CHAPTER 2__SALURAN_PEMBUANGAN__
_
_
_
_Arus deras air terdengar begitu kencang, melewati gorong gorong. Tak ada sumber cahaya selain lampu yang di pasang setiap 5 meter di setiap lorong. Bau tak sedap menguar dari air yang mengalir, kemudian disaring dan di olah menjadi air bersih di ujung lorong.
Gelap..
Sangat gelap..
Sepasang mata mulai terbuka, sedikit menyipit. Matanya menyesuaikan diri dengan cahaya lampu yang menyerang irisnya secara tiba tiba. Setelah merasa cukup beradaptasi, tubuh gadis itu bangun dan merasakan sesuatu yang amat menyakitkan.Kepala nya berdenyut keras, rasanya seperti habis di pukul dengan benda berat. Jari lentik nya tergerak memegang kepala nya. Dia menyadari sesuatu..
Ya..
Dimana dia sekarang? Apa dia tertangkap?
Dia menyadari berada di sebuah ruangan, ruangan yang kuno. Cat putih kusam terlihat disekelilingnya. Bau menyengat obat obatan tercium di ruangan. Maniknya menatap tubuh yang terbalut plester, teknologi kuno, pikirnya. Tunggu.. ada yang janggal..
Dimana robot kesayangan nya?
KREKK..
Pintu di buka perlahan menampilkan seseorang, tunggu, itu tidak terlihat seperti manusia. Pupil mata pria itu mengilat merah, rambutnya pun terlihat sangat halus melebihi manusia.
Pria itu terlihat seperti sekitar berumur 25 tahun, terlihat dari tubuhnya yang tinggi dan lebih dewasa. Dia membawa sebuah nampan. Tangannya yang lain menutup pintu, kakinya terlangkah menuju ranjang dimana Clairine berada.
Clairine segera bersiaga, mencari-cari senjata nya di slot celana, namun tidak menemukan apapun. Dia bersiap seolah akan ada sesuatu yang menyerangnya. Tubuh pria itu berdiri satu meter jauh darinya.
"Kau mencari senjata listrik itu?" Tebak pria itu. Ya, itu benar sekali. Clairine menatap lekat lekat pria di depannya, ingin membuka mulutnya dengan beribu pertanyaan.
"Dimana kau sembunyikan senjata ku?! Dimana robot ku?!" Clairine bertanya dengan nada tinggi."Aku simpan, kau pasti buruan polisi, iya kan?" Pria itu menaruh nampan di atas meja kayu usang. Benar benar berbeda dengan dunia atas.
"Tunggu, bukan kah kau polisinya? Aku sudah ditangkap bukan?" Air muka Clairine berubah, kebingungan terlihat jelas.
"Apa aku terlihat seperti polisi? Kalau aku polisi aku tidak akan memberikan mu minuman ini" ucap pria itu. Tangannya memegang sendok dan mengaduk minuman di dalam gelas, teh seperti nya.
Otak Clairine berfikir kembali. Itu benar, kalau dia ditangkap dia pasti akan di borgol dan berada di tempat gelap. Namun ini berbeda, ruangan putih dengan gaya kuno khas abad abad yang lalu dimana manusia masih berjaya.
Lagipula kalau pria itu polisi, pastinya tidak akan memberikan nya minuman, lalu membiarkan dirinya membusuk di dalam sel yang dingin.Dia terdiam dan menunduk sebentar, namun bukan berarti tidak bersiaga. Dirinya terus bersiap, bagaimana jika tiba tiba pria itu membunuhnya dan menyerahkannya ke polisi, itu hal buruk bukan? Pikirnya.
Lagipula, manusia saat ini dicari hidup atau mati. Setiap robot yang menemukan dan menyerahkannya ke polisi tentu mendapat bayaran besar."Minum lah dulu untuk mengembalikan tenaga mu, kau pasti akan kembali bermain kejar kejaran dengan para polisi itu." Pria itu menyerahkan sebuah gelas berisi teh hangat kepada Clairine. Clairine sedikit tidak percaya, takut siapa tau ada racun yang di masukkan. Hei, siapa yang tidak curiga tiba tiba diberikan minuman oleh orang asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Human
FantasíaPernah membayangkan dunia ini penuh dengan Mesin mesin? Pernahkah kalian membayangkan mesin mesin mengerjakan semua yang kita butuhkan Seperti Industri ataupun pekerjaan rumah tangga? Kalian pasti berfikir itu adalah kemajuan yang luar biasa...