Karina terbangun dari tidurnya, karena suara ring tone hpnya bergetar. Ia melihat jarum jam, ternyata sudah jam 18.40 ia sudah tertidur terlalu lama.
Karina segera membersihkan badannya, dan berganti pakaian karena semenjak pulang sekolah ia belum sempat ganti baju.
Selesai membersihkan diri, Karina menuruni anak tangga. Ia melihat mamahnya yang sedang merapikan makanan untuk makan malam.
"Mah, sini biar Karina bantuin".
"Eh udah kok ini udah selesai, kamu panggilin papah kamu aja ya di ruang kerjanya".
"Oh iya, mah".
Ceklek
"Pah, kita makan malam dulu yuk, mamah udah nyiapin di bawah".
"Eh iya, kamu duluan ke bawah aja, nanti papah nyusul".
"Oh oke pah".
Ruang makan
"Loh, papah kamu mana?"
"Nanti nyusul kok mah".
"Ada apa nih nyariin papah, ada yang kangen ya?"
"Ih papah kegeeran banget, mamah tuh yang kangen dari tadi nanyain mulu," Ledek Karina.
"Ihh kok jadi mamah sih, eh sudah-sudah ayo kita makan aja mumpung masih anget nih".
Hening. Selama makan tidak ada yang angkat bicara, hingga akhirnya Ferdinand Mahendra, siapa lagi kalau bukan papahnya Karina yang memecahkan keheningan tersebut.
"Karina gimana sekolah kamu, baik-baik saja kan?
"Baik kok pah, cuma tadi pas di sekolah tuh ada anak baru dia pindahan dari luar".
"Ah yang bener kamu, cewe atau cowo?" Tanya Sherina yang tak lain adalah mamah Karina.
"Iya bener mah, masa aku bohong, anak barunya cowo mah".
"Namanya siapa? Ganteng gak orangnya? Boleh lah kamu ajak main ke sini".
"Ih mamah mulai deh ahli keponya keluar". Pokoknya namanya itu bikard-bikard gitu deh mah.
"Apaan tuh bikard-bikard, kamu salah denger kali".
"Susah gak tau lah mah".
"Yah kamu gimana sih, yaudah terus wajahnya tampan gak?"
"Enggak sih b aja".
"Tampanan juga papah kamu ya, rin? Iya enggak?
"Hooh iya betul pah, hehe".
"Yaudah mah, pah, Karina ke kamar duluan ya".
"Iya sayang yaudah sana, besok jangan lupa ya".
"Jangan lupa apaan mah?"
"Tanyain nama anak barunya siapa?"
"Oh si Steven".
"Lah itu kamu tahu namanya?"
"Hehe baru inget mah, sorry mom".
"Heehh dasar kamu ini".
Kamar
Karina langsung mengambil handphonenya di nakas, saat ini ia sedang tidak mood untuk belajar. Kebetulan juga jam pertama besok ulangan seni budaya, menurut Karina seni budaya itu pelajaran paling mudah dengan menggunakan logika juga sudah ketemu jawabannya.
"Ett sombong amat lu"- author.
"Orang pinter mah bebas"- Karina.
"Aih iyain dah"-author.
"Udah sono lu lanjut"-Karina
"Hm"-author.
*kembali ke cerita*Jadi lebih baik ia bermain handphone sambil tiduran atau nonton drakor, hehehe.
Ia membuka akun instagramnya, ada notif masuk bahwa stevanus_al mulai mengikuti Anda.Hanya dua foto yang dipost oleh steven, Karina melihat followers steven.
"famous juga dia, jehh" Karina bergumam. Ia hanya melihat-lihat postingan Steven, tidak berniat untuk follback.
Karena merasa bosan, Karina mengambil laptopnya dan berniat untuk maraton drakor malam ini, *dasar pecinta drakor. Hingga larut malam, Karina tertidur pulas.
--
Kriiinggg....!!! Kriiiiinggg....!
Karina mematikan alarmnya dan menaruhnya ke sembarang tempat, bukannya bangun ia malah tertidur lagi. Dan hingga akhirnya....."Karina bangun udah pagi, cepetan mandi habis itu sarapan" teriak sherina dari bawah.
"Iya mah, ini udah bangun".
Dengan malas, Karina bangun dan bersiap-siap diri untuk berangkat ke sekolah. Selesai memakai seragam, ia menguncir rambutnya dan memoleskan bedaknya sedikit. Karina memang selalu nampak natural, ia tidak menyukai make up yang serba menor atau warnanya mencolok.
"Morning mah, pah" sapa Karina sambil mencium pipi mamahnya.
"Morning too honey".
"Nih makan rotinya ya, dalamnya udah mamah kasih selai kacang".
"Mmm tau aja mamah ah".
Ting-tong....!
"Siapa ya pagi-pagi begini?" Tanya Sherina.
Karina dan Ferdinand hanya menggelengkan kepala, tanda tidak tahu siapa yang datang.
"Eh, yaudah biar mamah aja yang bukain pintunya".
"Oksip mah".
"Pagi tante, saya Steven temannya Karina tante", sapa Steven.
"Oh kamu ya yang diceritain ama Karina".
Steven hanya mengerutkan keningnya.
"Eh sudah-sudah, Karina cerita sedikit tentang kamu. Kamu anak baru di sekolah kan?
"Iya tante, kebetulan saya sekelas sama Karina. Ngomong-ngomong Karina sudah siap tante?"
"Sudah kok sudah, dia lagi sarapan. Kamu udah sarapan? Kalau belum, ayo kita sarapan bareng aja".
"Eh enggak usah tante, saya di rumah udah sarapan kok tadi sebelum berangkat ke sini".
"Mah, aku pamit ya mau berang....., lah kok Steven di sini?"
"Iya, maaf semalam belum ngabarin, hari ini berangkat sekolah bareng gw ya?"
"Iya udah sana Karina udah dijemput tuh ama Steven".
"Tapi mah...."
Sherina menatap tajam Karina, kalau sudah gitu tandanya mau gak mau Karina harus nurutin kemauan mamahnya.
"Yaudah tante saya sama Karina pamit dulu ya, tan".
"Iya hati-hati ya sayang".
"Iya tan".

KAMU SEDANG MEMBACA
True Love
Teen FictionCinta memang butuh pertimbangan. Karena cinta gak segampang yang lo kira. Ini adalah kisah cinta sejati gw yang tak pernah terlupakan. Selamat membaca😊