Chapter 1

5.8K 415 20
                                    

Kebahagiaan. Sebuah definisi sederhana bagi seorang yatim piatu seperti Xiao Zhan. Bahagia untuknya adalah menjalani hidup dengan tersenyum setiap saat, sekalipun tidak ada yang menginginkannya. Ya. Dia sendirian sejak lahir. Lebih tepat jika disebut dengan dibuang oleh orangtua kandung ke sebuah panti asuhan Tangtou yang berada di Guangdong.

Menyedihkan, bukan? Mungkin bagi sebagian orang akan menganggap nasib Xiao Zhan seperti itu. Namun tidak untuknya. Dia bahagia menjadi bagian dari panti asuhan, sekalipun tidak diinginkan oleh orangtuanya sendiri. Di panti asuhan, Zhan memiliki sebuah keluarga. Dia senang berada di sini. Sekarang dirinya genap berumur 12 tahun. Tidak ada yang mau mengadposi Xiao Zhan. Oleh karena itu, dia bertugas untuk mengurus semua anak yang berada di bawah usianya. Termasuk bocah yang selalu murung bernama Wang Yibo.

Wang Yibo. Bocah yang memiliki paras tampan dengan rambut hitam pendek. Bocah itu ditinggalkan di panti oleh sang bibi satu bulan lalu. Alasan klise. Kedua orangtua Yibo meninggal dan mereka tidak sanggup untuk mengurusnya, karena keadaaan finansial yang tidak memungkinkan.

Miris? Tentu saja. Dilihat dari sudut pandang mana pun, hal tersebut seakan memosisikan Yibo sebagai anak yang tidak diinginkan oleh siapapun. Maka dari itu, dia selalu menangis sendirian. Bersembunyi dan tidak ingin didekati oleh teman sebaya yang berada di panti. Termasuk Xiao Zhan. Tapi bukan Xiao Zhan namanya jika dia tidak dapat menaklukan bocah tampan itu. Dia tidak menyerah untuk menaklukan Yibo. Seperti sekarang.

Zhan berjalan riang dengan bersenandung kecil, mendekati sosok murung Yibo. Dia terduduk di bawah pohon rindang yang berada di taman panti. Suara senandung Zhan yang khas, membuat bocah itu berpaling.

Yibo mengernyitkan dahi ketika fokusnya menangkap sosok menyebalkan baginya. Kemudian sebuah tatapan sinis diberikan kepada Zhan yang tertawa lebar. Zhan sudah terbiasa dengan tatapan bocah itu. Tatapan yang menyiratkan jika Yibo tidak ingin didekati oleh siapa pun.

"Masih bersedih? Tidak cukupkah waktu sebulan ini untuk menghapus rasa sedihmu?" Suara lembut milik Zhan mengalun lembut, ketika dirinya memutuskan untuk berjongkok di hadapan Yibo yang masih terdiam kaku. Tidak ingin menggubris keberadaan Zhan yang selalu ingin menggaggunya.

Helaan napas pelan dikeluarkan oleh Zhan, melihat tidak mendapat respons apa pun dari sang lawan bicara. Kemudian tangannya bergerak menyentuh jemari Yibo yang lebih kecil darinya. Menggenggamnya dengan erat sambil mengadah ke arah bocah itu. Menatap lekat kedua bola mata hitam Yibo yang masih memancarkan kesedihan serta rasa kesepian mendalam.

Yibo terdiam, merasakan tangannya digenggam. Sentuhan yang diberikan oleh Zhan sangat menenangkan. Seolah membuat dirinya aman karena jemari tersebut akan melindungi Yibo dari apa pun. Dia tidak ingin menepis genggaman jemari Zhan. Membiarkan sang gege mengelusnya hanya untuk menghilangkan rasa kesepian Yibo selama ini.

"Aku tahu rasa sakitmu. Tapi bukankah hidup lebih menyenangkan jika dijalani? Rasa sakitmu akan hilang dan berganti dengan perasaan bahagia, karena kau disayangi dan dicintai di tempat ini." Ujar Zhan sambil tersenyum tulus. Memberikan sebuah keyakinan jika panti asuhan yang Yibo tinggali saat ini merupakan hal yang bocah itu butuhkan. Karena semua penghuni di panti asuhan akan memberikan rasa cinta dan kasih sayang yang dibutuhkan oleh Yibo.

"Aku tidak kenal siapa pun di tempat ini. Bagaimana bisa mereka menyayangiku begitu saja? Aku sendirian di sini. Bahkan aku selalu bertanya kepada Tuhan, kenapa dia tidak mengambil nyawaku bersamaan dengan ayah dan ibu saat itu." Ucap Yibo dingin, mengutarakan pertanyaan yang selama ini ada dalam benak. Tak lupa sebuah tatapan menusuk menyiratkan rasa sedih, kecewa, kesepian yang selama ini terpendam.

Zhan terkekeh kecil, mendengar pertanyaan yang dikeluarkan bocah itu. Yibo belum diajari bagaimana indahnya hidup dan bersyukur kepada Tuhan atas segala nikmat hidup yang diberikan. Zhan akan mengajari bocah itu bagaimana rasanya bersyukur dan dicintai dengan tulus. Karena dia sendiri tahu betul bagaimana sakitnya dibuang dan tidak diinginkan oleh siapa pun.

Promise | YiZhan CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang