more than friend? (3)

332 38 6
                                    

Hari senin, mata kuliah statistika. Sebenarnya perkuliahan udah dimulai seminggu yang lalu. Tapi karna minggu kemarin dosennya gak masuk. Jadi hari ini deh Egi, Yuno dan teman-teman sekelasnya belajar dan bertemu dengan dosen Statistikanya.

Tapi ada yang menarik, katanya mereka gak diajarin sama dosen yang asli. Karna dosen tersebut dikabarkan sedang melakukan project besar di Eropa sana. Jadi kemungkinan buat bisa mengajar kembali juga sedikit.
Jadilah dosen tersebut diganti oleh dosen yang bukan dari FAPSI.

Dan jadi pembicaraan sekarang tuh di mahasiswi-mahasiswi sekelas Egi. Kenapa? Karna katanya dosen penggantinya ini ganteng banget. Masih muda dan belum menikah. Aslinya beliau ngajar di FEB, dan emang terkenal banget sampe seantero kampus.

"Yun, udah sarapan belum?"

"Belom gi" Yuno menggeleng sambil tetap bermain game dihpnya.

Egi mengeluarkan sari rotinya -pemberian kak liam- dan menyodorkannya ke Yuno. Yuno pun menggigit roti isi keju itu. Kemudian Egi juga memakannya. Hingga roti tersebut habis oleh keduanya.

"Ribut banget sih? Ada apa?" Tanya Egi pada teman yang disamping kanannya.

"Eh lo gatau gi? Dosen Statistika kita njir. Pak Tian!!!" Jawab gadis itu menggebu-gebu.

Egi mengkerutkan dahinya.

"Siapa pula pak Tian? Kok pada heboh banget sih? Artis apa ya? Atau anggota dpr?"

Seketika ruangan tersebut sunyi dan mahasiswa sudah duduk manis dibangkunya.

Egi mengamati dosen muda itu. Dan mengerti kenapa teman-temannya pada heboh.

Septian pun tersenyum menatap seluruh mahasiswa didiknya.

"Halo semuanya, selamat pagi"

"PAGI PAK!" Jawab anak kelas kelewat kompak dan nyaring.

Egi menggelengkan kepalanya.

"Ngeliat dosen cakep aja pada semangat."

"Perkenalkan nama saya Septian. Dosen Statistika kalian. Dan sebenarnya ini pertama kalinya saya mengajar mahasiswa psikologi. Saya jadi grogi, takut dibaca-baca hahaha"

Dengan sangat kompak, cewek-cewek dikelas itu tertawa geli. Kecuali Egi.

Ia tidak suka dengan kata 'dibaca-baca'

"Apaan? Emang dikira dukun apa?" Gerutu Egi dalam pikirannya.

"Oke, mari kita mulai dengan kontrak kuliah kemudian saya akan memberikan silabus materi yang akan kita pelajari selama satu semester kedepan. Kalau begitu, mohon kerja samanya ya teman-teman!"

"Ashiiiaaaaap pak!"

⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️

Sungguh, Egiasa bosan setengah mati mendengerkan materi yang diberikan oleh Dosen ganteng nya itu. Dan yang dia herankan adalah, hanya dia sendiri yang merasa seperti itu?

Teman-temannya yang lain terlihat fokus dan antusias mendengarkan dan memperhatikan pak Tian.

"Bosen ya gi?" Tanya yuno yang melihat Egi menulis nama-nama korea dia bindernya.

"Iya anjir yun. Ngantuk jadinya" jawab Egi berbisik.

"Tunggu bentar lagi juga kelar"

Egi hanya menganggukkan kepalanya dan mencoba setidaknya tidak tertidur pada kelas pagi nya itu.

"Baiklah, mungkin sampai disini saja kuliah kita. See you next week class!"

"SEE YOU PAKKKK"

Akhirnya tidak bisa, kantuk yang sedari tadi seulgi tahan pun terlepas juga. Ya, ia tidur di jam pelajaran Septian.

"Gigi, ayuk bangun. Udah bubar nih kelasnya" yuno menusuk-nusuk pipi tembem Egi, membangunkan sahabat beruangnya itu.

Satu persatu mahasiswa didalam kelas itu mulai keluar. Tidak lupa juga beberapa mahasiswi yang menyempatkan untuk menyalim Septian sekalian modus.

Setelah semua keluar, menyisakan Septian, Egi dan juga Yuno.

Egi baru bangun dari mimpinya, sekarang ia setengah sadar. Dengan dirangkul Yuno, meraka berjalan keluar kelas.

Sementara Septian juga berjalan kearah keluar kelas.

"Egiasa!" Panggil Septian. Yang merasa dipanggil pun terkesiap dan bingung.

"Ini" Septian menyodorkan satu cup coffe yang berasal dari minimarket, yang tadi pagi ia beli.

"Lain kali jangan tidur di kelas saya ya!" Ucap Septian lembut sambil mengelus rambut Egi pelan. Diakhiri dengan senyuman, Tian pun pergi berlalu.

Egi terdiam karna bingung dan kaget. Kenapa? Karna,

1. Darimana pak Tian tau namanya?
2. Jadi bapak itu tau kalau Egi tadi tertidur?
3. Kalau tau, kenapa tidak marah?
4. Malah dia dengan baik hati memberikan kopinya untuk Egi.
5. Dan, KENAPA BAPAK ITU MENGELUS RAMBUT EGI????

ya kira-kira seperti itulah pikiran Egiasa sekarang.

"Gi, lo deket sama pak Tian?"

Pertanyaan Yuno menyadarkan Egi.

"Eh, enggak ah"

"Kok baik banget dia sama lo?"

"Iih gatau ah yun. Cabut aja lah yok,"

Tandas Egi pergi dari kelas itu. Sementara Yuno masih nampak berfikir mengikuti seulgi keluar.

⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️

"Waduh, udah dikasih sari roti, makan siang, sekarang kopi nih? Fix ini mah kak Liam mau buka cafetaria"
Cerocos jirof saat Egi dan Yuno duduk di meja yang sama dengannya. Di meja itu udah ada Haykal, Yohan dan juga Jirof.

Yuno menggeleng.

"Dari pak Septian" ucap Yuno membenarkan.

"Hah? Pak uwu dosen FEB yang ganteng itu?"

"Kok pak uwu sih anjir?"

"Iyalah, kan pak Septian dipanggil gitu sama anak-anak FEB"

"Wkwkwk gemes banget dipanggil pak uwu" kekeh Egi.

"Btw emang dia ngajar di FAPSI? Ngajar apa dah?" Tanya yohan.

"Statistika." Jawab Yuno yang sedang mengambil bekal makan siang Egi ditasnya.

"Oooh, jadi ini lo dikasih kopi gratis gitu sama dia? Kok bisa?"

Egi menghela nafas. Temen-temennya ini emang cerewet banget.

"Tadi gue ketiduran dikelas dia. Terus pas keluar dia ngasih kopi ini dan bilang jangan ketiduran lagi dikelas dia"

"Jadi ini bekas dia gitu?"

"Mungkin? Soalnya pas dia ngasih, tinggal setengah"

"Ih anjir, secara gak langsung lo ciuman dong sama pak uwu"

Egi menatap datar Haykal.

"Ciuman-ciuman pala lo kotak!"

✨✨✨✨✨✨✨✨

Septian Deny, Dosen FEB yang baru pertama kali ngajar di FAPSI.

Septian Deny, Dosen FEB yang baru pertama kali ngajar di FAPSI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HigherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang