BAB 1 - The Night

61.3K 3.1K 44
                                    

All in between your legs

Breathing on your neck

The morning after sex

(Damar Jackson - Morning After Sex)

*****

"Arsan."

"Aileen."

Untuk sesaat mereka terdiam sembari berjabat tangan. Mata bersirobok di udara. Seulas senyum terpasang di wajah masing-masing, sekalipun harus berteriak kencang setiap kali berbicara.

Arsan tidak menyangka akan bertemu sosok semenarik Aileen di ulang tahun Samuel, sepupunya. Wanita itu sendirian di stoll bar, terlihat sibuk sendiri dengan ponsel di tangan. Namun, saat didekati terkesan welcome dan juga ramah.

"Gue traktir minum ya," bisik Arsan tepat di telinga Aileen.

Wanita itu terkekeh pelan sembari mengangguk. Arsan dengan segera melambaikan tangan pada bartender. Memesan dua gelas cocktail terbaik di bar ini. Lalu, kembali memberikan fokus pada gadis cantik di hadapannya.

Aileen memiliki wajah indah; mata lebar, hidung mancung, pulasan make up sederhana serta bibir tipis dan mungil yang terlihat menggiurkan. Bahkan, dalam temaram cahaya lampu bar pun, pesona wanita itu tidak tertutupi. Rambut wanita itu panjang sebahu, digerai indah. Gaun hitam selutut yang terlihat sempurna membalut tubuh rampingnya.

"Lo ... cantik," puji Arsan.

Pria itu semakin mencondongkan tubuhnya pada Aileen. Bibirnya kini hanya berjarak beberapa senti di telinga wanita itu. Tidak ada penolakan sama sekali.

Aileen menoleh. Wajah wanita itu pun masih memasang senyum lebar. "Lo juga ... lumayan."

Arsan terbahak. Mereka berdua kini kembali saling bertatapan satu sama lain. Hingga tanpa sadar, kepala Arsan merunduk mendekati Aileen. Memperhatikan wanita itu hanya bergeming, dia tidak ragu semakin mengikis jarak di antara mereka.

Tanpa berusaha menahan diri, Arsan dengan segera membungkam bibir Aileen. Mencicipi rasa bibir dengan pulasan lipstik merah itu. Rasanya menarik, bercampur dengan alkohol yang mereka sesap sebelumnya. Menyenangkan, terlebih wanita itu malah dengan santainya melingkarkan tangan di leher Arsan.

Refleks, Arsan semakin mengeratkan Aileen ke tubuhnya. Meningkatkan intensitas ciuman mereka yang kini sudah tidak terkendali. Tentu saja, seperti lampu hijau, perlahan Arsan menuntun wanita itu keluar Bar menuju ke tempat yang dia inginkan.

Dia tidak tahu apa yang membuatnya lepas kendali, mencium orang yang baru dikenalnya. Banyak pertanyaan memang di kepala pria itu, termasuk pesona wanita itu. Namun, ciuman Aileen yang memabukan jelas berhasil meluapkan pertanyaan-pertanyaan itu dari kepalanya.

*****

Tidur Aileen terusik saat merasakan sesuatu membelit erat tubuhnya. Perlahan dia mengerjap mata. Sontak rasa kantuk yang sempat dirasakan lenyap begitu menemukan pria asing sedang terlelap di sampingnya. Damai dan tidak terganggu sama sekali.

Kilasan balik semalam berputar di benak wanita itu. Segera saja dia mengutuk dirinya sendiri yang begitu mudah mengiyakan ajakan pria ini. Bahkan, sampai hanyut dalam ciumannya yang memabukan. Bodohnya Aileen juga, dia sekarang lupa siapa nama pria seksi yang tidur ini.

Akar? Arsen? Arsan? Anton? Aileen mengerutu tanpa suara. Dia benar-benar tidak ingat, sama sekali.

"Morning."

Napas Aileen tertahan saat suara serak pria itu terdengar. Seperti dalam ingatan wanita itu, suara dan tubuh yang sama seksinya. Tanpa bisa dicegah, mata pria itu mengerjap pelan. Mata mereka langsung bersirobok di udara. Mata hitam pekat yang menatapnya tajam, kini malah membuat jantungnya sedikit berdebar.

"Thanks untuk semalam," bisik pria itu. Dia semakin mengeratkan lilitannya pada tubuh Aileen.

Aileen berdeham pelan. Mendadak dia gugup. Suaranya pun nyaris terbata saat membalas ucapan pria asing ini, "Thanks to you too ...."

Mereka terdiam sesaat. Suasana canggung terasa kental menyelimuti keduanya. Hingga dering nyaring ponsel, berhasil membuat Aileen menghela napas lega. Sedikit paksa, dia segera berbalik menatap nakas, tempat ponselnya berada. Diraih ponsel di sana. Nama sang manajer yang muncul di layar berhasil membuat Aileen kembali menggerutu.

"Halo," sapa wanita itu memelan.

"Aileen Maheswari!" teriak Dika dengan gemas. Dia bisa membayangkan bagaimana gusarnya sang manajer. "Ke mana saja kamu dari semalam? Kenapa tidak pulang? Kamu lupa dua jam lagi harus mengisi acara musik pagi?"

Mata Aileen melebar mendengar rentetan pertanyaan Dika. Dia melupakan pekerjaannya. Sontak gadis itu melompat dari tempat tidur, melupakan tubuhnya yang masih polos.

"Wait! Bentar lagi gue sampai studio."

"Terserah. Jangan terlambat." Panggilan ditutup begitu saja oleh Dika.

Tanpa sempat kembali berbasa-basi dengan Arsan, Aileen mulai sibuk sendiri. Bagaimana bisa dia melupakan pekerjaannya yang tidak ada berhentinya itu.

Diambilnya pakaian dalam yang bercecer di lantai, begitu pula gaun yang semalam dia kenakan. Kalau Samuel tidak mengundangnya ke pesta semalam, mungkin kejadian pagi ini tidak akan terjadi.

Kurang lebih sepuluh menit kemudian, Aileen keluar dari kamar mandi. Pakaian semalam kembali dia kenakan. Hanya saja pagi ini, dia terlihat sedikit lebih polos tanpa make-up. Di dalam purse yang dia bawa, hanya ada beberapa kartu dan lipstik. Lagi pula, dia tidak berpikir akan menghabiskan malam dengan pria asing di hotel.

"Lo buru-buru?" suara lain kembali menarik perhatian Aileen.

Dia yang sedang mengerikan rambut, seketika mendongak. Pria asing itu sedang berdiri hanya dengan celana pendek, tanpa atasan atau kain lain di tubuhnya. Perut rata, meskipun tidak six pack, tapi terlihat kuat. Dia bersedekap seraya menyandarkan bahu ke dinding.

Aileen mengangguk. "Gue lupa ... ada kerjaan."

"I see. Biasanya, cowok yang pergi duluan saat one night stands, bukan sebaliknya." Dia terkekeh. "That's unusual, but okay. Lo memang harus pergi kerja."

"I'm so sorry." Suara wanita itu terdengar menyesal. Perlahan, Aileen beranjak dari kursi rias. Dia mengambil purse miliknya, lalu mendekati si pria asing. "Gue pergi sekarang."

Belum sempat Aileen pergi, tangan pria itu menahan gerakannya. Tiba-tiba saja dia ditarik kuat hingga jatuh ke dalam pelukan pria asing itu. Kepalanya merunduk dalam. Sebuah kecupan singkat diberikan ke bibir Aileen.

"I forgive you, then. Hati-hati di jalan."

Aileen mengangguk pelan. Kemudian segera berlari, hingga teriakan dikejauhan kembali memelankan langkah wanita itu.

"Kartu nama gue di dalam dompet lo. Kalau butuh apa-apa, telepon saja!" teriaknya yang hanya dibalas anggukan singkat Aileen.

Namun, saat pintu di belakangnya tertutup, Aileen berhenti sejenak. Dia ingin tahu nama pria itu, sedikit berbaik hati untuk mengingat nama pria yang berhasil membuatnya mabuk kepayang semalam.

Akarsana Gandi

CEO, President Director PT Facayu Beauty Indonesia

*****

Surabaya, 22 September 2019

Judulnya sama sih Behind The Scene, tapi dikemas dengan kisah yang berbeda dan tentu saja tokoh yang berbeda. Happy reading!

BEHIND THE SCENE (CABACA.ID)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang