Prologue : Fate?

80 15 8
                                    

Hujan.

Tetes-tetes air jatuh dari langit membasahi semua yang ada di bawahnya. Banyak yang mengatakan bahwa hujan itu melambangkan kesucian dan harapan. Melambangkan kesucian karena ia membersihkan,dan melambangkan harapan karena ia memberi kehidupan atas kuasa Tuhan. Bagai menjanjikan kesejahteraan selama ia datang.

Namun, apakah semuanya merasakan harapan yang sama?

Suara hujan yang menghantam bumi semakin keras. Rembulan yang kala itu seharusnya bersinar terang pun tertutupi oleh awan hitam yang datang entah dari mana. Kilatan cahaya diikuti geraman petir di langit yang hitam memperingati seluruh makhluk yang ada dibawahnya untuk mencari perlindungan.

Namun, apakah semua memiliki tempat untuk berlindung darinya?

Apakah ini harapan yang diberikan?

Apakah ini kebahagiaan yang dijanjikan?

:

Tok tok tok tok!

Bunyi ketukan dari balik pintu menganggu keheningan ruangan itu yang mana si pemilik masih terlelap pulas di atas kasur empuk miliknya.

Tok tok tok tok!

"Nina? Nina bangun! Kamu ndak sekolah?" suara familiar itu memanggil dari balik pintu menyadarkan Nina yang dipanggil, dengan kedua alis yang berkedut ia menatap sebelah mata ke arah pintu kamarnya.

"umh.. Jam berapa nek.." dengan dahi berkerut dan pipi pun masih sembab, tangan kanannya meraih handphone yang terletak di atas meja di samping tempat tidurnya. "Enam.. Empat lima.." Nina menatap layar handphonenya dengan mata yang disipitkan, sampai ia membuka lebar kedua kelopak matanya dan tiba-tiba melompat bangun dari tempat tidur.

"6.45!? AH GIMANA--"

"Nina cepat mandi! Bajunya sudah nenek taroh di atas meja!"

"IYA NEK!!" Nina segera berlari ke kamar mandi setelah sesaat sempat melirik seragam barunya.

Kehidupan SMA, apa akan seperti yang ia harapkan?

:

Ada yang bilang bahwa pengalaman saat SMA itu adalah pengalaman yang paling penting semasa remaja. Katanya kesenangan masa muda yang paling berharga adalah masa SMA. Katanya pada masa inilah remaja seperti Nina harus mencoba banyak hal, karena setelah dewasa tidak akan ada lagi kesempatan karena kesibukan dan kebutuhan sudah harus ia penuhi sendiri tanpa ada bantuan bahkan dari orang tuanya sendiri. Terdengar keras tapi setiap orang pasti akan sampai kesana pada waktunya.

Setelah siap dengan seragam dan semua keperluan yang harus ia bawa, Nina segera berlari secepat mungkin menyusuri jalan yang memutari pagar sekolah yang panjang, untungnya rumah nenek tempat ia tinggal terletak tepat di belakang sekolah barunya ini. Jika saja tempat ia tinggal jauh dan harus menggunakan bus, Nina mungkin sudah putus asa dan memilih untuk tidak ikut MOPLS.

MOPLS adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah dan dipersiapkan oleh senior untuk 'menyambut' siswa dan siswi baru di SMA ini. Walau kegiatan ini seharusnya dilaksanakan untuk memperkenalkan sekolah kepada semua siswa baru, namun masih ada saja beberapa oknum senior yang menggunakan kesempatan ini untuk "mengetes" para siswa tingkatan satu.

Setelah melewati tikungan jalan menuju gerbang utama sekolah barunya ini Nina kembali berlari sekuat tenaga mengabaikan kedua kakinya yang berteriak meminta istirahat. Dan tepat sebelum gerbang sekolah berhasil ditutup oleh satpam penjaga sekolah, Nina segera mempercepat larinya dan menyelip diantara sisa gerbang yang belum tertutup. Satpam yang melihat itu untungnya segera berhenti menutup gerbang sehingga Nina tidak tersangkut di gerbang.

Takdir? Apaan? • ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang