17-04-01 ♤ 1

43 7 3
                                    

17 - April - 2001

Seorang pria berbadan tegap nan gagah sedang mengisap rokoknya sembari menatap sendu ke arah langit.

"Ray.. singkirkan rokok sialan mu itu, asapnya mengganggu pernafasan ku." Kata seorang pria bertubuh lebih pendek dari pria yang sedang merokok.

Setelah mengepulkan asapnya, pria itu menjatuhkan rokoknya dan menginjaknya hingga rokoknya mati.

"Aku bahkan tak memintamu untuk diam disampingku. Bodoh." Gumam pria bernama ray itu dengan nada rendahnya.

Meski mendengarnya, pria pendek itu tak mengubrisnya dan tetap tenang dengan suasana senja di hari ini.

"Ngomong ngomong kau tidak pergi ke stasiun? Ini sudah pukul lima lewat lima belas." Ray kembali angkat suara.

Sadar dengan apa yang dibicarakan ray, pria itu segera melirik jam yang ada ditangannya.

"Ah iya.. baiklah aku pamit ya.." pria itu pun melangkahkan kakinya meninggalkan ray sahabatnya itu.

"Jim! Jangan lupa nanti malam!" Ray berteriak kala jimmy sudah cukup jauh dari pandangannya.

Pria bernama jimmy itu hanya mengacungkan jempolnya tanpa membalikkan badannya.

Ray pun ikut meninggalkan tempat semulanya dan pergi.

▪▪▪▪

Dentuman musik yang memekikkan telinga memenuhi seisi sudut ruangan itu.

Herannya, semua orang menikmati nya tanpa ada rasa risih dengan bunyinya yang hampir membuat gendang telinga mereka pecah.

Sekumpulan pria muda sedang berkumpul di ruang VIP yang mereka pesan.

Jumlahnya ada empat, tersisa tiga orang yang belum datang. Meski demikian, empat orang itu tak perlu repot repot menunggu tiga sisanya dan tetap melanjutkan aksinya bermain sebuah pertaruhan. Pertaruhan yang cukup dengan gelar 'Bajingan' bagi seorang pria. Bila ia menang, maka dia akan dapat meremas payudara seorang wanita yang sudah mereka sewa. Memang permainan gila. Tapi itu adalah permainan yang mengasikkan untuk mereka.

"Gunakan kartu mu dengan baik bodoh! Jika tidak, aku yang akan terus memiliki dua buah surga itu hahaha!" Ejek seorang pria kepada pria dihadapannya yang sedang dengan geramnya menatap kartu yang menurutnya selalu sial.

"Tutup mulutmu max! Aku masih bisa menyewa lebih dari tiga wanita untuk diriku sendiri!" Meski terus bermain, pria yang semula di ejek tetap membalas perkataan max.

"Jay, fokuslah bermain.. jika begini terus, kau akan kalah.. bodoh. Kau memang bodoh." Pria disebelah jay berkulit putih ikut angkat bicara meski dengan nada suaranya yang minim.

"Steve, kau harus ikut tutup mulut seperti max." Jay segera melemparkan hasil kartunya ke meja.

Sebuah keajaiban, untuk pertama kalinya jay memenangkan pertaruhan itu. Jay sedikit tergugup, karna wanita yang kali ini mereka sewa, adalah seorang gadis cantik. Bukan lagi seorang tante dewasa.

Sesungguhnya, dimata seorang pria itu, gadis polos memiliki nilai yang lebih besar dibanding dengan wanita dewasa yang penuh tahu.

"Wah kerennya tuan bodoh ini.." ucap seorang pria disebelah max kala melihat jay mendekati gadis cantik itu.

Tak ingin melihat aksi yang di lakukan jay pada gadis itu, max mengalihkan pembicaraannya.

"Ngomong ngomong, kemana john? Dan ray? Lalu jimmy?" Tanya max.

"John sudah pasti saat ini masih bekerja, ray mungkin masih dijalan, kalau jimmy aku tak tahu.." balas seorang pria disamping max.

"Victor, coba kau hubungi jimmy, aku akan menghubungi ray." Perintah steve kepada victor yang sedari tadi sedang melihat aksi jay.

Victor pun segera mengambil smartphonenya dan menghubungi jimmy.

Berkali kali victor menelfonnya, namun tak ada jawaban.

"Ray bilang sebentar lagi dia akan sampai." Ucap steve kala dia meletakan smartphonenya di atas meja.

"Jimmy bahkan tak mengangkat telefonku." Victor ikut meletakkan handphonenya.

"Baiklah, sambil menunggu mereka, kita pesan minuman dan sedikit cemilan sekarang." Max segera memanggil pelayan.

Tak lama, jimmy datang mendobrak pintu. Mereka semua mengarahkan pandangannya ke arah jimmy. Jay yang terkejutpun menghentikan aksinya dan segera duduk di sofa.

"Hey! Whats wrong dude?!" Tanya jay saat jimmy melangkahkan kakinya dengan gontai.

"Persetan dengan pria tua itu. Teman teman, Bantulah aku untuk membunuhnya.." ucap jimmy yang membuat suasana dalam atmosfer menjadi sangat dingin dan mencekam.

Mereka semua sudah tahu dengan masalah pada keluarga jimmy, dan juga sudah tahu dengan sifat ganda yang dimiliki jimmy. Dia akan menjadi sangat baik seperti malaikat. Dan bisa menjadi sangat brengsek layaknya setan penuh nafsu disaat yang bersamaan.

"Jim sadarlah.. walau bagaimanapun dia tetap ayahmu." Ucap steve mencoba menenangkan jimmy.

"Ayah? Aku tak punya ayah sejak lahir. Argggghh bajingan!" Jimmy sedang berusaha menahan emosinya yang hampir meluap.

Mereka tahu persis, jika dalam keadaan seperti ini, adalah pilihan yang buruk jika jimmy harus terus di ajak bicara bahkan walau sekedar untuk menenangkan diri saja.

Saat mereka semua diam, john dan ray datang secara bersamaan.

John segera menenangkan jimmy karna dia sudah mengenal situasinya.

Diantara ke enam sahabat jimmy, john adalah satu satunya yang tak bisa ia lawan. John slalu bisa menenangkan jimmy meski sifat brengseknya tak kian meredam. Hanya saja emosi amarahnya akan kembali stabil.

Pesanan datang.

Jimmy yang sudah mulai tenang, meminum satu botol sekaligus dengan sangat rakus bagai orang yang kehausan.

"Heii.. santai dude.. tenggorokkanmu akan terbakar jika meminum vodka dengan cara seperti itu." Ray mengingatkan jimmy, namun jimmy tak mempedulikannya.

Mereka bertujuh pun bersatu. Tertawa bersama, bercerita, bermain pertaruhan, bermian Turth Or Dare, apapun mereka lakukan malam itu. Ruang VIP yang mereka tempati hanya penuh dengan suara gelak tawa mereka dan beberapa botol beer yang habis dan berserakan dimana mana.

[■]

sin • [BTS] | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang