PRANG!
Cermin di hadapannya pecah karena tinjuan dari laki-laki, yang kini nampak menatap bayangannya sendiri di hadapan dengan pupil mata bergetar.
"Halilintar?" Boboiboy berbisik. Suara itu tercekat di tenggorokan, dan secara perlahan iris ruby itu memudar dan secara komplemen matanya yang cokelat menyorot tajam.
Tersengal-sengal, Boboiboy perlahan merosot dan terduduk di atas lantai yang dingin. Dia meraba wajahnya sendiri, lalu mengusapnya dengan kasar.
Boboiboy menengadah. Memerhatikan kekacauan yang sudah diperbuatnya. Cermin itu retak, dan beberapa bagiannya sudah jatuh ke bawah, ke atas wastafel, dan ada yang berceceran di lantai.
Beruntung ini belum masuk jam istirahat, jadi kawasan ini sepi. Dipastikan tidak ada yang mendengar keributan yang dibuatnya barusan.
"Halilintar." Boboiboy menggeram. Memegang kepalanya dan menunduk, menatap tangan lainnya yang buku jarinya sudah berdarah.
Bagus, harus bilang apa dirinya pada Tok Aba nanti?
Boboiboy menggaruk rambutnya yang tidak gatal lalu menghela nafas. Berpikir untuk saat ini, dia harus mengobati lukanya dulu dan mempersiapkan hipotesa untuk menghadapi teman-temannya nanti.
Tapi sekarang Boboiboy bertanya-tanya,
Apa-apaan yang tadi itu?
***
Gopal menyikut Fang yang berjalan di sebelahnya, sambil mendesis memanggil kedua teman perempuannya yang berjalan di depannya, lalu melirikkan mata ke samping, kepada Boboiboy yang berjalan cukup jauh di belakang mereka.
Ketiga temannya yang menangkap maksud tatapan Gopal berhenti berjalan, dan serentak berbalik untuk menghadap pada Boboiboy.
"Sesuatu terjadi, Boboiboy?" Yaya buka suara duluan.
Membuat Boboiboy yang baru menyadari keempat temannya kini menatap ke arahnya dengan pandangan bertanya-tanya dan khawatir terkejut.
Dia terkekeh sambil menggaruk pipinya secara refleks. "Tidak, tidak ada apa-apa," jawabnya.
Decakan keluar dari mulut Fang, yang kemudian melangkah maju dan menarik pergelangan tangan Boboiboy yang sedari tadi berada di belakang tubuhnya.
"Kau berbohong," tekan Fang.
Ketiga temannya yang lain sontak membulatkan mata mereka pada tangan yang diperban, nyaris menutupi seluruh buku jarinya.
Boboiboy mendesis tertahan, lalu menarik tangannya kembali. "Dengar! Ini bukan apa-apa!"
"Aku hanya terjatuh, dan ini hanya luka biasa, aku tidak melakukan apapun--"
"Ini tidak mungkin jatuh!" potong Ying dengan nada tinggi.
"Boboiboy, kami hanya mengkhawatirkanmu," ucap Yaya.
"Kenapa harus disembunyikan? Kita teman, tapi kenapa rasanya kau selalu menganggap kami seperti bukan siapa-siapa? Kenapa sulit sekali menarik kepercayaan darimu, sih?!" sambung Ying.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirror Neuron
FantasyBoboiboy tak mengerti. Secara tiba-tiba, lambang Daun dan Cahaya menghilang begitu saja dari jam kuasanya. Kehidupannya pula mendadak dipenuhi misteri setelah kemunculan seorang bocah asing yang nampak familiar. Dan Halilintar yang menunjukkan keane...