Malam itu Raina tidak seperti biasanya. Malam itu Raina merasa sesuatu yang tidak biasanya ia rasakan. Rasanya seperti ia dibawa terbang menuju angkasa. Mungkin saat ini Raina sudah mencapai langit ke 5. Ya, Raina masih memikirkan tentang kejadian tadi sore. Seanzha mengantarnya ke rumahnya. Mungkin sekarang Raina sudah merasa menjadi gadis yang paling beruntung sedunia.
Begitu juga yang dirasakan Seanzha, entah mengapa dia merasakan sesuatu yang telah lama tidak dia rasakan. Rasa yang telah dia lama dia tak rasakan datang kembali. "Ini yang namanya suka sama orang? Udah lama juga ya gue ga ngerasainnya" gumamnya dalam hati.
Drrrttt drrrttt
Hp seanzha bergetar. Menyadarkannya dari lamunannya. Ya, dia selalu mengkondisikan hpnya dalam kondisi vibrate.
"woy zha!" teriak seseorang di seberang sana lewat telepon
"paan sih lu tumben amat nelpon gua?" cetus Seanzha tak seperti biasanya
"etdah tumben bener lu kek gitu" respon seseorang di seberang sana
"yaudah. Ada paan?" tanya Seanzha
"gini, celana basket gue ada di lo ga?" tanya seseorang itu
"bentar, gue cek dulu"
Seanzha beranjak dari kasurnya, menuju tas yang dia taruh di sembarang tempat di kamarnya.
"ada ada" jawab Seanzha dengan malas
"ah cakep. Yaudah, besok bawa ke sekolah ya. Nanti gue ke kelas lo" ucap seseorang itu dengan nada sumringah
"iya dah. Sip" Seanzha langsung mematikan teleponnya dengan seseorang itu. Kembali mengingat kejadian tadi sore.
'kok gue gatau malu dah tadi' gumamnya sambil mengacak rambutnya seperti orang frustasi
'ah udahlah gausah inget inget lagi' gumamnya lagi sambil mencoba menyadarkan dirinya dari lamunannya sendiri. Tak terasa sudah jam 9 lebih 30. Tiba-tiba dia terlelap sendiri secara tidak dia sadari. Alunan musik yang dia putar membuatnya mengantuk sendiri dan akhirnya dia terlelap.
Kringgg! Kringgg!
Bunyi alarm di hp Raina membuat ia terbangun dari tidur pulasnya. Segera ia bergegas menuju kamar mandi dan bersiap siap untuk sekolah. Berbeda dengan Raina, Seanzha malah bermalas malasan untuk mandi. Rasanya ingin sekali saja dia absen dari sekolah karena dia terlalu malas untuk pergi ke sekolah. Tapi apa boleh buat. Dia telah membuat janji dengan seseorang, dan seperti biasa. Seorang Seanzha tidak pernah melanggar janjinya.
Kini sudah jam 6.50 pagi, jam saat semua orang memulai aktivitasnya pada hari ini. Seperti biasa, Raina sarapan terlebih dahulu di rumahnya. Toh, masuknya masih jam 7.30 pagi.
Akhirnya Raina pergi ke sekolah pada jam 7.05, rumahnya tak terlalu jauh namun tak terlalu dekat dengan sekolahnya. Saat di gerbang pintu, ia mendapati seorang bertubuh tinggi putih dan pastinya seseorang yang ia kenali. Langsung saja Raina menyapanya.
"Kak Seanzha!" teriak gadis itu
"eh Rain! Pagi" ucap Seanzha sambil disertai senyumnya yang manis.
"hehehehe pagi kak. Eh ngomong2 argo taksinya kemarin berapa?" tanya Raina sambil berjalan
"udahlah, gausah lo bayar. Anggep aja kemarin gue lagi nraktir adek kelas" jawab Seanzha sambil tertawa ringan
"ah akunya gaenak kak" ucap Raina sambil memberi Seanzha muka tak enak hati
"ah selo kali sama gua. Eh kelas lo dimana?"
"Kelasku diatas kak. Emangnya kenapa?"
"engga kenapa2. Eh nanti pas istirahat ke perpus ya. Bye" jawab Seanzha sambil berjalan ke kelasnya dengan berjalan mundur. Belum juga Raina melontarkan satu kata dari mulutnya eh malah Seanzha sudah membalikkan badannya. Yasudahlah. Selama itu di perpustakaan tidak apa2 bagi Raina.
Kringggg kringggg
Bel sekolah berbunyi. Itu tandanya istirahat. Raina bergegas menuju perpustakaan. Ya pasti karena ia ingin cepat cepat menemui Seanzha. Kakak kelas yang menjadi idolanya sejak lama.
"woy mba" sapa seseorang dari belakang Raina. Sudah pasti itu suara Seanzha. Suaranya berat.
"eh kak...."sapa balik Raina sambil membalik badannya dengan senyuman kecil di bibirnya
"jalannya cepet2 amat. Mau ketemu siapa sih?" ledek Seanzha
"siapa ya hahahaha" ledek Raina balik
"eh lo udah makan? Temenin gue makan aja yuk. Ke perpusnya gajadi" ucap Seanzha seperti tak merasa bersalah membatalkan janjinya untuk pergi ke perpustakaan bersama Raina. Terlihat seperti Seanzha memegang sesuatu di tangannya. 'Celana basket? Buat apa?' tanya Raina didalam hati
"ayok ah lama banget lu tinggal jawab iya doang" protes Seanzha sambil memutarkan kepala Raina lalu mendorong tubuh Raina pelan.
"ehh iya iya" jawab Raina
"tunggu disini bentar ya, gue mau beli makan dulu" ucap Seanzha
Raina hanya mengangguk pelan menuruti apa yang Seanzha katakan.
Drrrrt drrrrt!
Terasa hp Seanzha bergetar. Seseorang itu menelfonnya lagi.
"woy lo dimana? Gue samperin ke kelas lo nya malah ga ada" protes seseorang di seberang sana
"eh eh gue lagi di kantin, sorry" ucap Seanzha yang benar2 lupa.
"yaudah gua kebawah" ucap seseorang itu dengan ketus lalu mematikan telfonnya.
Setelah itu Seanzha memakan makanannya lahap, seperti tak peduli bahwa dia sedang ditatapi oleh Raina. Karena Raina merasa diacuhkan, ia memilih untuk tenggelam dalam kesepiannya sendiri bersama buku yang ia bawa daritadi.
"WOY BANGKE GUE CARIIN JUGA DARITADI" protes seseorang yang menelfon Seanzha tadi sambil memukul Seanzha.
"Ehhh sumpah gua lupa" ujar Seanzha sambil membela dirinya
"yaudah gara2 lo lupa mending traktirin gua makan" bujuk seseorang itu
"males banget gua" jawab Seanzha
"dih dasar" ucap seseorang itu ketus sambil mengambil celana basketnya di meja dan langsung mengambil tempat duduk disebelah Seanzha.
Karena Raina merasa lapar, ia juga ingin membeli sesuatu. Saat ia menyingkirkan buku dari hadapannya, dia menyadari sesuatu yang tidak asing.
"Kak alex?" tanya Raina sambil melihat ke arah seseorang itu
"eh tunggu tunggu.....Raina?" ucap seseorang itu.
Alex, Raina's first crush. Alex adalah teman kecil Raina. Dahulu, mereka teman main. Raina sering bergabung kalau kakaknya dan Alex bermain di halaman rumahnya. Dari situ Raina suka kepada Alex. Memorinya dari masa lalu kembali lagi. Seakan membuka luka lama Raina. Sejak kelas 4 SD Alex pindah rumah dan pindah sekolah. Sejak itu juga hari hari Raina terasa hampa tanpa Alex.
"Lo sekolah disini Rain? Gila, gue kok gapernah ngeliat muka lu ya" tanya Alex memulai percakapan. Alex sudah berbeda, dulu dia tidak menggunakan kacamata, dulu rambutnya tidak seperti ini, dulu Alex tidak lebih tinggi dari Raina, dulu Alex tidak menggunakan gue-lo ketika berbicara dengan Raina. Semua tentang Alex berubah. Dia bukan lagi seorang anak cowok mungil yang culun. Sekarang dia terlihat dewasa, ditambah lagi dengan kumis tipisnya dan dia sekarang lebih tinggi daripada Raina. "iya, aku sekolah disini" jawab Raina
"wah dunia sempit ya" ujar Alex
"iya." Raina tidak bisa berbicara banyak. Kehadiran Alex membuat Raina tidak seperti biasanya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
200%
Teen FictionDisaat Raina mengagumi seseorang dan tiba tiba orang yang ia lama tunggu akhirnya kembali dalam hidupnya.