Chapter 2 : Tuesday Evening Rain is Falling

51 7 0
                                    

"nak San kok capek gitu? Ada apa sama Nina?"

"tadi pas lari San dikejar guguk tetangga gara-gara bawa daging, ehehe. Kalo Nina.. San juga ga tau kenapa nek, capek mungkin bawa belanjaan banyak?"

"mereka belanja bareng? Kok ngga ngajak-ngajak sih."

:

Nina, neneknya, dan semua anak kosan kini duduk di ruang tamu dengan masing-masing membawa dompet di tangan mereka. Tentu saja, tahun ajaran baru juga berarti bulan baru, yang mana setiap semesternya para anak kosan harus membayar biaya sewa kamar mereka masing-masing. Nina disini hanya sebagai bendahara sementara (pemegang dompet) neneknya yang tengah memegang catatan kecil dimana semua biaya anak kosan tertulis didalamnya.

"nak Hongjoong." sebut si nenek yang kemudian berbalas tatap dengan nama yang disebutkan tadi. Hongjoong pun segera menyerahkan uang sewa kamarnya dalam sebuah amplop kepada Nina, yang dengan segan Nina ambil dan hitung isinya.

"pas nek." ucap Nina singkat yang dibalas senyum dan anggukan oleh neneknya kemudian Nina memasukkan amplop itu ke dalam dompet neneknya. Lalu nama Seonghwa dipanggil, lalu Yunho, Yeosang, sampai semuanya telah menyerahkan amplop mereka masing-masing kepada Nina.

Namun yang aneh bagi Nina, semua anak kosan neneknya ini sangat serius dalam proses pembayaran ini, padahal biasanya mereka sangat berisik- seperti malam pertama Nina masuk SMA KQ dan pertama kali bertemu dengan mereka semua. Malam itu Nina tak bisa tidur karena bunyi hentakan kaki para lelaki yang tidur di lantai atas kamarnya, ini juga jadi salah satu alasan kenapa Nina berangkat sangat pagi kemarin.

"sudah lunas semua ya." si nenek pun menutup buku catatannya dan mengambil dompetnya lagi dari tangan Nina. "tumben kalian ga ada yang minta diskon?" tanya neneknya dengan senyuman bingung, beliau sepertinya juga merasakan apa yang Nina rasakan.

"boleh nih--mmph!" belum sempat Wooyoung menyelesaikan kalimatnya, mulutnya segera ditutup oleh San yang menggeleng pelan. Seonghwa dengan cepat angkat bicara sambil tersenyum ramah ke arah si nenek."masa iya kami masih minta diskon nek, makan 3 kali sehari udah nenek terus yang nyediain buat kami. Terus TV, WiFi, air, segala macam juga dari nenek yang sediakan semuanya."

Nina shook dong. Senior dingin yang ngacangin dia 3 jam lamanya itu tiba-tiba jadi soft, gentleman, seperti jelmaan menantu idaman para ibunda.

Tanpa menghiraukan keterkejutan Nina, nenek pun membalas senyuman Seonghwa lalu ke arah anak kosan yang lain. "kalau begitu kalian abis ini lansung tidur ya? Udah jam 10, besok kan kalian sekolah." semuanya pun mengiyakan si nenek dan segera pamit kembali ke kamar mereka masing-masing.

Kini hanya tinggal Nina dan neneknya di ruang tamu.

"Nina?"

"iya, nek?"

"udah ada yang kamu pepet belum?" Perkataan spontan neneknya sukses membuat Nina tersedak liurnya sendiri. "nenek ngomong apaan sih..! Gak ada yang mepet-mepet!" Dengan kening berkerut Nina menatap neneknya yang kini terkekeh pelan melihat reaksi Nina, si gadis pun memanyunkan bibirnya cemberut. "nenek becanda kok~ sudah, sana pergi tidur, udah malam." nenek lalu mengecup lembut kening Nina dan mengantarnya ke kamar.

Dan Nina pun hanya dapat menuruti perintah neneknya..

Untuk sekarang.

:

Salah satu tangan memegang halaman buku dan tangan yang lain memijit kening, Nina membolak balikkan halaman bukunya dengan penuh frustrasi, pelajaran yang tadi ia tinggal tidur kini membuatnya tak bisa tidur. Sedari neneknya meninggalkan kamarnya untuk tidur, Nina lansung mengeluarkan bukunya dan mencoba setidaknya untuk memahami konsep persamaan matematika ini, tapi ia masih belum paham juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Takdir? Apaan? • ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang