"Prinsip"

11 1 0
                                    

Drrtt.. Drrtt...

Suara khas alarm ponsel Samsung sudah berbunyi untuk yang ketiga kalinya pagi ini, akhirnya, Riana bangun juga dari tidur singkatnya.

Terbukti nyata sekarang, hal yang paling dibutuhkan seorang manusia berusia 20-an adalah waktu tidur. Entah karena pekerjaan, tugas kuliah, urusan rumah, atau tuntutan hidup lainnya. Jam ke-25 dan hari ke-8 memang cukup dibutuhkan, barangkali juga bulan ke-13.

"Udah di kampus?"

"Sudah kok, Ris. Ini aku lagi di tangga mau masuk kelas. Kamu udah di lokasi?"

"Udah, baru selesai cek kamera --oh, iya. Tugas kamu gimana? Selesai? Kamu pasti masih ngantuk."

"Justru kamu yang belum tidur sama sekali."

"Seenggaknya aku sudah sarapan."

Riana tertawa kecil, merogoh tas selempangnya sedikit, mengeluarkan sebuah kantung kertas. "Aku terima rotinya, terima kasih banyak."

"Makasihnya ke si Abang Ojol, jangan ke aku."

"Iya barusan aku kirim voice chat ke Bang Ojek yang tadi kok."

Dan keduanya tertawa di pijakan masing-masing, yang dihubungkan oleh jaringan tak kasat mata pendobrak jarak.

Rantau? Di saat pergi melancong dari tanah kelahiran, hidup sendirian, maka tak ada yang lebih baik dari terbangun dengan suara dari orang tersayang. Meski kadang yang terpenting tak bisa untuk terus ada, maka fungsi dari bertemu secara acak pada lempengan bumi asing lalu membuat ikatan --adalah,untuk saling memenuhi kebutuhan kasih dan sayang.

"Sore ini ada kelas, kan?"

"Ngg.. entah. Katanya sih, dosennya nggak ada.. tuh."

"Lagi?"

"Hm-m." Aris mengangguk di sebrang sana.

"Kenapa sih, gajih buta deh itu dosen."

"Hush, ah. Mungkin dia paham, anak-anak didiknya lagi pada cari uang."

Riana menatap layar ponselnya sebentar. Rupanya, rasa curiga itu memang wajar. Lalu menempatkan kembali speaker telephonnya ke telinga kanan.

"Tapi malem ini jadi makan?"

"Jadi dong--"

"Haa?"

"Rada telat gapapa, ya? Mungkin jam 8, nanti aku jemput ke kos."

"Ng.. Nanti aku kabarin deh, aku ada di mana."

"Oke-- ah, iya bang sebentar! Ri, aku udah dipanggil nih. Udah dulu ya, semangat kuliahnya!"

"Ris--" Tuut.. Tuut...

Rutinitas sehari-hari disandingkan dengan penghasilan setiap hari. Apa yang kita lakukan setiap pagi? Apa yang kita dapatkan setiap kali hari berganti? Dan semua tanya itu ada jawabnya, setara dengan nilai-nilai pada presentasi mingguan, atau kuis dadakan, hingga kuliah lapang.

Semua orang punya target, dengan beragam cara untuk mencapai. Ada yang halal, dan ada yang picik. Ada yang jujur, dan ada yang bohong. Ada yang demi kebaikan bersama, pun ada yang demi kebaikan orang lain, atau dirinya.

From: Riana Anastasya
To: Hafdhani Arizky
Makan siang, Ris. Aku tau kamu sering telat makan.

Riana memandangi layar ponselnya tanpa lengah, nyaris tepat 3 menit sebelum layar ponsel benar-benar dimatikan dan ponsel sudah berteleportasi ke dalam tas selempang merah tua yang dipakai Riana.

TSUNDERELATIONSHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang