"Lantai 2 SMA 45"

449 2 0
                                    

Ting...tong...Ding...Dong... Bunyi bel sekolah SMA 45 Sriwedari, pukul 14.00  menandakan telah selesainya waktu pelajaran. Tidak seperti layaknya  siswa-siswi lainya, Wulan seorang siswi kelas 12 di salah satu SMA favorit di  kotanya itu gembira jika bel pulang sekolah telah usai. 

“Lan kamu ngapain diam saja? Ayo pulang!”, ajak cewe rambut pendek  teman sekaligus tetangga Wulan bernama Yuki. 

“Tunggu...kamu jangan melangkah! Jika kamu berani melangkah, akan aku  lempar kau dengan ini!”, teriak Wulan memegang benda seperti paku.
Yuki tidak merasa heran dengan tingkah sahabatnya ini, sejak kejadian 2  bulan yang lalu Wulan bisa merasakan bahkan melihat sesuatu hal-hal yang  diluar dugaan manusia biasa. Yuki mendektai Wulan dengan membawa tas,  tanda dia siap untuk pulang ke rumah.

“Kali ini kamu melihat apa? Seorang nenek seperti kemarin atau baru?”,  tanya Yuki mengampiri Wulan. 

“Bukan, ini seperti wanita seumuran kita.”, Wulan menjawab dengan  singkat. 

“Ayo kita harus cepat pulang, nanti orang tua kita khawatir”, ajak Yuki  menggandeng Wulan dan membawakan tas sekolahnya.

Mereka berdua berangkat dan pulang sekolah selalu bersama, sejak SMP  mereka sudah akrab seperti kakak adik. Yuki kawatir dengan kondisi Wulan  saat ini, tidak semua orang bisa menerima anugrah yang diberikan oleh  Tuhan seperti di alami Wulan. Selama mereka berdua berjalan koridor sekolah, gadis berbando merah itu hanya menundukan kepala sambil  memegang tangan Yuki dan tas ranselnya.

“Non Wulan kenapa tuh Non Yuki? Sakit ya?”, tanya penjaga sekolah yang  sedang membersihkan halaman. 

“Gak papa pak, Wulan mungkin dah lapar. Hahaha!”, Yuki menjawab sambil  ketawa agar tidak muncul pertanyaan baru. 

“Oh gitu, Bapak ada bekal. Mau?”, lanjut Bapak Dirman dengan sapu  usangnya yang di pegang. 

“Makasih pak, sebaiknya Bapak hati-hati jika membersihkan di lantai 2”,  Wulan menjawab secara mengejutkan sambil senyum sinis. 

“Mari pak, kami pulang dulu”, Yuki menarik tangan Wulan menandakan  untuk segera pergi dari sekolah.

Bapak setengah baya itupun hanya bengong ketika Wulan tiba-tiba  berbicara seperti itu. Melihat Wulan dan Yuki sudah berjalan keluar gerbang  sekolah, ia melanjutkan pekerjaanya. Dirman selesai membersihkan lantai  1, selanjutnya adalah lantai 2. 

“Apa ya maksud omongan Non Wulan tadi?”, gumam Dirman sambil mulai  menyapu. 
Dok...dok...dok... terdengar suara berisik dari arah ruang kelas 12E ujung  koridor lantai 2. Rupanya suara tersebut seperti pintu yang terbuka dan  tertutup kembali.

“Hei! Siapa disana? Kenapa kamu belum pulang!”, teriak Dirman ke arah  ujung. 

“Apa ini yang di maksud non Wulan ya?”, pikir Dirman penasaran  menghampiri Ruang itu. Dengan tidak memikirkan hal buruk, Dirman  mencoba menghapiri ruang kelas yang berisik tadi.

Srekk...srekk, langkah kaki Dirman sudah tidak secepat dulu. Dengan  memegang sapunya, melihat pintu ruang kelas 12E ternyata masih terbuka,  padahal pintu kelas lain sudah tertutup.

Braaakkk!!!!... Dirman terpeleset, sapu di pegangnya jatuh mengenai  kepalanya. 

“Sialan! Siapa disana? Berani macam-macam sama saya ya!”, hardik  Dirman sedikit merinding, pura-pura memberanikan diri.

Melihat sekeliling kelas dari luar jendela, Dirman tidak melihat apapun.  Ruangan kosong, bangku dan meja sudah rapi. Pak tua agak botak ini  merasakan hal yang tidak sewajarnya, ia segera menutup pintu dan berjalan  cepat turun dari lantai 2.

The Trist : Misteri SMA 45Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang