Pepet Lagi Bang

945 92 6
                                    

Wooseok, sang anak baik nan jadi panutan, tengah duduk sendirian di dalam kelas. Kenapa dia sendirian? Kan dia anak rajin, jadi dia dateng sejam sebelum matkul dimulai dan mereview materi untuk hari itu. Biasanya sih, yang selanjutnya dateng adalah Mingyu, dan itu biasanya masih setengah jam lagi. Jadi, saat pintu kelas didobrak dan Seungyoun berlari terengah-engah ke dalam kelas, Wooseok hanya bisa cengok. Pertama, karena dia flashback ke masa-masa Ospek di mana Komdis pada gebrak-gedor permukaan apapun yang penting datar. Kedua, karena Seungyoun itu bukan tipe-tipe dateng pagi.

"WOOSEOK! MINJEM TUGAS!"

Oh, ternyata alasannya masuk akal
.
.
.
.
"Kok lu bisa-bisanya belum ngerjain sih? Kan dikasihnya udah dari seminggu lalu." Wooseok tampak cemberut dengan kedua tangan dilipat di depan dada. Seungyoun masih saja terengah-engah walaupun dia sudah duduk di salah satu kursi. Wooseok nggak habis pikir lagi kalau sama satu orang ini. "Lu lari dari mana sih?"

Seungyoun menunjuk ke belakangnya. "Kosan. Ya kagaklah, gue naik motor njir," jawabnya sambil membuka tas dan mengambil selembar kertas. "Sini bagi soalnya."

Wooseok ragu-ragu saat menyodorkan kertas miliknya. Kan, walaupun baik dia itu juga panutan. Dia nggak mau kalau Seungyoun nanti jadi goblok gara-gara hasil nyontek mulu. Seungyoun sih sadar-sadar aja kalau Wooseok lagi bingung mikirin itu.

"Santai kali Seok, gue minta soal doang kok. Nih, udah selesai gue salin soal-soalnya."

Wooseok menatap agak tidak percaya saat Seungyoun sudah menyerahkan kembali kertasnya. Tapi dia lebih tidak percaya lagi saat Seungyoun benar-benar mulai menjawab hanya dari soal yang dia baca. Ini makhluk juntrungan dari mana sih? Males, urak-urakan, tapi jujur dan mau usaha sendiri. Wooseok mulai membayangkan yang tidak-tidak. 'Jangan-jangan Seungyoun itu alien ya.' Pikir Wooseok dengan polos.

Sementara Wooseok masih sibuk berkhayal, Seungyoun sudah menuju ke soal nomor tiga. Lumayan sih, ada 8 soal. Yang penting progress lah ya.

Beberapa menit kemudian, Wooseok mulai bosan. Dia akhirnya membuka-buka lagi buku yang tadi dia baca dan meneruskan belajar. Mereka ditemani keheningan kelas yang memang masih kosong.

Hingga tiba-tiba Seungyoun bertanya, "Seok, memangnya Seungwoo ama Jinhyuk beneran pacaran?"

Wooseok melirik dari balik bukunya untuk melihat Seungyoun yang masih sibuk menulis. Kalau bukan karena lirikan balik dari Seungyoun, Wooseok pasti akan mengira dia baru saja salah dengar. "Hmm, gue kurang tau.." jawab Wooseok dengan tidak yakin. "Kenapa lu gak nanyain aja ke Kak Seungwoo? Kan lu berdua udah mulai deket."

Seungyoun menghela napas berat. "Halah, deket apanya? Tiap kali kita mulai asik ngobrolin sesuatu, tiba-tiba Jinhyuk muncul. Tiap kali gue ngajak buat hang out di luar kantin, nanti Jinhyuk nyamperin. Ke mana-mana Jinhyuk, Jinhyuk, Jinhyuk."

Wooseok cengar-cengir, "Lu cemburu yaaa?"

Seungyoun melirik malas pada Wooseok. "Yaiyalah bambang, jelas-jelas gue ngomongin gini, ya gue lagi jeles lah."

Wooseok mengabaikan pelafalan aneh Seungyoun dalam menyebutkan 'jealous' dan beralih membicarakan si senior. "Memangnya kenapa sih lu keras kepala banget pengen sama Kak Seungwoo? Kan masih banyak Senior-Senior lain atau malah temen seangkatan yang mungkin.. mungkin loh ya, masih mau ama lu."

Seungyoun memanyunkan bibirnya dan memutar-mutar bolpen di tangan. "Kenapa ya?"

Wooseok menunggu dengan sabar. Lima menit berlalu, Seungyoun masih memutar-mutar bolpen. 10 menit berlalu, Mingyu sudah mengetuk pintu dan masuk ke kelas. Kaget juga si Mingyu, tapi dia memilih mengabaikan mereka dan duduk di tempat favoritnya. 20 menit, Wooseok sudah jengah.

Jadi Istri Gue Ya? | RyeonseungzzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang