Chapter 4

2.9K 374 19
                                    

Rasa sakit yang berdenyut tidak membuat Xiao Zhan berhenti menjadi orang yang keras kepala untuk menghubungi pria terkasihnya. Wang Yibo. Ya, sudah dua hari Zhan sama sekali tidak menghubungi Yibo. Mengapa? Alasannya hanya satu. Tidak ingin membuat pemuda yang akan di wisuda besok itu khawatir dan tidak menghadiri hari besarnya. Sekalipun mereka masih dalam status bertengkar.

Ya. Mereka masih belum berbaikan atau melakukan komunikasi intens seperti dulu. Belum lagi, Yibo memang memutuskan untuk jarang pulang ke rumah. Sehingga Zhan pikir tidak pulang pun tak apa, toh Yibo tidak akan pulang.

Jika melihat update-an dari akun sns milik pemuda itu, maka sekarang Yibo sedang sibuk menyiapkan wisuda nanti. Gladi resik agar acara tersebut berjalan dengan lancar esok hari. Sehingga hal itu yang mungkin menyebabkan Yibo jarang pulang ke rumah. Tidak hanya itu saja yang membuat komunikasi mereka terhambat, ponsel milik Zhan rusak. Zhan baru sadar ketika sudah berada di rumah Cheng. Dia sangat ingin mengabari Yibo melalui ponsel Cheng. Namun hal itu hanya akan menambah kesalahpahaman mereka. Yibo memang tidak menyukai Cheng, dan Zhan tidak ingin membuat rasa benci itu semakin bertambah.

Sejak kejadian Zhan pingsan di café, Cheng merawatnya dengan baik. Sekalipun Cheng tidak dapat merawatnya selama 24 jam penuh. Dikarenakan dia sibuk bekerja. Namun, pria itu dengan baik hati memanggil dokter ke rumahnya, karena Zhan tidak ingin dibawa ke rumah sakit. Sehingga dia lebih memilih untuk dirawat dalam pengawasan Cheng. Zhan juga tidak ingin pulang. Dia tidak mau merepotkan Yibo, karena pemuda itu sedang sibuk. Lagi pula Zhan sangat yakin jika dirinya bisa sembuh dengan cepat dan menghadiri acara wisuda pemuda terkasihnya.

"Ughh.." Lenguhan kesakitan keluar dari mulut Zhan, ketika dia mencoba untuk bangkit dari tempat tidur. Malam ini, Zhan harus pulang. Mencari hadiah untuk merayakan kelulusan Yibo besok. Dia tidak ingin menambah kesalahan kepada pria terkasihnya. Zhan harus datang ke wisuda Yibo sekalipun memaksakan dirinya sendiri yang sedang dalam keadaan tidak sehat. Hanya dengan tidur saja, dia mungkin sudah sembuh. Sehingga malam ini Zhan harus sudah ada di rumah agar besok bisa pergi bersama denga Yibo.

Kepala Zhan kembali berdenyit sakit. Dia langsung pusing ketika menginjakkan kaki di atas lantai. Kakinya terasa tidak kuat untuk menopang berat badannya sendiri. Padahal Zhan harus bisa untuk berdiri dan pulang dengan kepala tegak ke rumah. Dia yakin, hari ini mungkin Yibo memang menunggunya pulang. Pemuda terkasihnya itu akan menagih janji Zhan untuk datang ke acara wisuda dan mereka akan berbaikan setelahnya.

Ya. Zhan sudah merindukan Yibo. Dia tidak ingin diabaikan lagi. Lagi pula, Zhan sedang dalam tahap mencoba untuk lebih kuat dalam memendam rasa. Dia tahu diri bahwa hubungan sesama jenis akan selalu dianggap tabu di mana pun, dan Zhan tidak ingin Yibo dikucilkan karena hal ini. Oleh karena itu, lebih baik Yibo tidak mengetahui apa pun karena Zhan masih belum siap untuk ditinggalkan pemuda terkasihnya jika perasaan cinta salah ini diketahui.

"Arghh..." Erangan kesakitan terdengar semakin keras keluar dari mulut Zhan, ketika dia sudah mampu berdiri, namun kembali terjatuh. Hingga kepalanya terbentur nakas yang berada di samping ranjang.

Sungguh. Zhan semakin pusing. Suhu tubuhnya pun jauh dari kata normal. Suhu tubuhnya mungkin sudah mendekati 38 derajat lebih, diikuti dengan keringat dingin yang membasahi sekujur tubuh.

"Ah.. Si-sial...." Umpat Zhan lirih sambil memegang kepala yang berdenyut sakit. Alisnya mengerut sambil mencoba memberikan usapan pelan di ubun-ubun kepala. Berharap rasa pusing dan suhu tubuh dapat hilang dengan sentuhannya. Namun hal tersebut sama sekali tidak berdampak. Terbukti dengan matanya yang perlahan meredup karena kehilangan fokus.

Krekk

Suara decitan pintu terbuka terdengar, menghasilkan deritan yang mampu membuat kesadaran Zhan kembali sedikit, ketika sadar bahwa pintu terbuka dan menampilkan sosok Wang Zhuo Cheng yang menampilkan ekspresi kaget, melihat keadaan mengenaskan sang sahabat yang tergelatak dan hampir tidak sadarkan diri.

Promise | YiZhan CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang