dengan semangat. Melirik Fahrez yang mendengus kesal karena perkataan Teddy. Si Teddy memang tidak bisa melihat kondisi dan sesuatu."Kalau kesal kenapa ngga di datengin sih, mas?" lanjut Teddy yang memerhatikan raut wajah Fahrez yang sudah kesal terbakar api cemburu.

"Udahlah, Rez, biarin aja. Entar kalau lo kesana makin runyam masalahnya. Mending pas pulang sekolah aja, lo datengin rumahnya dan bicara baik-baik." Nasihat Surya yang tidak disetujui oleh Teddy.

"Ah, ngga boleh gitu. Samperin nya sekarang aja Rez, entar lo kalah cepat sama si curut itu."

"Apaan tai, lo kok kompor sih?! Engga Rez, lo cuman perlu ngawasin dia aja sekarang."

"Lo ngga asik ah Sur, udah lama nih ngga lihat pertengkaran," Seru Teddy sembari berdiri lagi. "Tuh, tuh Seli senyum-senyum lagi tuh." Seru nya yang membuat Surya kesal lalu memukul kepala Teddy membuatnya terduduk. Mereka terus-menerus beradu argumen.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AWAL JUMPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang