Chapter 11

16 3 55
                                    

.
.
.

Sejenak aku merenungi
Sehingga aku menyesali
Mengapa engaku mengingkari
Kau buat aku patah hati.
.
Repvblik-sakit aku sakit.

.


.
.

20:39

Sila sudah ada didepan pintu kamar Winwin. tetapi belum sempat dia memegang knop pintu, ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk.

Ia pun pergi keteras belakang rumah, takut mengganggu belajar adiknya.

Iya kak yuta, ada apa?

Kaka ganggu kamu nggk?

Nggak ganggu kok.

Kaka mau cerita sesuatu.

Cerita apa?

Kaka tadi siang
Nyatain perasaan kaka,
Sama seseorang yang udah kaka
Suka dari dulu.

Terus? Kaka diterima
Apa nggak?

Kaka diterima.

Selamat yah kak, semoga langgeng.
Udah dulu ya kak, udah malem.

Ya udah, besok bakal kaka
Ceritain semuanya.

Aku tutup kak.
.
.
Panggilan pun terputus, dan Sila masih berdiri diteras dengan ekspresi sulit di artikan.

"Jadi gini yang dirasain kak Johnny waktu aku nolak dia? Maaf kak! Jika saja aku tau rasanya sesakit ini, mungkin aku akan berfikir dua Kali untuk menjawabnya." Gumam Sila yang sudah terisak sambil meremas tangan'nya kuat untuk meredam isakanya.

"Jangan nangis, jangan nangis." Gumam Sila terus menerus.

"Kaka" seru Winwin yang sudah ada dibelakang Sila.

"Kaka nggak papa kan? Kaka kenapa nangis? Cerita sama aku, jangan bikin aku hawatir kak?" tanya Winwin yang sudah memeluk kakanya.

"Kaka nggak papa kok dek, cuma kecapean doang dek."jawab Sila.

"Jangan bohong, aku tau kaka bohong." Ucap Winwin.

"Kaka nggak papa, kita tidur aja. Udah malem." Ajak Sila lalu mendahului Winwin menuju lantai atas aka kamar Winwin.
.
.
.
.
06:30
.
.
"Udah nggak ada yang ketinggalan kan?" Tanya Sila.

"Nggak ada Kok kak." Jawab Winwin yang langsung melahab roti panggang yang masih panas.

"Panas, panas!!." Teriak Winwin yang langsung mengambil minuman yang ada diatas meja.

"Kebiasaan kamu dek, udah tau panas tapi sekali kunyah. Kan jadi gini." Ucap Sila mengambil tisu dan membersihkan remahan roti yang ada disekitar bibir adiknya.

"Aku ada piket kak, jadi buru-buru." Jawab Winwin.

"Ya udah, ayok berangkat." Anak Sila.
.
.
.
.
"Yang bener lu Jahe!" Teriak Ten di iringi gebrakan meja.

"Bener kok, gue liat sendiri pas dia beli bunga kemarin." Ucap Jaehyun.

"Gimana nih Kun, gue hawatir sama keadaan Sila sekarang." Cemas Winwin.

96LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang